Barang Antik yang Hilang di Museum Sultra Diidentifikasi
Pencurian barang antik koleksi Museum Taman Budaya Sulawesi Tenggara terus diselidiki. Pihak museum mengidentifikasi barang yang hilang dan polisi mencari rekaman CCTV di sekitar museum.
Oleh
Reny Sri Ayu
·3 menit baca
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Seorang pengunjung tengah melihat barang antik di Museum Negeri Sumatera Selatan Balaputra Dewa Palembang, Jumat (13/11/2020).
MAKASSAR, KOMPAS — Petugas Museum Taman Budaya Sulawesi Tenggara dibantu arkeolog dari Universitas Hasanuddin dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan mengidentifikasi barang antik yang hilang dari gudang penyimpanan museum tersebut di Kota Kendari, Sultra. Aparat kepolisian pun terus menelusuri kasus ini untuk menangkap pelakunya.
Sejumlah barang antik yang berada di gudang Museum Taman Budaya Sultra di Kendari diketahui hilang pada Selasa (26/1/2021). Sejauh ini, barang yang telah diketahui hilang, antara lain, baju adat dan perhiasan pelengkap yang terbuat dari kuningan dan perak.
Selain itu, ada pula sejumlah barang lain, seperti gong dan perangkat untuk prosesi adat Tolaki, salah satu suku terbesar di Sultra; serta sebuah pedang katana. Barang-barang ini adalah pengadaan antara tahun 1980 dan 1990.
”Kami masih mengidentifikasi barang apa saja yang hilang. Pihak museum mempunyai catatan dan semua barang ada nomor registrasinya. Ini semua akan dicocokkan. Kami dibantu arkeolog dari Unhas (Universitas Hasanuddin, Makassar) dan pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulsel,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sultra Asrun Lio saat dihubungi dari Makassar, Rabu (27/1/2021).
Menurut Asrun, sebagian barang yang ada di gudang penyimpanan adalah barang asli karena yang dipajang di ruang museum adalah duplikat. Dia pun mengaku heran mengapa pencuri bisa menyasar gudang penyimpanan yang sebagian besar berisi barang asli tersebut. Menurut dia, pencuri pada umumnya pasti akan menyasar ruang pajang dalam museum.
”Pencuri mengambil barang yang terbuat dari kuningan dan perak. Mungkin kuningan itu dikira emas. Namun, ini bukan soal terbuat dari apa, tetapi nilai kesejarahannya. Di gudang juga terdapat guci-guci berusia ratusan tahun,” katanya.
Menurut Asrun, sejumlah barang juga tercecer di sekitar gudang. Diduga, pencuri kewalahan membawa semua barang, apalagi yang berukuran besar, sehingga sebagian terjatuh. Barang-barang yang tercecer ini sudah diamankan.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Polsek Baruga Ajun Komisaris I Gusti Komang Sulastra mengatakan, hingga kini pihaknya masih melakukan penyelidikan untuk mengungkap kasus tersebut. Polisi kesulitan karena museum tidak memiliki kamera pemantau (CCTV). Museum itu juga tidak dijaga petugas satpam.
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS
Masjid Al-Alam di Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara, Minggu (30/8/2020).
”Tapi, kami masih mencari CCTV dari rumah atau perkantoran yang ada di sekitar museum. Jika ada, barangkali bisa dilacak dari situ (pelakunya). Kami juga telah meminta keterangan pihak museum terkait peristiwa ini dan barang yang diduga hilang,” katanya.
Terkait kemungkinan adanya keterlibatan orang dalam museum dalam peristiwa ini, Sulastra mengatakan masih menyelidiki. ”Semua kemungkinan akan diselidiki, termasuk kemungkinan adanya keterlibatan orang dalam. Setahu saya, ini bukan kejadian yang pertama. Tahun lalu juga pernah dilaporkan,” katanya.
Untuk mencegah adanya upaya menjual barang antik ini kepada masyarakat, terutama kolektor, pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sultra serta museum sudah mengeluarkan pengumuman terkait hilangnya sejumlah barang antik tersebut.