Jonathan Dorongpangalo dan Everly Salikara, Mendunia dengan Disko Tanah
“Abang jago! Sorry bang jago! Ampun bang jago!” Dan dunia pun berjoget dalam irama musik elektronik. Dua musisi asal Bitung, Jonathan Dorongpangalo dan Everly Salikara, sukses menggoyang dunia nyata dan maya.
“Abang jago! Sorry bang jago! Ampun bang jago!” Dan dunia pun berjoget dalam irama musik elektronik, seolah membenamkan segala perkaranya dalam 16 bar bunyi sirene dan peluit berpadu dentuman bas dan drum. Dengan lagu itu, dua musisi asal Bitung, Jonathan Dorongpangalo (23) dan Everly Salikara (22), sukses menggoyang jutaan warga dunia nyata dan maya.
Mulanya, “ampun abang jago” hanyalah istilah yang dipakai kalangan pemain PUBG, Mobile Legends, Garena Free Fire, dan gim daring ponsel pintar lainnya untuk saling puji atau berbalas ejekan. Frase itu semakin populer setelah muncul dalam lagu berjudul "Ampun Bang Jago" beraliran disko tanah khas Sulawesi Utara yang dirilis pada 12 September 2020.
“Awalnya itu cuma jargon di game buat menyatakan mengalah, lalu kami hubungkan dengan kehidupan sosial. Kalau ada orang sok yang kasih statement mereka lebih hebat daripada kita, kita mengalah saja. Kan, mengalah bukan berarti kita lebih lebih rendah,” kata Jonathan yang lebih dikenal dengan nama panggung Tian Storm, Selasa (19/1/2021) di Manado.
Ungkapan itu muncul pada lirik di bagian kedua lagu. “Kalian merasa tinggi, biar ku merendah / Kalian merasa hebat, biar ku yang lemah /… / Anak baru haus pujian, datang seolah dia jagoan.” Sinisme ini mereka tunjukkan dalam suasana lagu yang gelap oleh akor-akor minor.
Dengan lagu ini, Tian dan Everly, yang menggunakan nama panggung Ever Slkr, ingin menginspirasi pendengarnya untuk tekun berkarya dalam profesi masing-masing. “Dari pedagang nasi goreng sampai selebritas dan musisi, akan selalu ada orang yang berusaha menjatuhkan. Kami ingin dorong semua orang fokus berkarya dan saling mendukung, bukan saling menjatuhkan,” ujar Tian.
Video klip "Ampun Bang Jago" kini telah ditonton 28,2 juta kali, empat bulan setelah diunggah di akun YouTube Tian. Kolom komentar dipenuhi ungkapan kecintaan warganet pada lagu itu, dan betapa lagu itu terus terngiang di telinga mereka. Pujian juga datang dari pendengar di berbagai negara, seperti Aljazair, Brazil, China, Filipina, Malaysia, dan Vietnam.
Kami ingin dorong semua orang fokus berkarya dan saling mendukung, bukan saling menjatuhkan. -- Jonathan Dorongpangalo
Kendati begitu, Tian dan Ever mengaku tak pernah dengan sengaja berupaya membuat sebuah lagu yang bisa jadi seterkenal itu, apalagi mendunia. Mereka tak punya jurus dan resepnya. "Ampun Bang Jago" hanyalah salah satu dari target yang mereka tetapkan sendiri, yaitu menciptakan minimal satu lagu setiap bulan.
Namun, TikTok, media sosial untuk berbagi video, membukakan horizon baru bagi Tian dan Ever. Sejak diunggah ke platform asal China itu, "Ampun Bang Jago" telah dipakai untuk membuat 2,7 juta video, mulai dari video orang berjoget, senam zumba, sampai video aksi mahasiswa dan pelajar di jalan menentang Omnibus Law, Oktober lalu.
Klub sepak bola asal London, Inggris, West Ham United, bahkan juga menggunakan lagu itu untuk salah satu konten mereka. “Pertama kami pikir itu hasil editan orang, tapi ternyata mereka betul pakai lagu kami di akun official mereka,” kata Ever.
Mereka pun sepakat, TikTok adalah "buzzer" yang bikin lagu mereka terkenal. “Pihak TikTok sempat hubungi kami, mereka masukkan lagu kami di headline mereka. Dari enam lagu (Indonesia) yang paling banyak dipakai di TikTok, cuma dua lagu yang orisinal, \'Lathi\' dan \'Ampun Bang Jago\'. Lainnya lagu remix,” kata Tian.
Berbagai perusahaan, dari penyedap makanan sampai situs e-dagang mendekati Tian dan Ever untuk mendapatkan izin menggunakan lagu mereka untuk iklan. Namun, bagi mereka, puncak popularitas "Ampun Bang Jago" adalah penggunaan lagu itu dalam video YouTube Rewind Indonesia 2020 pada menit 05:29.
“Kami senang sekali, bangga ada perwakilan karya dari Sulut yang bisa berpartisipasi. Ini mewakili keberagaman di Indonesia. Kami juga bangga karena boleh mengangkat disko tanah sampai ke level nasional,” kata Tian.
Baca juga:
Yaya Risbaya, Menanam Kebaikan dalam Lagu Anak
Disko tanah
Di Sulut, Tian dan Ever dikenal sebagai pendiri grup disko tanah Bassgilano. Singel pertama yang dirilis pada 2017, "Anjing Kacili", juga mendapat sukses karena muncul saat TikTok mulai ramai digunakan. Popularitas "Anjing Kacili" ditandai penggunaan kata “tetew” oleh warganet, yang menyerupai bunyi efek suara dari bagian drop lagu itu.
Karier musik mereka yang berbasis YouTube bermula pada 2015 dari rumah masing-masing dengan alat seadanya. Disko tanah adalah jalan yang mereka pilih. Pada rentang waktu bersamaan, muncul pula musisi lainnya dalam aliran yang sama.
Menurut Tian, awalnya disko tanah adalah kebiasaan warga Bitung menggunakan pelantang besar untuk berbagai hajatan di kampung, seperti pernikahan dan ulang tahun. Titik beratnya ada pada modifikasi sistem pelantang agar basnya kuat menggelegar untuk mengiringi warga bergoyang.
“Dalam arti luas, meski cuma di kampung, di atas tanah berlumpur, semua orang boleh bajontra (berjoget), tidak harus ke klub atau pub. Disko tanah itu untuk semua kalangan,” kata Tian.
Daripada kami cuma remix lagu orang, kenapa kami tidak bikin lagu sendiri saja? Kami mulai dari rekaman cuma pakai HP. -- Everly Salikara
Mulai dekade 2010, penggunaan musik elektronik remix mulai banyak digunakan. Tian dan Ever, yang sudah mengenal nada dan akor dari bermain gitar, kibor, dan kolintang, mulai mengotak-atik perangkat lunak pembuat musik elektronik. Ketika itu lah, kata Ever, tumbuh inisiatif membuat lagu sendiri.
“Daripada kami cuma remix lagu orang, kenapa kami tidak bikin lagu sendiri saja? Kami mulai dari rekaman cuma pakai HP. Pelan-pelan terus perbaiki kualitas sampai bisa produksi lagu yang bisa dinikmati sekarang,” kata Ever.
Tian dan Ever pun membuat disko tanah dalam bentuknya yang sekarang. Meski struktur lagunya serupa electronic dance music (EDM), ciri khas disko tanah terletak pada sinkop pukulan akor dan barisan bas yang membentuk arpeggio. Mayoritas lagu disko tanah ditulis dalam bahasa Melayu Manado.
Bagian drop, yang menandai waktunya berjoget, biasanya sepanjang 16 bar dengan satu akor saja untuk mengiringi melodi repetitif synthesizer atau efek suara lainnya. Insting pendengar untuk berjoget dirangsang oleh dentuman bas yang berat dan kuat.
Tian dan Ever sepakat, disko tanah belum bisa dianggap sebagai genre, melainkan sebatas gaya yang mereka pakai untuk membuat EDM. Meski begitu, mereka ingin mematahkan istilah yang digunakan pendengar dari luar Sulut, seperti remix indobass. “Kami ingin angkat dan memperkenalkan disko tanah lewat karya-karya kami,” kata Tian.
Sejak memulai kariernya, Tian dan Ever mengaku sudah tidak dapat menghitung berapa lagu yang sudah mereka buat. Jika hasil produksi menggunakan ponsel juga dihitung beserta remix dan lagu asli yang mereka buat, mungkin jumlahnya sudah ratusan. Di kanal YouTube, Tian memiliki 101 video, sedangkan Ever 83.
Dari kacamata pragmatis musisi YouTuber, kata Tian, mereka bergantung pada monetisasi dari platform. Jika tidak ada video baru yang diunggah, penonton video dari akun mereka akan turun. Target satu lagu per bulan pun mereka anggap realistis karena menulis musik dan lirik serta merekam video klip butuh banyak waktu.
Baca juga:
Abah Dindin, Mendaur Ulang Potensi Anak Jalanan
Meski tak tertutup pada genre dan aliran lain, keduanya berkomitmen fokus di jalur disko tanah. Mereka merasa nyaman di jalur itu karena bentuk industrinya yang terbuka pada kolaborasi. Disko tanah telah menjadi komunitas besar sehingga Tian dan Ever hampir tak pernah membuat lagu seorang diri.
Di samping itu, mereka yakin disko tanah punya efek pemersatu, seolah terus terngiang di telinga pendengar. Buktinya, tiga tahun terakhir, Bassgilano diminta menulis lagu bertema hajatan pemerintah, seperti Festival Pesona Selat Lembeh 2018, Manado Fiesta 2019, dan Pilkada Sulut 2020. Pada 2018, mereka menulis lagu kampanye buang sampah pada tempatnya dengan lagu "Buang di Dalam".
Tian dan Ever tak berhenti menulis lagu. Keduanya sudah punya singel baru, baik bersama maupun berkolaborasi dengan musisi lainnya. Disko tanah yang berbasis YouTube membuatnya bisa didengar oleh siapa pun dari kalangan mana pun. “Torang berkarya selama masih boleh, torang gas terus selama ada inspirasi,” kata Tian.
Torang berkarya selama masih boleh, torang gas terus selama ada inspirasi. -- Jonathan Dorongpangalo
Jonathan Christian Dorongpangalo (Tian Storm)
Lahir: Manado, 9 Juni 1997
Pendidikan:
SD Negeri 1 Talawaan Minahasa Utara
SMP Negeri 2 Talawaan Minahasa Utara
SMK Yadika Manado
Studio produksi musik: TS Home Studio
Everly Salikara (Ever Slkr)
Lahir: Bitung 20 Mei 1998
Pendidikan:
SDK Santo Andreas Tandurusa Bitung
SMP Advent Bitung
SMA Advent Bitung
Studio produksi musik: Ever Slkr Home Studio