Aktivitas Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah-DIY masih tinggi. Badan Geologi mengingatkan ancaman lahar hujan di sekitar aliran sungai yang berhulu di gunung tersebut.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sejak statusnya dinaikkan menjadi Siaga (level III) pada 5 November 2020, aktivitas Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan DI Yogyakarta masih tinggi. Badan Geologi mengingatkan ancaman lahar hujan di sekitar aliran sungai yang berhulu di gunung tersebut.
Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono mengatakan, terjadi 52 kali awan panas guguran di Gunung Merapi dengan jarak luncur hingga 3 kilometer, Rabu (27/1/2021). Hal ini juga memicu hujan abu di sejumlah daerah di sekitarnya.
”Bulan-bulan ini hujan masih terjadi di berbagai wilayah. Untuk itu, masyarakat perlu mewaspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di puncak (Gunung Merapi),” ujar Eko di Bandung, Jawa Barat, Kamis (28/1).
Masyarakat pun diimbau tidak beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari puncak. Sejauh ini, luncuran awan panas masih berada di dalam radius tersebut. Badan Geologi juga merekomendasikan untuk menghentikan penambangan di alur sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Kegiatan wisata dan pendakian dalam radius bahaya itu juga harus dihentikan.
Eko menuturkan, Gunung Merapi mempunyai ciri erupsi yang khas. Aktivitasnya berupa pertumbuhan kubah lava, kemudian guguran lava, dan terjadi awan panas guguran.
Melalui rekaman seismograf, Rabu (27/1), tercatat 274 kali gempa guguran dan 11 gempa embusan. Selain itu, terjadi 5 gempa vulkanik dangkal dan sekali gempa tektonik jauh. ”Data seismik masih didominasi kegempaan karena aktivitas guguran. Sementara laju deformasi cenderung melandai,” ujarnya.
Eko mengatakan, pihaknya melalui Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) akan terus memantau aktivitas Merapi dan memetakan ancaman bahayanya. Hal ini diperlukan sebagai mitigasi untuk meminimalkan dampaknya.
”Masyarakat diimbau menjauhi zona bahaya serta selalu mengikuti informasi terkini dari BPPTKG, pemerintah daerah, dan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) setempat,” ujarnya.
Pada Kamis (28/1) pagi, Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas dengan jarak luncur 2 km ke arah barat daya menuju hulu Kali Krasak dan Kali Boyong. Tinggi kolomnya tidak teramati karena cuaca berkabut.
Gunung Merapi memasuki fase erupsi sejak 4 Januari lalu atau sekitar dua bulan setelah ditetapkan berstatus Siaga. Erupsinya bersifat efusif, artinya magma keluar secara perlahan tanpa disertai ledakan.
Masyarakat diminta tidak beraktivitas dalam radius bahaya yang telah ditetapkan.
Sebelumnya, Kepala BPPTKG Hanik Humaida menyampaikan, jarak luncur terjauh awan panas guguran dari Gunung Merapi masih berada dalam radius 5 km. Kondisi itulah yang membuat pihaknya belum menaikkan status gunung tersebut menjadi Awas atau level tertinggi.
Akan tetapi, warga tetap diimbau meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi erupsi Merapi. ”Masyarakat diminta tidak beraktivitas dalam radius bahaya yang telah ditetapkan,” ujarnya.