Tekan Kluster Keluarga, Surabaya Rawat Pasien di Fasilitas Isolasi
Satuan Tugas Covid-19 Kota Surabaya akan cenderung menangani pasien tanpa gejala atau gejala ringan dalam perawatan di fasilitas kesehatan karena mekanisme isolasi mandiri dalam keluarga masih berpotensi penularan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Satuan Tugas Covid-19 Kota Surabaya akan cenderung menangani pasien dalam perawatan di fasilitas kesehatan. Mekanisme isolasi mandiri bagi pasien tanpa gejala akan dihindari karena potensi penularan dalam keluarga masih terjadi.
Pada prinsipnya, isolasi mandiri bisa diterapkan untuk pasien tanpa gejala atau gejala ringan yang tinggal sendiri. Dalam masa isolasi mandiri, pasien harus benar-benar diawasi dan patuh terutama tidak beraktivitas ke luar rumah dan kontak dengan orang lain untuk mencegah penularan.
Ada sebagian pasien yang menjalani isolasi mandiri di rumah bersama anggota keluarga. Sulit memastikan pencegahan penularan antarmanusia karena pasien dan keluarga berbagi tempat dan beraktivitas bersama.
Sulit dipantau apakah pasien dan keluarga disiplin menerapkan protokol kesehatan terutama bermasker, jaga jarak, dan rutin memelihara kebersihan dengan cuci tangan atau memakai pensanitasi. Kedekatan fisik yang intens menjadi salah satu celah penularan virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19 (Coronavirus Disease 2019).
Dari hasil analisis terhadap hampir 400 pasien Covid-19 kurun 10-24 Januari 2021, Satgas Surabaya menemukan bahwa penularan tertinggi terjadi di dalam keluarga (28 persen dan 26 persen), penularan dari orang lain dan punya sakit bawaan atau komorbid (24,7 persen dan 31 persen), dan penularan di tempat kerja (12,7 persen dan 18,5 persen).
Dari data ini ini terlihat bahwa penularan dalam kluster keluarga masih tinggi, termasuk di antaranya dari pasien yang sedang menjalani isolasi mandiri terhadap kerabat di rumah.
”Kami cenderung akan mengubah mekanisme penanganan pasien tanpa gejala atau ringan dari isolasi mandiri ke fasilitas yang sudah disediakan,” Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya Irvan Widyanto selaku Wakil Sekretaris Satgas Covid-19, Senin (25/1/2021).
Fasilitas isolasi ada di rumah sakit, asrama haji, gedung pemerintah, bahkan hotel yang menjalin kerja sama dengan Satgas Covid-19 untuk penanganan pasien dan tempat tinggal sementara tenaga kesehatan. Di Jatim ada 145 RS rujukan di mana 59 di antaranya ada di Surabaya. Salah satunya RS Lapangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) II atau RS Darurat Covid-19 di Jalan Indrapura berkapasitas 500 dipan isolasi. Asrama Haji Sukolilo berkapasitas 1.000 tempat tidur isolasi.
Kami cenderung akan mengubah mekanisme penanganan pasien tanpa gejala atau ringan dari isolasi mandiri ke fasilitas yang sudah disediakan. (Irvan Widyanto)
Secara terpisah, Penanggung Jawab Penanganan Pasien Covid-19 RS Lapangan Laksamana Pertama IDG Nalendra Djaya Iswara mengatakan, ’perawatan’ diberikan secara maksimal dan terukur untuk mempercepat pemulihan.
Di RS Lapangan, pengalaman Kompas yang menjalani isolasi selama empat hari, pasien diberi makanan dan minuman bernutrisi, komplet, bahkan mewah. Dalam sehari, pasien diberi tiga kali makan dan dua kali kudapan. Selain itu, vitamin dan obat-obat yang diperlukan sesuai dengan keluhan pasien. Setiap hari, pasien senam, berjemur, dan diperiksa kesehatannya.
”Pemberian obat yang sesuai dan memelihara suasana hati pasien agar tetap gembira dan positif mempercepat pemulihan,” kata Nalendra, mantan Kepala RSAL Dr Ramelan, Surabaya itu. Di fasilitas, aktivitas pasien jelas terpantau dan terukur. Selain itu, perkembangan kesehatan juga terawasi. Penularan kepada orang lain yang sehat jelas bisa ditekan bahkan dihindari.
Pelaksana Tugas Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana mengatakan, akan mendorong kembali keaktifan pengurus RT/RW dalam Kampung Tangguh Semeru Jogo Suroboyo. Sebanyak 1.369 kampung tangguh yang sudah dibentuk perlu ditingkatkan kembali keaktifan untuk memaksimalkan kedisiplinan dalam penerapan protokol kesehatan oleh masyarakat.
Dalam penanganan pasien, kampung tangguh lebih efektif menjangkau warga daripada tim kesehatan puskesmas. Tim kampung tangguh lebih cepat dalam mendekati, mendata, dan memantau aktivitas masyarakat, termasuk yang sedang menjalani isolasi mandiri agar tetap disiplin.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, mengatakan, saat ini sedang berlangsung pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di 15 kabupaten/kota di Jatim, termasuk Surabaya untuk pencegahan penularan Covid-19. Strategi yang diperpanjang dari rencana 11-25 Januari 2021 sampai 8 Februari 2021 harus dilaksanakan dengan sempurna.
”Jika diperlukan, tempuh kebijakan yang lebih strategis seperti PSBB yang pernah ditempuh di Surabaya atau bahkan karantina wilayah,” kata Windhu.
Adapun pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang lebih ketat pelaksanaannya daripada PPKM pernah ditempuh di Surabaya selama 42 hari pada 2020. Skema itu memang menurunkan aktivitas sekaligus potensi penularan Covid-19 meski berdampak buruk terhadap sisi ekonomi masyarakat.