Realisasi Vaksinasi Covid-19 di Jawa Barat Masih 25 Persen
Realisasi vaksinasi Covid-19 tahap satu yang ditujukan kepada tenaga kesehatan di Jawa Barat baru mencapai 25 persen. Gubernur Jabar Ridwan Kamil akan mengevaluasi prosesnya untuk mengoptimalkan vaksinasi tersebut.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Realisasi vaksinasi Covid-19 tahap satu yang ditujukan kepada tenaga kesehatan di Jawa Barat baru mencapai 25 persen. Gubernur Jabar Ridwan Kamil akan mengevaluasi prosesnya untuk mengoptimalkan vaksinasi tersebut.
Sejumlah 75.542 nakes di Jabar ditargetkan menjadi penerima vaksin pada tahap satu termin pertama di tujuh daerah. Ketujuh daerah itu adalah Kota Bandung, Bekasi, Bogor, Depok, Cimahi, serta Kabupaten Bandung dan Bandung Barat.
Akan tetapi, baru 19.255 nakes yang disuntik vaksin dosis pertama atau 25,41 persen dari target. Penyuntikan dosis kedua akan dimulai Kamis (28/1/2021).
“Vaksinasi tahap satu belum memuaskan, baru 25 persen dari target. Sedang kami evaluasi,” ujar Gubernur Jabar Ridwan Kamil di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (25/1).
Sejumlah nakes calon penerima vaksin tidak datang pada jadwal vaksinasi. Beberapa nakes juga belum memenuhi syarat, seperti pernah terinfeksi Covid-19, mempunyai komorbid, tensi tinggi, sedang hamil dan menyusui.
“Mayoritas tekanan darahnya tinggi. Ini jadi fenomena nasional yang sempat dibahas Menteri Kesehatan (Budi Gunadi Sadikin),” ucapnya. Syarat tekanan darah saat vaksinasi tidak di atas 140/90.
Sejumlah nakes calon penerima vaksin tidak datang pada jadwal vaksinasi. Beberapa nakes juga belum memenuhi syarat, seperti pernah terinfeksi Covid-19, mempunyai komorbid, tensi tinggi, sedang hamil dan menyusui
Sementara vaksinasi tahap satu termin kedua akan dilakukan bulan depan. Sebanyak 253.640 vial vaksin telah didistribusikan ke seluruh kabupaten/kota di Jabar.
“Pada vaksinasi termin kedua, 27 kabupaten/kota per hari ini sudah menerima alokasi vaksin,” ujarnya.
Kondisi kesehatan penerima vaksin terus dipantau. Jabar telah membentuk Komisi Daerah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) untuk melayani laporan penerima vaksin yang mengalami gejala berat.
Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jabar Marion Siagian, belum ada laporan nakes yang mengalami gejala berat pascapenyuntikan vaksin dosis pertama. “Yang muncul KIPI ringan, seperti kemerahan di tempat suntikan. Semua bisa diatasi tanpa ada yang rawat inap,” jelasnya.
Pemerintah kabupaten/kota juga diminta menyiapkan pokja (kelompok kerja) KIPI dan menetapkan rumah sakit rujukan. Penerima vaksin dapat menyampaikan keluhan gejala pascapenyuntikan vaksin ke tempat vaksinasi dalam 24 jam.
Inovasi vaksinasi
Jabar menyiapkan 1.094 puskesmas untuk melakukan vaksinasi Covid-19. Jumlah itu dinilai belum memadai karena di provinsi itu terdapat 5.312 desa.
Untuk mempercepat vaksinasi, Kamil akan mengusulkan ke Kementerian Kesehatan untuk melakukan vaksinasi ke rumah warga. Skemanya, dokter dan vaksinator mendatangi warga calon penerima vaksin di pelosok desa menggunakan mobil.
“Prosedurnya tetap diikuti. Pendaftaran, pemeriksaan (kesehatan), dan penyuntikan vaksin dilakukan di mobil tersebut. Semoga inovasi ini disetujui sehingga bisa mempercepat vaksinasi,” ujarnya.
Kamil menambahkan, tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19 di Jabar turun menjadi 73,06 persen setelah sebelumnya sempat 80 persen. Penurunan ini turut dipengaruhi penggunaan sejumlah gedung menjadi rumah sakit Covid-19 darurat, salah satunya Sekolah Calon Perwira (Secapa) Angkatan Darat di Kota Bandung.