Upaya membuka akses wilayah terisolasi akibat gempa terus dilakukan di Majene, Sulbar. Sukarelawan juga terus bergerak menembus desa-desa terisolasi dan posko yang masih minim bantuan untuk mendistribusikan logistik.
Oleh
Reny Sri Ayu
·2 menit baca
MAJENE, KOMPAS — Wilayah terisolasi akibat longsor yang dipicu gempa di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, mulai dibuka untuk memudahkan pendistribusian bantuan. Namun, banyaknya material longsoran, di antaranya bongkahan batuan besar, membuat pembukaan jalan belum maksimal.
Sejauh ini, sukarelawan dari berbagai kelompok masyarakat juga terus berusaha menembus wilayah terisolasi dan posko-posko pengungsian yang minim tersentuh bantuan.
”Untuk sementara, kami membuka posko di Desa Kabiraan, Kecamatan Ulumanda, sambil mengorganisasi bantuan. Sebagian bantuan akan kami drop di Kabiraan dan sebagian lainnya akan kami usahakan bisa didistribusikan ke desa lain yang masih terisolasi,” kata Sugiono, sukarelawan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) asal Majene, Kamis (21/1/2021).
Sementara itu, sukarelawan Fakultas Teknik Industri Universitas Muslim Indonesia (FTI UMI), Makassar, sepanjang Kamis juga kembali menyiapkan logistik untuk didistribusikan ke posko pengungsian yang masih minim bantuan, Jumat besok. Adapun sukarelawan Nusa Pustaka membantu genset untuk warga Kabiraan. Sejak gempa, listrik di Kabiraan padam. Saluran komunikasi juga terputus.
”Selain Kabiraan, kami masih terus mencari lokasi yang terisolasi dan posko yang minim bantuan. Genset akan kami bantu juga untuk desa atau lokasi pengungsian yang listriknya belum pulih,” kata Ridwan Alimuddin, koordinator sukarelawan Nusa Pustaka.
Sementara itu, di lokasi terisolasi, bantuan alat berat terus berusaha membuka longsoran yang menutup jalan desa. Longsoran ini berhari-hari membuat warga terisolasi karena akses jalan utama tak bisa dilintasi kendaraan.
Di Kabiraan, kini ada dua ekskavator yang terus membersihkan material longsoran. Separuh jalan ke Kabiraan kini mulai terbuka. Namun, di atas Kabiraan masih ada Desa Tandi Allo, Ulumanda, hingga Pompenga yang masih sulit diakses.
Selain itu, akses ke Desa Mekkatta di Kecamatan Malunda juga sebagian masih tertimbun longsor. Ini belum termasuk dusun-dusun yang berjauhan antara satu dan lainnya.
Ulumanda dan Malunda adalah dua kecamatan yang banyak memiliki daerah ketinggian dan wilayah pedalaman di Majene. Kedua wilayah itu juga lokasinya paling dekat dengan pusat gempa M 6,2 pada 15 Januari lalu.
”Di desa saya ada beberapa dusun yang masih terisolasi. Saya bahkan belum tahu bagaimana keadaan di sana. Saya berharap pemerintah menurunkan alat berat lebih banyak agar akses bisa segera pulih,” kata Paharuddin, Kepala Desa Kabiraan.