Industri hotel di Sumatera Utara bersiap bangkit tahun ini setelah terpuruk akibat pandemi Covid-19 sepanjang 2020. Keterisian hotel kini berkisar 30-40 persen dan sudah bisa menutupi biaya operasional.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Industri hotel di Sumatera Utara bersiap bangkit tahun ini setelah terpuruk akibat pandemi Covid-19 sepanjang 2020. Keterisian hotel kini berkisar 30-40 persen dan sudah bisa menutupi biaya operasional. Sertifikasi kebersihan, kesehatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan (CHSE) diharapkan menopang industri hotel di tengah pandemi.
”Di awal pandemi, industri hotel sangat terpuruk dengan keterisian di bawah 10 persen. Kini, hotel di Sumut mulai bangkit lagi,” kata perwakilan pemilik Hotel Antares Group, Lindung Pandiangan, saat acara deklarasi Perkumpulan Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PPHRI), di Medan, Sabtu (23/1/2021).
Di awal pandemi, industri hotel sangat terpuruk dengan keterisian di bawah 10 persen. Kini, hotel di Sumut mulai bangkit lagi. (Lindung Pandiangan)
Lindung merupakan deklarator PPHRI bersama 20 deklarator lainnya. Perkumpulan itu dibentuk sebagai wadah komunikasi para pengusaha hotel agar bisa bangkit dari keterpurukan selama pandemi Covid-19.
Lindung mengatakan, saat ini hotel di Sumut mulai bangkit kembali dengan keterisian rata-rata 30-40 persen. Menurut Lindung, tingkat keterisian saat ini menutupi biaya operasional hotel yang cukup tinggi, seperti gaji karyawan, pemeliharaan hotel, listrik, air, dan keamanan.
Keterisian pun diharapkan bisa meningkat kembali pada 2021 ini sehingga hotel bisa mencetak laba. ”Pada 2020, pendapatan hotel di Sumut rata-rata menurun 70-80 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Lindung.
Salah satu langkah yang terpenting diwujudkan saat ini, kata Lindung, adalah penerapan standar CHSE. Standar itu mengatur protokol kesehatan di hotel secara rinci, seperti wajib mencuci tangan sebelum masuk area hotel, bermasker, memeriksa suhu badan, dan menjaga jarak. Kamar hotel juga wajib didisinfeksi sebelum dan sesudah tamu masuk.
Pertemuan di hotel juga dimungkinkan dengan protokol ketat dan keterisian maksimal 50 persen dari kapasitas. Lindung mengatakan, program vaksinasi yang dimulai tahun ini juga berdampak positif pada volume kunjungan hotel.
Murniati Tobing, pemilik Huber Hotel, mengatakan, hampir semua hotel di Medan sejak akhir 2020 mulai beroperasi. Pengelola hotel pun mulai beradaptasi dalam menerapkan protokol kesehatan ketat, dengan tetap memberikan pelayanan yang baik. ”Kami optimistis 2021 ini industri hotel dan restoran bisa bangkit kembali,” kata Murniati.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut Ria Telaumbanua mengatakan, kemampuan hotel untuk beradaptasi di tengah pandemi Covid-19 akan sangat menentukan industri hotel ke depan.
”Standar CHSE harus dilakukan secara disiplin agar industri hotel dan restoran bisa bangkit kembali, tetapi tetap menjaga protokol kesehatan,” kata Ria.
Ria mengatakan, sertifikasi CHSE dilakukan langsung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Sejumlah hotel di Medan pun mulai menerapkan standar tersebut.
Hotel yang sudah mendapat sertifikat CHSE nantinya akan diberi tanda di lobi hotel dan di aplikasi pemesanan hotel secara daring. ”Masyarakat pun nantinya tentu akan lebih memilih hotel dengan sertifikat CHSE,” katanya.
Di tengah pandemi seperti sekarang, kata Ria, pariwisata di Sumut dalam setahun ke depan berfokus menggarap kunjungan turis domestik.
Mengingat, kunjungan turis asing diprediksi belum bisa terdongkrak karena pembatasan. Pada 2020, kunjungan turis asing ke Sumut hanya 44.000 orang, berkurang 83 persen dibandingkan tahun 2020 yang mencapai 260.311 kunjungan.