Warga Sleman di Sisi Barat Daya Merapi Mulai Mengungsi
Perubahan rekomendasi ancaman bahaya erupsi ke arah barat daya lereng Merapi, di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, membuat sebagian warga khawatir. Sebagian warga kelompok rentan mengungsi pada malam hari.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Perubahan rekomendasi ancaman bahaya erupsi ke arah barat daya lereng Merapi, di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, membuat sebagian warga khawatir. Akibatnya, sejumlah warga kelompok rentan dari wilayah itu mulai menempati tempat pengungsian sementara, terutama pada malam hari.
”Sudah dua malam mengungsi. Itu terjadi Rabu (20/1/2021) dan Kamis (21/1). Alasan mereka turun supaya merasa aman. Jadi, supaya sebagian warga yang khawatir ini bisa tidur tenang. Pada pagi hari, mereka kembali ke rumah lagi,” kata Camat Pakem Suyanto saat dihubungi, Jumat (22/1) petang.
Warga yang mengungsi itu berasal dari Dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman. Dusun tersebut adalah permukiman di sisi barat daya lereng Merapi yang jaraknya paling dekat dengan puncak, yakni sekitar 6 kilometer.
Menurut data Pemerintah Kecamatan Pakem, jumlah pengungsi mencapai 47 orang pada Rabu malam. Adapun pada Kamis malam, jumlahnya bertambah menjadi 63 orang. Pengungsi terdiri dari warga kelompok rentan, seperti lansia, ibu hamil, dan anak-anak.
Lokasi pengungsian bertempat di SD Sanjaya Tritis, di Desa Purwobinangun, Pakem. Lokasi pengungsian ini jaraknya sekitar 7 kilometer dari puncak Merapi. Berdasarkan rekomendasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), ancaman bahaya erupsi berupa guguran lava dan awan panas mengarah ke sektor selatan dan barat daya, meliputi wilayah Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Sungai Putih, sejauh maksimal 5 kilometer dari puncak. Dusun Turgo dilalui salah satu sungai tersebut, yakni Sungai Boyong.
Suyanto menuturkan, lokasi pengungsian yang ditempati tersebut hanya tempat pengungsian sementara. Untuk itu, protokol kesehatan berupa penyekatan ruangan belum dilakukan. Pengawasan protokol kesehatan lebih ditekankan pada relawan ataupun orang luar yang mendatangi lokasi pengungsian tersebut. Sebab, dusun tersebut tergolong dalam daerah rendah penularan Covid-19.
”Saat ini, Dusun Turgo juga masih zona hijau (penularan Covid-19). Jadi, yang harus diawasi itu relawan atau orang-orang dari luar. Kami juga menggunakan beberapa kelas sehingga tidak saling berdesakan,” kata Suyanto.
Pengawasan protokol kesehatan lebih ditekankan pada relawan ataupun orang luar yang mendatangi lokasi pengungsian tersebut. Sebab, dusun itu tergolong dalam daerah rendah penularan Covid-19.
Suyanto menambahkan, saat ini, belum dikeluarkan rekomendasi untuk mengungsi bagi warga di Dusun Turgo. Untuk itu, mereka belum menempati barak pengungsian yang sudah disiapkan pemerintah, di Desa Purwobinangun. Barak tersebut sudah disekat guna menerapkan protokol kesehatan dan siap digunakan sewaktu-waktu.
Dihubungi terpisah, Kepala Bidang Mitigasi Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Joko Lelono menyampaikan, rekomendasi mengungsi belum dikeluarkan karena Dusun Turgo berada dalam radius aman ancaman bahaya. Akan tetapi, pihaknya tidak mempermasalahkan jika ada sebagian warga yang pada malam hari mengungsi karena merasa khawatir.
”Namun, ini berbeda dengan di Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, yang sudah ada instruksi mengungsi. Di Dusun Turgo, belum ada instruksi mengungsi. Evakuasi mandiri dilakukan warga ke SD Sanjaya Tritis agar merasa lebih tenang,” kata Joko.
Lebih lanjut, Joko mengungkapkan, kebutuhan logistik bagi dusun tersebut dipasok oleh BPBD Sleman lewat Posko Pusat Pengendalian dan Operasi BPBD Sleman di Kecamatan Pakem, Sleman. Ia menjamin, kebutuhan bagi warga dusun tersebut dapat dipenuhi.