Impor Berkurang, Harga Jual Daging Sapi Lokal Naik
Pengurangan impor sapi bakalan asal Australia ikut mendongkrak harga daging sapi lokal di Lampung. Kondisi ini justru membawa berkah bagi sejumlah peternak sapi lokal.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Pengurangan impor sapi bakalan asal Australia ikut mendongkrak harga jual daging sapi lokal di Lampung. Kondisi ini justru membawa berkah bagi sejumlah peternak sapi lokal.
Sarjono (49), peternak sapi asal Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, mengatakan, saat ini harga jual daging sapi lokal di tingkat peternakr Rp 44.000-Rp 45.000 per kilogram hidup. Harga jual itu meningkat dibandingkan beberapa pekan lalu yang hanya Rp 41.000-Rp 42.000 per kilogram hidup.
”Bagi kami, peternak lokal, kondisi ini membawa berkah karena harga sapi lokal naik,” kata Sarjono saat dihubungi, Sabtu (23/1/2021).
Menurut dia, sejauh ini pasokan bibit sapi lokal juga tidak ada kendala. Kendati begitu, harga jual bibit sapi lokal mengalami kenaikan Rp 500.000-Rp 1 juta per ekor.
Bagi kami, peternak lokal, kondisi ini membawa berkah karena harga sapi lokal naik.
Selama ini, pasar utama peternak sapi lokal Lampung adalah wilayah Sumatera, antara Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Sumatera Barat, dan Kepulauan Riau. Namun, beberapa hari terakhir, permintaan daging sapi untuk memenuhi konsumsi di wilayah Jabodetabek juga meningkat.
Ketua Asosiasi Peternak dan Pegiat Sapi Lokal Lampung Nanang P Subendro mengatakan, permintaan daging sapi untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya naik sekitar 25 persen. Kondisi itulah yang ikut memicu kenaikan harga jual daging sapi lokal di tingkat peternak.
Dia menilai, pengurangan impor daging sapi bakalan asal Australia justru membawa dampak positif bagi peternak sapi lokal. Kenaikan harga jual daging sapi di tingkat peternak juga semakin menggairahkan bisnis peternakan sapi lokal.
Dia berharap, pemerintah berkomitmen mendukung konsumsi sapi lokal dengan mengatur kebijakan impor daging sapi secara tepat. Pemerintah diharapkan tidak mengambil jalan pintas dengan membuka impor daging beku secara besar-besaran. Pasalnya, kondisi itu justru akan membuat harga jual daging sapi lokal anjlok dan peternak lokal gulung tikar.
”Harapan kami kalau pemerintah ingin mengimpor daging beku, wilayah edarnya dibatasi untuk daerah kota-kota besar saja. Jumlah impor juga jangan terlalu besar dan pemasarannya harus jelas,” kata Nanang.
Menurut dia, pemerintah perlu membatasi pemasaran daging beku impor ke daerah yang selama ini menjadi pasar utama peternak sapi lokal. Hal itu agar tidak mengganggu harga jual sapi di tingkat peternak.
Pemasaran daging beku juga dinilai perlu menyertakan keterangan jelas tentang jenis daging dan asalnya. Dengan begitu, konsumen mengetahui bahwa produk yang dibeli merupakan daging kerbau beku asal India.
Pemasaran daging impor beku yang tidak diatur secara tepat disinyalir dimanfaatkan oleh sejumlah oknum pedagang untuk melakukan kecurangan dengan mencampur daging beku dengan daging lokal segar. Kondisi inilah yang merusak kualitas dan harga jual daging sapi lokal di pasaran.
Dalam jangka panjang, pemerintah juga perlu mengantisipasi ketersediaan stok sapi bakalan lokal. Hal ini penting agar industri peternak lokal tidak terganggu akibat menurunnya stok sapi bakalan lokal.
Dia menambahkan, kondisi ini justru dapat menjadi momentum pemerintah untuk mengembangkan industri peternakan sapi lokal. Untuk mendorong industri peternakan sapi lokal, pemerintah perlu memberikan insentif bagi pelaku usaha peternak pembiakan sapi lokal.
Selain pinjaman modal dengan bunga rendah, pemerintah juga perlu menjaga harga jual daging sapi lokal. Harga jual daging sapi yang saat ini Rp 44.000-Rp 45.000 per kilogram hidup dinilai sudah cukup baik bagi peternak.
Dia berharap, harga jual daging sapi lokal bisa lebih baik di rentang harga Rp 48.000-Rp 50.000 per kilogram hidup. Harga jual itu dinilai ideal bagi perkembangan industri peternak lokal dan masih dapat dijangkau oleh konsumen.