Hujan Abu Merapi di Boyolali, Masker Disiapkan bagi Warga
Awan panas meluncur ke arah barat daya atau Kabupaten Magelang di Jateng, sedangkan debu yang terbawa longsoran awan panas tertiup angin ke arah timur atau Boyolali. Sejumlah desa terdampak hujan abu, masker disiapkan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
BOYOLALI, KOMPAS — Sejumlah desa di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, terdampak hujan abu dari muntahan awan panas Gunung Merapi, Rabu (27/1/2021). Masker gratis disiapkan bagi warga yang berada di daerah terdampak guna menghindari kemungkinan menghirup abu.
Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengeluarkan 36 kali awan panas guguran pada Rabu (27/1/2021) pagi hingga siang hari. Jarak luncur terjauh awan panas 3 kilometer (km) ke arah barat daya atau ke hulu Kali Krasak dan Kali Boyong (Kompas.id, 27/1).
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng Safrudin, dihubungi di Semarang, Rabu, mengatakan, awan panas meluncur ke arah barat daya atau Kabupaten Magelang di Jateng. Namun menurut dia, kondisi di Magelang justru aman.
Sementara debu yang terbawa longsoran awan panas tertiup angin ke arah timur atau arah Boyolali. ”Yang terdampak yakni Desa Sangup di Kecamatan Tamansari dan Desa Cluntang di Kecamatan Musuk. BPBD Boyolali sudah menyediakan masker untuk masyarakat,” kata Safrudin.
Sebelumnya, Kepala Pelaksana Harian BPBD Boyolali Bambang Sinungharjo mengatakan, pada Rabu pagi, hujan abu dengan intensitas tipis dilaporkan terjadi di Desa Winong dan Desa Kiringan, Kecamatan Boyolali. Sementara pada Rabu siang, dilaporkan terjadi hujan abu di Desa Sangup, Kecamatan Tamansari, Boyolali.
Safrudin menuturkan, hingga Rabu sore masih terdapat 938 warga Jateng yang mengungsi. Di titik pengungsian Magelang yakni 321 orang dari Desa Paten, Kecamatan Dukun. Di Boyolali ada 288 orang, dari Desa Tlogolele dan Klakah, Kecamatan Selo. Sementara di Klaten ada 329 orang dari Desa Balerante, Kecamatan Kemalang.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo memastikan masker tersedia bagi warga, termasuk di pengungsian Merapi. ”Masker sudah otomatis disiapkan setiap erupsi. Selain itu, karena ada pandemi (Covid-19), masker juga melekat. Namun, jika seandainya dibutuhkan lebih banyak, kami siapkan,” ujarnya.
Terkait awan panas dan hujan abu yang terjadi Rabu, secara umum, daerah di Jateng, yakni Magelang, Klaten, dan Boyolali, aman. Sejumlah penduduk di daerah berbahaya juga sudah diminta mengungsi.
”Alhamdulillah, pengungsi di Jateng terjaga dan terkontrol. Namun, karena kami pelototi ini hampir setiap hari, kami siaga. Area-area yang ada potensi terkena awan panas dan longsoran masih jauh. Kendati demikian, harus terus waspada agar masyarakat tidak menjadi korban,” kata Ganjar.
Ganjar juga mengimbau warga terus mengikuti arahan dari pemerintah, termasuk untuk tetap berada di pengungsian. Apabila ada persoalan di lapangan, ia meminta untuk dikomunikasikan secara intens supaya dapat segera ditangani.
Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), awan panas dengan jarak luncur 3 km terjadi pada Rabu pukul 12.53. Awan panas itu tercatat memiliki amplitudo 55 milimeter (mm) dan durasi 317,8 detik. Jarak luncur awan panas tersebut merupakan yang terjauh selama terjadinya erupsi Merapi tahun 2021. Sebelumnya, jarak luncur terjauh awan panas pada erupsi tahun ini adalah 1,8 km (Kompas.id, 27/1/2021).
Setelah munculnya awan panas pukul 12.53 itu, Merapi kembali mengeluarkan beberapa kali awan panas guguran. Dua di antara awan panas guguran itu memiliki jarak luncur sejauh 2 kilometer, yakni pada pukul 13.23 dan 13.32. Jika ditotal, Gunung Merapi mengeluarkan awan panas guguran 14 kali pada Rabu pukul 12.00-14.00.