Manado Masih Rawan Banjir dan Tanah Longsor hingga Seminggu ke Depan
Potensi banjir, tanah longsor, dan bencana hidrometeorologis lainnya masih besar di Sulawesi Utara, terutama Manado. Hujan berintensitas lebat masih sangat mungkin turun selama tujuh hari ke depan.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Banjir menggenangi Jalan Lumimuut, Manado, Sulawesi Utara, setelah hujan deras mengguyur kota, Sabtu (16/1/2021). Banjir memutus akses transportasi dan menyebabkan listrik padam di sejumlah daerah di Manado.
MANADO, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperingatkan, potensi banjir, tanah longsor, dan bencana hidrometeorologis lainnya masih tinggi di Sulawesi Utara, termasuk Manado. Hujan berintensitas lebat masih sangat mungkin turun selama tujuh hari ke depan di setidaknya sembilan kabupaten dan kota.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado, Ben Arther Molle, Senin (25/1/2021), mengatakan, seluruh Sulut masih dibayangi potensi hujan intensitas ringan hingga sedang. Namun, warga di Manado, Minahasa Utara, Tomohon, Minahasa Selatan, Bolaang Mongondow, serta Kepulauan Sitaro, Talaud, dan Sangihe, diminta lebih waspada.
Meski curah hujan kemungkinan besar hanya sampai pada intensitas sedang, kata Ben Arther, potensi banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan pohon tumbang juga akan ditentukan daya dukung lingkungan sekitar dalam merespons curah hujan. Ia mengimbau masyarakat mencermati keadaan lingkungan sekitar dan potensi bencananya.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Pengendara sepeda motor menembus hujan di Jembatan Soekarno, Manado, Sulawesi Utara, Senin (18/1/2021). Cuaca buruk akibat La Nina berpuncak pada gelombang dan ombak besar yang menerjang Teluk Manado hingga menyebabkan kerusakan parah di kawasan bisnis yang dibangun di atas lahan reklamasi.
”Sebab, salah satu upaya mitigasi sesungguhnya adalah memahami cuaca dan lingkungan tempat kita tinggal. Jika itu dilakukan, dampak dari bencana hidrometeorologi yang dapat datang sewaktu-waktu dapat dikurangi,” kata Ben Arther.
Dalam rentang sepekan, Manado dan sekitarnya sudah dua kali diterjang banjir, yaitu Sabtu (16/1) dan Jumat (22/1). Menurut analisis BMKG, hujan lebat pada Jumat lalu disebabkan adanya sirkulasi siklonal di Laut China Selatan sebelah barat Provinsi Palawan, Filipina.
Wilayah Sulut menjadi daerah pertemuan massa udara basah dari barat Samudra Pasifik. Keadaan itu berpadu dengan kelembaban udara di lapisan atmosfer Sulut yang berkisar 80-100 persen pada lapisan bertekanan 850 milibar-500 milibar. Keadaan ini memicu pembentukan awan kumulonimbus penyebab hujan.
Meski begitu, hingga kini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulut belum memiliki data jumlah warga terdampak banjir di Manado karena data masih sedang dihimpun. Namun, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Manado Stany Lonteng memastikan 10 dari 11 kecamatan di Manado dilanda banjir pada Jumat lalu.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Banjir menggenangi akses jalan dari wilayah Karombasan Utara menuju Ranotana, Manado, Sulawesi Uatra, setelah hujan deras mengguyur kota, Sabtu (16/1/2021). Banjir memutus akses transportasi dan menyebabkan listrik padam di sejumlah daerah di Manado.
”Yang tidak kena hanya kecamatan Bunaken Kepulauan (Pulau Bunaken, Manado Tua, dan Siladen). Kalau jumlah kelurahan, yang tanggal 16 (Januari) lalu ada 53 yang kena. Kalau yang sekarang, saya masih mau rangkum dulu data dari masing-masing kelurahan,” tuturnya.
Stany menambahkan, sebagian besar kelurahan yang diterjang banjir pada 16 Januari kembali terendam pada Jumat lalu. Banjir bahkan diduga meluas. ”Tetapi terbatas hanya di 10 kecamatan di Manado daratan,” ujarnya.
BPBD Manado pun belum dapat memperkirakan berapa jumlah warga terdampak banjir. Menurut data Pemkot Manado, terdapat 424.031 warga dan 109.621 rumah tangga di 10 kecamatan terdampak. Namun, tidak semua wilayah di kecamatan itu terendam banjir. BPBD Sulut juga belum merilis data dampak banjir.
Akibat banjir kedua, dua orang tewas karena tertimbun longsor di Kelurahan Ranotana dan Teling Tingkulu. Sementara seorang warga Ternate Tanjung meninggal di tempat pengungsian karena masalah kesehatan lain. Sementara itu, seorang warga berusia 8 tahun dari Desa Kawangkoan, Kalawat, Minahasa Utara, tewas terbawa arus banjir.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Tim Badan Pencarian dan Penyelamatan Nasional (Basarnas) dan Brigadir Mobil Polres Manado berusaha mencari seorang korban di bawah longsoran tanah dan beton di wilayah Malalayang Satu Barat, Manado, Sulawesi Utara, pada Sabtu (16/1/2021). Setidaknya empat orang telah dinyatakan tewas akibat longsor di dua kecamatan di Manado, sedangkan satu orang masih dalam pencarian.
Kepala Seksi Operasi Kantor Badan Pencarian dan Penyelamatan Nasional (Basarnas) Manado Jandry Paendong mengatakan, korban yang bernama Timothy Bity ditemukan setelah tiga hari pencarian pada Minggu (24/1) pukul 09.40 Wita. Sebelumnya, warga Perumahan Kawangkoan Baru itu dilaporkan terbawa arus saat banjir menerjang.
Banjir dua kali dalam rentang seminggu itu juga menyebabkan berbagai kerusakan lain. Di Winangun, akses Manado-Tomohon terhambat karena makam di bukit samping jalan longsor.
Di Jalan Lingkar Luar Manado terdapat kerusakan di tepi jalan, sementara beberapa pohon tumbang. Saat kejadian, jalan digenangi air keruh berlumpur yang diduga tanah dari bukit-bukit di kedua sisi jalan yang dipotong demi pembangunan.