Kasus Positif Covid-19 di Kalsel Meningkat Saat Banjir
Kemunculan kluster penyintas banjir di Kalimantan Selatan mulai diantisipasi menyusul penambahan kasus yang signifikan selama tanggap darurat banjir.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Kasus positif Covid-19 di Kalimantan Selatan meningkat lagi pada saat 11 dari 13 kabupaten/kota dilanda banjir besar. Penambahan kasus baru selama empat hari terakhir rata-rata di atas 100 kasus per hari. Melihat kondisi itu, kemunculan kluster penyintas banjir pun mulai diantisipasi.
Pada Selasa (26/1/2021), di Kalsel masih terjadi penambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 98 orang sehingga jumlah kasusnya kini menjadi 17.537 kasus. Dari jumlah tersebut, 1.305 orang masih dalam perawatan, 319 orang suspek atau diduga Covid-19, serta 634 orang meninggal.
Tiga hari sebelumnya, secara berturut-turut terjadi penambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 137 orang (Sabtu), 120 orang (Minggu), dan 133 orang (Senin). Sebagian besar penambahan kasus konfirmasi baru justru dari daerah-daerah yang terdampak banjir.
Banjir di Kalsel kali ini menyebabkan 11 dari 13 kabupaten/kota terendam. Hanya Kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru yang tidak terdampak. Pada Selasa, Pos Komando Tanggap Darurat Banjir Provinsi Kalsel memperbarui datanya dan mencatat 583.860 jiwa masih terdampak banjir dan 60.779 orang di antaranya masih harus mengungsi.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel Muhammad Muslim mengatakan, Kalsel saat ini mengalami dua masalah sekaligus, yaitu peningkatan kasus Covid-19 dan bencana banjir. Kedua masalah tersebut sama-sama harus ditangani secara seksama, terintegrasi, bersinergi, dan bahu-membahu dengan berbagai sektor yang ada.
Akibat bencana banjir yang melanda 11 kabupaten/kota, Pemprov Kalsel memberlakukan tanggap darurat bencana banjir sejak 14 Januari 2021 atau hanya berselang tiga hari setelah Pemprov Kalsel menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dalam upaya mengendalikan penyebaran Covid-19. PPKM dilaksanakan selama dua minggu, 11-25 Januari 2021.
”Selama tanggap darurat banjir, penambahan kasus positif di Kalsel juga mengalami peningkatan. Namun, kami belum mengidentifikasi penambahan kasus baru itu adalah kluster banjir ataupun tempat pengungsian korban banjir. Yang terlaporkan masih berasal dari kluster-kluster perkantoran dan rumah tangga. Meski begitu, kemunculan kluster banjir tetap diantisipasi,” kata Muslim, Selasa.
Untuk mengantisipasi kemunculan kluster penyintas banjir, Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel sudah menginstruksikan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terdampak banjir untuk melakukan tes cepat antigen di lokasi-lokasi pengungsian. Tim medis yang bertugas di posko-posko kesehatan diminta melakukan skrining terhadap penyintas banjir dalam upaya mengendalikan penularan Covid-19.
”Kami tidak bisa melakukan tes cepat antigen pada semua pengungsi. Tes diprioritaskan pada mereka yang memiliki gejala yang diidentifikasi dapat menularkan penyakit tertentu agar mereka betul-betul dapat dipisahkan,” tuturnya.
Banjir di Kalsel pada awal tahun 2021 ini merupakan bencana besar yang belum pernah dialami dalam kurun waktu lebih dari 50 tahun. Bahkan, Pemerintah Provinsi Kalsel menyebut banjir ini merupakan siklus 100 tahun sekali karena pernah terjadi pada tahun 1928 di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Diprioritaskan
Menurut Muslim, Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel saat ini hanya memiliki stok tes cepat antigen sebanyak 13.245 buah. Karena itu, tidak semua penyintas banjir bisa dites dalam rangka skrining sebagai upaya pencegahan Covid-19.
Kami tidak bisa melakukan tes cepat antigen pada semua pengungsi. Tes diprioritaskan pada mereka yang memiliki gejala yang diidentifikasi dapat menularkan penyakit tertentu agar mereka betul-betul dapat dipisahkan.
Sampai saat ini, berdasarkan data yang dihimpun posko pelayanan kesehatan bencana banjir, terdapat 28 jenis penyakit yang dikeluhkan penyintas banjir. Empat jenis penyakit yang paling banyak dikeluhkan yaitu gatal-gatal, kutu air, sakit kepala, dan batuk.
”Kami minta agar orang-orang yang mengalami batuk dan ISPA (infeksi saluran pernapasan atas) menjadi prioritas utama dilakukan skrining. Namun, sampai saat ini, kami juga belum dapat laporan dari kabupaten/kota,” ujar Muslim.
Berdasarkan pantauan di beberapa lokasi pengungsian banjir di Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar, belum ada kegiatan tes cepat antigen kepada pengungsi. Tim medis dari posko kesehatan biasanya datang ke lokasi pengungsian untuk memeriksa kesehatan warga, memberi obat, dan membagikan masker.
Penerapan protokol kesehatan di lokasi pengungsian juga tak diindahkan lagi. Hampir tidak ada lagi warga yang memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun. Mereka berkumpul dan mengobrol seperti tidak sedang dalam kondisi pandemi Covid-19. Kondisi serupa juga terlihat di permukiman-permukiman warga yang terdampak banjir.
Galuh (65), warga Kota Banjarmasin, menuturkan, ia merasa dirinya sehat dan baik-baik saja selama banjir melanda permukiman mereka di Kelurahan Sungai Lulut, Kecamatan Banjarmasin Timur, selama hampir dua minggu. ”Yang kami perlukan saat ini bukan obat virus korona (Covid-19), tetapi obat balancat (kutu air),” ujarnya sambil tertawa.