Pengungsi Merapi di Desa Glagaharjo Sleman Dipulangkan
Pemerintah Kabupaten Sleman akan memulangkan pengungsi Merapi di Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY, pada Selasa (26/1/2021). Ini didasari perubahan rekomendasi ancaman erupsi dari BPPTKG.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Sleman bakal memulangkan pengungsi Gunung Merapi di Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (26/1/2021). Pemulangan itu didasari data perubahan ancaman bahaya erupsi gunung api tersebut.
Kepala Desa Glagaharjo Suroto menyampaikan, pihaknya masih membahas teknis pemulangan pengungsi di balai desa tersebut. Pihaknya tengah mendata kendaraan yang dapat digunakan untuk memulangkan para pengungsi. Pemerintah desa akan memfasilitasi dengan kendaraan milik desa apabila warga tidak dapat menggunakan kendaraan pribadinya.
”Ini sedang kami tanya, siapa yang sudah pakai sepeda motor, siapa yang sudah pakai mobil sendiri. Misalnya, armadanya kurang, dari pemerintah desa akan menyiapkan,” kata Suroto, saat dihubungi, Minggu (24/1/2021).
Menurut data dari Pemerintah Desa Glagaharjo, pengungsi yang menempati barak pengungsian di balai desa tersebut, hingga Sabtu (23/1/2021) malam, berjumlah 173 orang. Sebagian besar pengungsi terdiri dari kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, dan anak-anak.
Pengungsi merupakan warga Dusun Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman. Dusun tersebut berada di sisi tenggara lereng Merapi dalam radius lima kilometer dari puncak Merapi. Pada peningkatan status Merapi, dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III), dusun itu masuk dalam daerah yang berpotensi terkena ancaman bahaya erupsi Merapi.
Namun, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengubah rekomendasi ancaman bahaya erupsi menjadi ke arah selatan dan barat daya lereng Merapi, Sabtu (16/1/2021). Potensi bahaya itu berupa guguran lava dan awan panas ke arah selatan dan barat daya, yang meliputi wilayah Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Sungai Putih sejauh maksimal lima kilometer dari puncak gunung. Diingatkan pula ancaman lontaran material vulkanik apabila terjadi letusan eksplosif yang menjangkau area tiga kilometer dari puncak gunung.
Pemulangan pengungsi sudah dipastikan lewat keluarnya Surat Edaran Pemerintah Kabupaten Sleman Nomor 361/0178 tentang Antisipasi Perubahan Arah Bahaya Ancaman Bencana Erupsi Merapi 2021. Surat itu ditandatangani Sekretaris Daerah Sleman Harda Kiswaya. Dalam surat itu disebutkan, pengungsi di Balai Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, pada 26 Februari 2021 akan dipulangkan.
”Warga asal Dusun Kalitengah Lor, yang saat ini berada di pengungsian Balai Desa Glagaharjo, dapat dipulangkan ke daerah asal beserta ternak yang berada di barak ternak darurat Glagaharjo. Masyarakat juga tetap meningkatkan kewaspadaan. Apabila terjadi kondisi krisis Merapi setiap saat, dapat mengungsi kembali,” kata Harda, dalam keterangan tertulisnya.
Terkait pemulangan ternak, Suroto menjelaskan, semua ternak di kandang darurat tersebut sudah dipulangkan ke rumah masing-masing, Minggu ini. Jumlah ternak di kandang darurat tersebut berjumlah sekitar 60 ekor.
Suroto menambahkan, meski warga sudah dipulangkan ke rumahnya masing-masing, mereka tetap diminta menjaga kewaspadaannya. Sebab, belum ada penurunan status aktivitas Merapi. BPPTKG masih menetapkan status Merapi Siaga (Level III).
”Status gunungnya belum turun. Masih Siaga (Level III). Jadi, kewaspadaan justru harus malah ditambah. Kewaspadaan senantiasa dijaga,” kata Suroto.
Lebih lanjut, Suroto menyampaikan, pihaknya tidak akan mengubah kondisi barak pengungsian di balai desa tersebut. Sekat-sekat yang sudah dipasang akan tetap dijaga. Tujuannya agar barak tersebut dapat digunakan kembali sewaktu-waktu jika ada warga yang membutuhkan.