Menaklukkan Tegangan Listrik demi Cahaya Pemulihan Sulbar
Listrik adalah kebutuhan vital. Saat terjadi bencana, infrastruktur itu kian penting. Pemulihan listrik pun menjadi salah satu ”energi” bagi pemulihan para penyintas pascagempa di Sulawesi Barat.
Oleh
Videlis Jemali
·4 menit baca
Listrik adalah salah satu sumber energi pemulihan dalam bencana. Cepatnya pemulihan listrik menjadi harapan akan lekasnya pemulihan penyintas dari duka dan trauma. Penyintas gempa di Sulawesi Barat mulai merasakan energi pemulihan dari cahaya listrik tersebut.
Dari tangga dengan ketinggian 3 meter dari permukaan tanah, Saldi (22) mencolok salah satu jumper. Percobaan pertama luput. Ia ambil napas sejenak. Begitu kekuatan terkumpul kembali, dengan tenang ia mencolok pengait jumper. Kali ini, penyambung tegangan itu lepas. Dua jumper kini telah lepas.
Setelah itu, Saldi dengan tangkas langsung turun tangga. Menghindari terik matahari, teknisi pekerjaan dalam keadaan bertegangan itu langsung duduk di bagian belakang mobil berisi peralatan listrik. Ia berteduh sejenak.
Pekerjaan pertama pada Kamis (21/1/2021) atau hari ketujuh memperbaiki listrik di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, sudah selesai. Dua jumper tersebut perlu dicopot dari transmisi untuk memutus aliran listrik tegangan tinggi ke arah utara.
Sejauh 100 meter dari titik itu ada pembersihan reruntuhan bangunan yang ambruk karena gempa M 6,2 yang melanda Sulbar pada 15 Januari lalu. Tegangan diputus agar aliran listrik tidak terganggu jika alat berat menyenggol kabel di dekat reruntuhan. Setelah pembersihan puing, jumper itu akan disambung lagi.
Terkait pekerjaannya itu, Saldi menuturkan, dirinya sudah terbiasa melakukannya. Bahkan, pada Rabu (20/1/2021), bersama tim dia naik dan menaklukkan tegangan yang sama di ketinggian 13 meter. ”Tidak ada kendala, tidak ada pula kecelakaan,” ujar teknisi PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Unit Pelayanan III Mamuju tersebut.
Syarif (26), teknisi lainnya, juga naik dan turun tangga memperbaiki jaringan listrik dalam seminggu terakhir. Ia rela meninggalkan keluarganya di pengungsian untuk mempercepat perbaikan listrik. Jika biasanya ia bekerja hingga pukul 17.00 Wita, pada hari-hari ini dia bekerja hingga pukul 18.30 Wita. Kulit pun jadi lebih gosong. ”Tidak apa-apa, demi cepatnya listrik membaik,” ujarnya.
Bersama dengan delapan anggota tim, Saldi berakrobat menaklukkan tegangan tinggi listrik di kota Mamuju sejak gempa melanda. Di bawah terik matahari, mereka memutus dan menyambung lagi tegangan listrik.
Saldi dan timnya bagian dari 188 teknisi yang bekerja tak kenal lelah memperbaiki atau memulihkan kelistrikan di Kabupaten Mamuju dan Majene dalam seminggu terakhir. Selain dari wilayah Mamuju, teknisi lainnya berasal dari Unit Pelayanan Palu dan Luwuk di Sulawesi Tengah, Unit Pelayanan Gorontalo (Gorontalo), serta Unit Pelayanan Makassar Utara, Unit Pelayanan Makassar Selatan, dan Unit Pelayanan Pinrang (Sulawesi Selatan).
Kerja keras para teknisi tersebut mempercepat pemulihan Mamuju dan Majene dari kegelapan pascabencana. Hingga Kamis, PLN telah memperbaiki 856 gardu listrik. Angka itu setara dengan 84.000 pelanggan yang kembali menikmati listrik.
Kini, para teknisi tinggal menunggu akses terbuka di Kecamatan Ulumanda, Kabupaten Majene, untuk membetulkan 16 gardu yang rusak. Daerah itu masih terisolasi karena longsor akibat gempa. Untuk penanggulangan sementara, PLN menyalurkan generator di tenda-tenda penyintas di Ulumanda.
Buah kerja para teknisi tersebut terlihat jelas pada malam hari dalam beberapa hari terakhir. Rumah-rumah warga sudah terang benderang. Jalan-jalan juga bercahaya.
Hal itu kontras dengan kondisi awal atau sesaat setelah gempa. Dua hari pertama pascagempa, sebagian besar kota Mamuju masih gelap gulita. Tiang listrik tumbang dan kabel menggantung keluar dari transmisi. Berdasarkan catatan PLN, total 872 gardu listrik rusak akibat guncangan gempa.
Pulihnya listrik tersebut menyinari kegelapan malam-malam para penyintas yang mengungsi. Karena listrik kembali menyala, sebagian pengungsi memilih kembali ke rumah, terutama untuk mereka yang rumahnya tidak rusak.
Begitu tahu listrik menyala, saya kembali ke rumah meskipun tidur di teras untuk jaga-jaga.
”Saya tidak tahan tinggal di pengungsian. Begitu tahu listrik menyala, saya kembali ke rumah meskipun tidur di teras untuk jaga-jaga,” ujar Edi (52), penyintas di Kelurahan Karema, Kecamatan Simboro, Mamuju.
Listrik di rumah Edi menyala pada Senin (18/1) pagi. Ia bersama tiga anggota keluarganya kembali ke rumah pada Senin malam. Ia sebelumnya mengungsi di tempat ketinggian di pinggir jalan poros Mamuju-Majene.
Untuk Zair (53), pedagang di pinggir Jalan RE Martadinata, Mamuju, pulihnya listrik berarti memulihkan ekonominya yang lumpuh selama tiga hari. Listrik di sekitar lingkungannya kembali berfungsi pada Minggu (17/1/2021) malam. Mulai Senin, ia kembali membuka warungnya.
”Saya senang listrik menyala lagi karena kita semua bergantung pada listrik. Kalau listrik mati, sama seperti mati semua hal,” ujarnya sambil antusias melayani pembeli.
Direktur Bisnis Regional Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara PT PLN Syamsul Huda menyampaikan, pihaknya terus berkomitmen mendukung pemerintah dan memberikan layanan terbaik kepada masyarakat untuk pemulihan Mamuju dan Majene. ”Semoga ini (pemulihan listrik) bisa membuat Mamuju dan Majene segera bangkit,” katanya.