Ikhtiar Mengembalikan Keceriaan Penyintas Cilik di Sulbar
Gempa yang meluluhlantakkan sebagian Mamuju dan Majene di Sulawesi Barat menghadirkan trauma bagi penyintas, khususnya anak-anak. Pemulihan trauma krusial bagi masa depan mereka.
Oleh
M Ikhsan Mahar dan Saiful Rijal Yunus
·4 menit baca
Dika (12), salah satu bocah penyintas gempa di Mamuju, tengah tekun menggambar di atas kertas yang diberikan tim Layanan Dukungan Psikososial Kementerian Sosial di posko pengungsian Stadion Manakarra, Selasa (26/1/2021). Setelah 30 menit, ia menunjukkan gambar ayunan dan perosotan, lengkap dengan latar pelangi dan langit.
”Saya ingin bisa bebas bermain lagi seperti dulu,” kata Dika spontan tentang inspirasinya menggambar obyek itu.
Sekitar 40 anak turut menggambar. Kegiatan itu merupakan salah satu media yang dilakukan untuk mengikis rasa duka penyintas cilik gempa bermagnitudo 6,2 yang terjadi pada 15 Januari lalu.
Petut Wibowo, Koordinator Layanan Dukungan Psikososial (LDP) Kemensos Posko Stadion Manakarra, melihat hasil gambar Dika penuh dengan makna kebebasan bagi seorang anak. Ayunan dan perosotan merupakan penggambaran dari kerinduan Dika terhadap arena bermain yang menjadi tempat kegemarannya sebelum gempa. Sementara pelangi menunjukkan keceriaan Dika yang memudar.
”Media menggambar adalah cara kami untuk menyalurkan emosi yang dirasakan oleh anak-anak penyintas ini. Mereka butuh media guna menyingkirkan rasa sedih, takut, dan khawatir setelah mengalami peristiwa yang traumatis,” ucap Wibowo.
Dalam satu sesi program dukungan psikososial itu, anak yang berusia 5-12 tahun mengikuti sejumlah kegiatan. Selain menggambar, dalam satu jam durasi setiap sesi, para sukarelawan membimbing anak-anak untuk bernyanyi, bersorak yel-yel, dan menuliskan kegiatan yang ingin sekali dilakukan saat kondisi di Mamuju berangsur pulih.
”Aku ingin bermain bola,” tulis Farhan (6) yang selalu bersemangat dan tertarik berbicara menggunakan mikrofon.
Program dukungan psikososial merupakan upaya Kemensos membantu anak-anak penyintas gempa untuk kembali merasakan kegembiraan. Pasalnya, pascagempa terjadi, mayoritas anak di posko pengungsian itu murung, sedih, serta kebingungan dengan apa yang dialami keluarganya.
Media menggambar adalah cara kami untuk menyalurkan emosi yang dirasakan oleh anak-anak penyintas ini. Mereka butuh media guna menyingkirkan rasa sedih, takut, dan khawatir setelah mengalami peristiwa yang traumatis. (Petut Wibowo)
Atas dasar itu, Kemensos memulai program LDP sejak Senin (18/1/2021). Program itu berlangsung setiap pagi dan sore hari di sebuah tenda berukuran 8 meter x 16 meter di dalam Stadion Manakarra.
”Di awal pertemuan, mereka tak memiliki semangat mengikuti permainan yang kami berikan. Kalau tidak ditangani dengan baik, kondisi itu akan berakibat buruk bagi tumbuh kembang anak, misalnya mereka menjadi sering mengunci diri, pendiam, dan mudah menangis ketika kenangan gempa itu teringat,” tutur Wibowo.
Sepekan setelah rutin mengikuti LDP, sekitar 40 anak yang berasal dari sejumlah desa atau kelurahan di Mamuju mulai saling membaur dan membantu temannya untuk mengikuti permainan. Dika, contohnya, tidak segan berbagi pensil warna dengan dua teman lainnya.
Sukarelawan LDP Kemensos sengaja memberikan satu kotak pensil warna berisi 12 pensil untuk digunakan oleh tiga anak. Tujuannya agar muncul kebersamaan dari anak-anak itu.
Program dukungan psikososial merupakan upaya Kemensos membantu anak-anak penyintas gempa untuk kembali merasakan kegembiraan. Pasalnya, pascagempa terjadi, mayoritas anak di posko pengungsian itu murung, sedih, serta kebingungan dengan apa yang dialami keluarganya.
Untuk melakukan pemulihan psikososial kepada anak-anak, Kemensos bersinergi dengan 36 lembaga dan organisasi kemasyarakatan. Salah satunya, Pusat Penanggulangan Bencana Muhammadiyah (MDMC). Serupa Kemensos, MDMC juga memulai program psikososial kepada sekitar 40 anak di sekitar posko pusat MDMC di Kelurahan Karema, Kecamatan Mamuju, Mamuju.
Setiap pagi dan sore, anak-anak rutin mengikuti sejumlah kegiatan, seperti senam, mengaji, mendengarkan kisah-kisah nabi, dan belajar shalat berjemaah. MDMC juga membuka diri sebesar-besarnya bagi kehadiran anak-anak di posko utama yang merupakan sebuah masjid.
Di halaman posko itu, tidak pernah hilang berbagai aktivitas anak-anak. Mulai dari bermain bola hingga kejar-kejaran dilakukan anak-anak, beriringan aktivitas sukarelawan MDMC yang hadir untuk mempersiapkan bantuan dan layanan bagi para pengungsi.
”Kami tidak ingin membatasi kegiatan mereka. Biarkan mereka senang bermain apa pun agar tidak lagi mengingat kenangan buruk saat merasakan gempa,” ujar Amiruddin Bakri, sukarelawan bidang psikososial MDMC.
Edukasi
Program psikososial tidak hanya untuk mengembalikan keriangan anak-anak, tetapi juga memberikan bekal kepada mereka untuk mempersiapkan diri apabila bencana alam terjadi lagi di masa depan.
Kemensos menghadirkan sesi khusus berupa edukasi kebencanaan kepada anak-anak. Wibowo mengatakan, penyintas cilik setidaknya harus memahami hal mendasar ketika gempa terjadi lagi, yakni cara evakuasi diri yang paling aman.
Edukasi itu bertujuan pula untuk meredam kecemasan para penyintas seiring hadirnya sejumlah kabar yang tidak jelas kebenarannya. Misalnya, informasi yang menjadi viral terkait adanya potensi gempa lebih besar yang akan terjadi di Sulbar.
”Kami ingin mereka menjadi individu yang siap menghadapi bencana. Selain itu, anak-anak juga tidak lagi mudah terpengaruh kabar tidak benar yang dengan mudah hadir di gawai,” tutur Wibowo.
Meskipun tidak melekatkan edukasi kebencanaan dalam program prikososial, Amiruddin menjelaskan, MDMC menjadikan pendidikan agama Islam sebagai benteng yang bisa menghadirkan harapan bagi anak-anak itu. Ia mencontohkan, kisah para nabi menjadi salah satu cara MDMC untuk mengenalkan anak-anak penyintas sikap tidak kenal putus asa dan selalu berserah kepada Allah ketika ditimpa musibah.
”Kami berikan bekal kepada anak-anak itu bahwa Allah akan selalu ada dan tidak tidur sehingga selalu ada hikmah dari sebuah bencana. Kami hadir demi hadirkan optimisme agar anak-anak itu semangat untuk menjalani masa depannya,” kata Amiruddin.