Warga Gisik Cemandi, Sidoarjo Tangkap Seekor Buaya Muara
Warga Gisik Cemandi Sidoarjo menangkap seekor buaya muara sepanjang 1,8 meter di sungai yang padat nelayan. Belum diketahui penyebabnya, masyarakat diimbau waspada.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·2 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Masyarakat Desa Gisik Cemandi, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, menangkap seekor buaya sepanjang 1,8 meter, Jumat (22/1/2021) dini hari. Untuk keselamatan satwa, buaya tersebut dititipkan di Perusahaan Daerah Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya untuk diobservasi.
Salah satu warga Gisik Cemandi, Ainur Rofiq, mengatakan, buaya dengan punggung berwarna kekuningan itu muncul di Sungai Gisik Kidul yang melintasi desa. Kemunculan buaya tersebut merupakan yang pertama kali di kawasan sungai yang ramai dilintasi nelayan ini.
”Seorang nelayan yang melihat buaya ini sempat berupaya menjaringnya. Namun, upaya itu tidak berhasil,” ujar Ainur Rofiq.
Warga akhirnya beramai-ramai mengintai keberadaan buaya tersebut dengan mengamati sepanjang daerah aliran sungai. Setelah diintai selama beberapa jam, buaya dengan berat sekitar 60 kilogram itu akhirnya berhasil ditangkap menggunakan jaring dan senapan angin.
Setelah tertangkap, bagian mulut buaya langsung diikat dengan tali agar tidak membahayakan masyarakat. Selanjutnya warga melapor ke Kepolisian Sektor Sedati dan Koramil Sedati. Polsek Sedati menindaklanjuti penangkapan buaya itu dengan melaporkannya ke Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jatim.
Masyarakat diimbau waspada karena belum diketahui penyebab munculnya satwa liar tersebut. (Jainal Arifin)
Humas Polsek Sedati Iptu Jainal Arifin mengatakan, ada dua kepentingan yang harus dilindungi dalam kasus ini, yakni keselamatan satwa dan mencegah konflik dengan masyarakat. Alasannya, kemunculan buaya di sungai yang sehari-hari menjadi jalur lalu lintas nelayan cukup meresahkan. Apalagi lokasinya dekat permukiman warga.
”Masyarakat diimbau waspada karena belum diketahui penyebab munculnya satwa liar tersebut,” kata Jainal.
Sementara itu, Kepala Subbagian Data Evaluasi, Pelaporan, dan Kehumasan BBKSDA Jatim Gatut Panggah Prasetyo mengatakan, buaya yang ditangkap oleh warga Gisik Cemandi merupakan jenis buaya muara (Crocodylus porosus). Habitat hidup buaya ini di muara sungai.
Untuk keselamatan satwa dan mencegah konflik dengan masyarakat, buaya ini sementara waktu dititipkan di Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya (KBS).
”Penempatan buaya itu juga mempertimbangkan kelengkapan sarana dan prasarana yang tersedia. Dalam beberapa hari ke depan, akan dilakukan observasi untuk menilai perilaku satwa,” kata Gatut.
Penilaian perilaku satwa ini merupakan bagian dari upaya konservasi atau pelestarian. Hasil penilaian perilaku satwa menentukan kesiapan untuk tahapan berikutnya, yakni pelepasliaran ke habitat asal.
Gatut menambahka, pelepasliaran satwa ke habitat asal memerlukan persiapan yang cukup panjang. Salah satunya hasil penilaian tentang kondisi kesehatan satwa. Selain itu, harus mempertimbangkan hasil penilaian habitat yang akan menjadi lokasi pelepasliaran.
”Penilaian habitat ini bukan hanya melihat kesesuaian habitatnya, melainkan mempertimbangkan juga risiko-risiko yang harus dihadapi. Hal ini penting agar tidak terjadi konflik dengan masyarakat,” ucap Gatut Panggah Prasetyo.