Di tengah pandemi, PT PLN (Persero) NTB mencatat pertumbuhan listrik selama 2020 hingga 12,69 persen. Selain karena kebutuhan kegiatan daring masyarakat, hal itu juga didorong penambahan jumlah pelanggan.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·2 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Meski berbagai sektor terdampak pandemi Covid-19, kebutuhan listrik di Nusa Tenggara Barat naik 12,69 persen sepanjang tahun 2020. Dari setahun sebelumnya hanya 1.950,13 gigawatt jam menjadi 2.197,63 gigawatt jam.
General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah NTB Lasiran di Mataram, Senin (25/1/2021), mengatakan, peningkatan penggunaan listrik didorong sejumlah faktor. Salah satunya kebutuhan masyarakat yang melakukan aktivitas secara daring selama pandemi Covid-19.
”Naiknya penggunaan listrik ini juga menjadi sinyal positif bahwa ekonomi masyarakat NTB terus tumbuh,” kata Lasiran.
Faktor lain yang mendukung peningkatan penjualan listrik di NTB adalah pertumbuhan pelanggan. Menurut Lasiran, pada 2020, PT PLN NTB memiliki 1.586.289 pelanggan atau meningkat 5,74 persen dari 2019 yakni 1.500.164 pelanggan.
”Selain itu, peningkatan penjualan juga karena kami terus memperluas jaringan listrik ke daerah-daerah terpencil yang belum dialiri listrik,” kata Lasiran.
Lasiran mengatakan, saat ini sebanyak 3.949 rumah tangga di 44 dusun terpencil di NTB sudah menikmati listrik selama 24 jam. Sebelumnya, mereka hanya menikmati listrik selama 12 jam.
Menurut Lasiran, untuk memenuhi kebutuhan listrik di dusun itu, PLN membangun infrastruktur berupa jaringan tegangan menengah sepanjang 98,45 kilometer sirkuit (kms) dan jaringan tegangan rendah sepanjang 12,39 kms. Selain itu, ada sembilan unit gardu dengan kapasitas 660 kilovolt ampere.
Sejalan dengan peningkatan itu, sejumlah inovasi juga dihadirkan PT PLN NTB untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat. Inovasi itu juga mendorong penjualan listrik, seperti New PLN Mobile, Electrifying Agriculture, dan Smart Electric Island.
Smart Electric Island adalah kawasan dengan 100 persen pelanggan menggunakan listrik prabayar. Saat ini konsep itu sudah diaplikasikan di kawasan tiga Gili di Lombok Utara dengan 495 pelanggan dan Gili Maringkik Lombok Timur dengan 565 pelanggan.
”Sebagai salah satu daerah yang masuk pulau terluar di NTB, listrik di kawasan Gili Maringkik memang harus terus dijaga keandalannya,” kata Kepala Dinas Perindustrian NTB Nuryanti.
Lasiran menambahkan, beban puncak kelistrikan Lombok per 23 Januari 2021 adalah 243 megawatt (MW) dengan total daya mampu pembangkit sebesar 325 MW. Sementara di Sumbawa 105 MW dengan total daya mampu pembangkit 140 MW.
”Artinya, terdapat cadangan daya 82 MW di Lombok dan 35 MW di Sumbawa yang cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik di NTB,” kata Lasiran.
Menurut Lasiran, hal itu diharapkan memberi dukungan pada peningkatan perekonomian masyarakat hingga industri, termasuk mendorong rasio elektrifikasi hingga investasi.