Ruang ICU Balikpapan Penuh, Mobilitas dari Luar Daerah Diperketat
Ruang IGD Balikpapan selalu penuh dalam sepekan terakhir. Penyembuhan pasien yang cepat, pembatasan kegiatan, dan penambahan tempat tidur di rumah sakit rujukan jadi langkah antisipatif yang perlu ditempuh.
Oleh
SUCIPTO
·4 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS – Penambahan kasus positif Covid-19 di Balikpapan, Kalimantan Timur, hingga pekan keempat bulan Januari masih tinggi. Rumah sakit pun kewalahan menangani pasien Covid-19 bergejala. Sebagai langkah antisipasi, pemerintah memperketat pergerakan orang di pintu masuk dan menambah tempat tidur rumah sakit rujukan.
Pada Senin (25/1/2021), terdapat penambahan 82 kasus positif baru di Balikpapan. Sebanyak 21 kasus di antaranya merupakan pasien bergejala yang butuh perawatan di rumah sakit. Adapun sisanya tanpa gejala dan bergejala ringan yang melakukan isolasi mandiri. Bahkan, pekan sebelumnya, rata-rata penambahan kasus positif kerap melebihi 100 kasus per hari.
“Total pasien yang dirawat di rumah sakit sebanyak 455 orang. Ruang ICU (Instalasi Rawat Intensif) sangat penuh. Bagi keluarga yang butuh perawatan khusus, kami kesulitan karena antreannya panjang,” kata Rizal, saat meninjau pemeriksaan kendaraan yang masuk ke wilayah Balikpapan.
Data terakhir yang dirilis Satgas Covid-19 Balikpapan menyebutkan, terdapat 19,2 persen kasus aktif Covid-19 pada Rabu (20/1/2020). Angka itu meningkat dibandingkan sebelum 15 Januari 2021 sekitar 16 persen kasus aktif (Kompas.id, 20/1/2021).
Dengan demikian, jumlah tempat tidur yang tersisa pada 11 rumah sakit rujukan Covid-19 hanya empat unit. Adapun dari 37 ruang ICU, sudah terisi penuh, hanya tersisa tiga ruang ICU untuk anak dan bayi. Rizal mengatakan, pasien yang bergejala tetap dirawat meski harus mengantre di ruang ICU.
Penambahan tempat tidur dan ruang ICU masih diupayakan Satgas Covid-19 setempat. Hal itu menjadi upaya utama menekan angka kematian dipicu Covid-19. Sebab, untuk merujuk pasien ke luar daerah juga tidak memungkinkan karena daerah lain juga kewalahan menampung pasien.
Saat ini semua rumah sakit rujukan tengah berupaya menambah jumlah tempat tidur sesuai anjuran Kementerian Kesehatan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan Andi Sri Juliarty mengatakan, saat ini semua rumah sakit rujukan tengah berupaya menambah jumlah tempat tidur sesuai anjuran Kementerian Kesehatan. Kemenkes menganjurkan penambahan kapasitas tempat tidur sebanyak 30 persen di semua daerah dan penambahan 40 persen tempat tidur di zona merah.
“Rumah sakit sedang bergerak untuk meningkatkan kapasitas sekitar 40 persen. Untuk tempat tidur isolasi masih bisa terpenuhi, tetapi ruang ICU selalu penuh di Balikpapan,” kata Andi.
Oleh karena tingkat masuk dan keluar pasien di Balikpapan sangat cepat, Satgas Covid-19 memiliki tim khusus yang mengkoordinasikan seluruh rumah sakit rujukan. Tugas utamanya adalah untuk memberi informasi rumah sakit mana saja yang masih menyisakan tempat tidur di ruang isolasi.
Penambahan ruangan untuk merawat pasien bergejala dan kelompok rentan seperti wanita hamil mendesak untuk mencegah kematian akibat lambatnya merawat pasien. Satgas Covid-19 Kaltim mencatat, sejak Maret 2020 hingga Januari 2021 terdapat 33 pasien meninggal setelah satu hari terkonfirmasi positif di Balikpapan. Jumlah itu yang terbanyak dari total kematian akibat Covid-19 di "Kota Minyak" tersebut.
Andi memperkirakan, hal itu terjadi lantaran pasien terkonfirmasi positif Covid-19 terlambat dibawa ke rumah sakit. Untuk menghindari hal tersebut di tengah tingginya kasus, Satgas Covid-19 berkoordinasi dengan puskesmas untuk memantau orang yang menjalani isolasi mandiri.
“Kami menekankan pasien yang isolasi mandiri diawasi supaya kondisinya tidak memburuk sehingga bisa mencegah jumlah pasien yang harus dirawat di rumah sakit dan menekan angka kematian,” kata Andi.
Diperketat
Untuk menekan penambahan kasus Covid-19, kegiatan masyarakat di Balikpapan diperketat pada 15-29 Januari 2021 dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Pusat keramaian, perkantoran, dan tempat tempat hiburan yang semula mulai beroperasi kembali dibatasi hingga tak boleh beroperasi pada rentang waktu itu.
Mulai tanggal 25 sampai 29 Januari, Satgas Covid-19 memperketat pengawasan di pintu masuk Balikpapan. Terdapat dua posko pemeriksaan transportasi darat dan penegakan protokol kesehatan, yakni di Kilometer 13 dan di Kelurahan Teritip, Balikpapan Timur.
Setiap pengendara di dalam kendaraan yang menuju Balikpapan diperiksa. Jika tidak mengenakan masker atau tidak mengurangi kapasitas tempat duduk, seluruh penumpang dan pengemudi akan dites cepat antigen di posko. Jika hasil tes cepat antigen menunjukkan reaktif, orang tersebut diminta kembali ke tempat asal untuk ditindaklanjuti Satgas Covid-19 setempat.
“Kami beroperasi dari pukul 09.00 Wita-12.00 Wita. Kami mendapat jatah 100 alat rapid tes antigen untuk memeriksa secara acak orang yang melintas. Hasil tes bisa didapat 30 menit setelah tes,” ujar Sekretaris Dinkes Balikpapan Alwiati.
Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman, Ike Anggraeni merespons positif kebijakan tersebut. Meski demikian, menurut dia, Satgas Covid-19 perlu berupaya mengoptimalkan perawatan pasien agar tak terjadi penumpukan pasien di rumah sakit.
Salah satunya dengan memperpendek waktu perawatan hingga pasien benar-benar dinyatakan sembuh. Selain perawatan dari sisi medis, penguatan mental pasien juga dinilai penting mempercepat proses penyembuhan.
“Penguatan mental ini akan sangat mendorong imunitas yang baik bagi pasien. Saya melihat satu contoh di negara lain, pasien bisa dikunjungi bahkan untuk dipeluk dengan menggunakan sarana yang aman,” kata Ike, dihubungi dari Balikpapan.
Selain perawatan dari sisi medis, penguatan mental pasien juga dinilai penting mempercepat proses penyembuhan.
Selain itu, sosialisasi dan edukasi mengenai apa yang harus dilakukan jika mengalami gejala Covid-19 juga perlu diperluas. Hal itu untuk menghindari lambatnya pasien memeriksakan diri dan mendapat perawatan di rumah sakit.
"Jangan sampai tempat pelayanan kesehatan menjadi pilihan terakhir setelah mereka mengobati dirinya sendiri dahulu dan pada akhirnya datang saat kondisi sudah memburuk," ucap Ike.