Belum Ada Laporan Efek Samping Signifikan dari Vaksinasi di DIY
Tenaga kesehatan di sejumlah rumah sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai menjalani vaksinasi Covid-19. Hingga kini, belum ada laporan efek samping signifikan setelah vaksinasi dilakukan.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·5 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Tenaga kesehatan di sejumlah rumah sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai menjalani vaksinasi Covid-19. Berdasarkan data dari beberapa rumah sakit, belum ada laporan kejadian ikutan pasca-imunisasi atau efek samping signifikan.
Salah satu rumah sakit yang sudah melakukan vaksinasi untuk tenaga kesehatannya adalah Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Di DIY, RSUP Dr Sardjito merupakan satu dari 27 rumah sakit rujukan untuk penanganan pasien Covid-19.
”Vaksinasi di RSUP Dr Sardjito sudah mulai dilakukan sejak 14 Januari,” kata Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Humas RSUP Dr Sardjito Banu Hermawan, dalam diskusi daring mengenai vaksinasi Covid-19, Selasa (26/1/2021), di Yogyakarta.
Banu menjelaskan, hingga Senin (25/1), RSUP Dr Sardjito telah memberikan vaksinasi kepada 1.117 sumber daya manusia (SDM) kesehatan yang bekerja di rumah sakit tersebut. Sementara itu, total jumlah SDM kesehatan yang bekerja di RSUP Dr Sardjito hampir mencapai 3.000 orang.
SDM kesehatan itu tidak hanya terdiri dari tenaga kesehatan, seperti dokter, perawat, dan bidan, tetapi juga tenaga lainnya, seperti staf administrasi, sopir, dan petugas kebersihan. Sesuai ketentuan pemerintah, para pekerja tersebut juga akan menjalani vaksinasi karena sehari-hari juga bertugas di fasilitas layanan kesehatan.
Banu memaparkan, tidak semua SDM kesehatan di RSUP Dr Sardjito akan menjalani vaksinasi di rumah sakit tersebut. Hal ini karena sebagian SDM kesehatan itu memilih melakukan vaksinasi di fasilitas layanan kesehatan lainnya. Sesuai sistem yang dibuat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), SDM kesehatan memang bisa memilih tempat pelaksanaan vaksinasi.
”Mereka ada yang memilih melakukan vaksinasi di tempat-tempat yang lain, misalnya yang terdekat dengan rumah mereka. Sistem ini tujuannya adalah memudahkan akses mereka mendapatkan vaksinasi,” tutur Banu.
Dia menambahkan, hingga kini, RSUP Dr Sardjito mendapat jatah 2.280 dosis vaksin. Dalam sehari, rumah sakit tersebut bisa melakukan vaksinasi terhadap 240 orang SDM kesehatan. ”Namun, pada minggu ini, kami akan melakukan vaksinasi terhadap 300 orang dalam sehari. Jadi, jatah 2.280 dosis vaksin itu bisa segera terserap dengan baik,” kata Banu.
Banu menuturkan, vaksinasi di RSUP Dr Sardjito dilakukan terhadap seluruh SDM kesehatan yang memenuhi syarat. Oleh karena itu, dia menyebut, tidak ada prioritas vaksinasi untuk tenaga kesehatan yang bertugas di ruang perawatan pasien Covid-19. ”Semua tenaga kesehatan diutamakan, tidak hanya yang bertugas di ruang Covid-19,” ujarnya.
Tidak ada prioritas vaksinasi untuk tenaga kesehatan yang bertugas di ruang perawatan pasien Covid-19.
Kejadian ikutan
Banu menyatakan, para tenaga kesehatan di RSUP Dr Sardjito sangat antusias mengikuti program vaksinasi Covid-19. Hal ini karena vaksinasi itu diharapkan bisa memberikan perlindungan lebih bagi para tenaga kesehatan yang selama ini bertugas di fasilitas layanan kesehatan.
”Sebagian besar tenaga kesehatan sangat antusias mendapatkan vaksin karena ini merupakan bentuk perlindungan bagi dirinya. Ketika imunitas tubuh terjaga, tenaga kesehatan akan lebih semangat dan percaya diri dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat yang terkena Covid-19,” kata Banu.
Banu menjelaskan, hingga kini, belum ada laporan kejadian ikutan setelah imuniasi (KIPI) dari para tenaga kesehatan di RSUP Dr Sardjito. ”Artinya, vaksin ini aman dan kami berharap akan mendapat manfaat yang baik dari vaksin ini,” ujarnya.
Meski demikian, Banu menuturkan, tim RSUP Dr Sardjito menemukan adanya kerusakan pada sebagian alat pendukung vaksinasi yang dikirimkan pemerintah. Alat yang rusak itu adalah alat penyuntik vaksin. Namun, jumlah alat suntik yang rusak itu hanya sedikit, yakni empat unit. ”Ada alat suntik yang jarumnya bengkok dan sebagainya, tetapi jumlahnya hanya empat yang rusak,” ucapnya.
Banu juga mengingatkan, mereka yang sudah menjalani vaksinasi tetap harus menaati protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19. Hal ini karena pemberian vaksin tidak bisa menggantikan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19. ”Setelah divaksin, setiap orang tetap harus melakukan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak,” tuturnya.
Sementara itu, di RS Panti Rapih, Yogyakarta, ada ratusan SDM kesehatan yang telah menjalani vaksinasi. Pelaksana Tugas Direktur Pelayanan Medis RS Panti Rapih Esdras Ardi Pramudita mengatakan, proses vaksinasi di rumah sakit itu juga dimulai pada 14 Januari. Dalam sehari, RS Panti Rapih bisa melakukan vaksinasi terhadap 60 SDM kesehatan.
Oleh karena itu, hingga Selasa ini, ada sekitar 660 SDM kesehatan yang menjalani vaksinasi. Esdras menyebut, dari 660 orang itu, sekitar 80 persen di antaranya merupakan SDM kesehatan yang bekerja di RS Panti Rapih dan sisanya merupakan SDM kesehatan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan lain.
Hal ini karena RS Panti Rapih memang melayani vaksinasi untuk SDM kesehatan dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. ”Satu tenaga kesehatan akan mendapat dua kali vaksin yang jarak waktu antara vaksin pertama dan vaksin kedua itu dua pekan. Dosis kedua akan diberikan mulai 28 Januari,” ujar Esdras.
Esdras memaparkan, sampai sekarang, tidak ada laporan efek samping yang signifikan dari para tenaga kesehatan yang menjalani vaksinasi. Dia menyebut, memang ada dua orang yang melaporkan mengalami nyeri pada area suntikan serta dua orang yang mengalami demam pada malam hari setelah menjalani vaksinasi. Namun, hal itu masih dinilai sebagai sesuatu yang wajar.
”Untuk vaksinasi, seperti hepatitis dan lain-lain, kan, ada juga reaksi seperti itu. Jadi, masih wajar,” kata Esdras.
Menurut Esdras, ada sekitar 1.500 SDM kesehatan di RS Panti Rapih yang ditargetkan menjalani vaksinasi Covid-19. Namun, tidak semua SDM kesehatan itu akan menjalani vaksinasi di RS Panti Rapih. ”Kapasitas rumah sakit kami tidak mampu untuk memvaksin semuanya. Jadi, ada sebagian tenaga kesehatan yang vaksin di tempat lain,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY Pembajun Setyaningastutie mengatakan, berdasar data per 8 Januari 2021, jumlah SDM kesehatan di DIY yang ditarget menjalani vaksinasi sebanyak 35.239 orang. Untuk tahap awal, vaksinasi dilakukan di dua wilayah di DIY, yakni Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta.
Pembajun memaparkan, hingga Minggu (24/1), jumlah SDM kesehatan di DIY yang menjalani vaksinasi sebanyak 7.717 orang. Dia menambahkan, Dinkes DIY sudah menerima tambahan jatah vaksin sebanyak 44.400 dosis.
Tambahan jatah vaksin itu akan didistribusikan ke lima kabupaten/kota di DIY, termasuk Kabupaten Bantul, Kulon Progo, dan Gunung Kidul, yang belum mendapat jatah vaksin sebelumnya. Setelah distribusi selesai, diharapkan Kulon Progo, Gunung Kidul, dan Bantul segera melakukan vaksinasi perdana.