Perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat semakin memukul sektor usaha pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran di Jawa Timur. Guna menekan kerugian, penyelenggara memilih memundurkan jadwal pameran.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM hingga 8 Februari 2021 akan diikuti sosialisasi dan razia protokol kesehatan yang semakin gencar di Kota Surabaya, Jawa Timur. Razia juga akan menyasar pusat-pusat keramaian.
Terkait kebijakan baru pemerintah pusat tersebut, Pemerintah Kota Surabaya pun semakin menggencarkan sosialisasi sekaligus razia protokol kesehatan terutama di pusat keramaian, antara lain pasar, swalayan, pusat perbelanjaan atau mal, serta gedung pertemuan.
Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya Irvan Widyanto, Kamis (21/1/2021), mengatakan, sosialisasi sekaligus razia akan semakin masif. Razia tidak hanya menjelang batas waktu dunia usaha berakhir pukul 20.00 WIB, tetapi juga pagi, siang, dan sore.
Perpanjangan PPKM juga dinilai semakin memukul sektor usaha pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran (MICE) di Jawa Timur. ”Semoga pemerintah segera mengeluarkan regulasi terkait vaksinasi mandiri karena, dengan mendapatkan vaksin Covid-19, bisa membuat sentimen positif terkait pertumbuhan ekonomi,” kata Ketua Kadin Jawa Timur Adik Dwi Putranto, di Surabaya, Kamis (21/1/2021).
Adapun gerakan mengampanyekan protokol kesehatan terus dilakukan setiap elemen warga. Salah satunya dilakukan Meimura, seniman ludruk Surabaya, yang turun ke tengah masyarakat pada Kamis (21/1/2021) untuk mengingatkan warga agar mematuhi protokol kesehatan, satu di antaranya adalah mengenakan masker.
”Memang tidak mudah. Tapi, dengan memiliki kesadaran sendiri, tanpa paksaan terkait kepatuhan pada protokol kesehatan, akan membuat ajakan memakai masker, misalnya, bisa berubah menjadi gerakan yang menyenangkan karena tanpa paksaan,” kata Meimura.
Sebelumnya, Agustus lalu, Meimura pernah membagikan masker ke pedagang dan pembeli di pasar tradisional dengan menampilkan sosok Besut dan Rusmini, dua tokoh Ludruk masa lalu. Dari pengalaman itu, Meimura membuktikan bahwa kesadaran masyarakat untuk memakai masker belum masif.
”Barangkali yang dilakukan Rusmini dan Besut hanya sebagian kecil dari yang harus dikerjakan untuk masyarakat dalam meningkatkan kesadaran pentingnya patuh protokol kesehatan. Karena itu, keterlibatan segenap elemen masyarakat, instansi, serta lembaga pemerintah sangat dibutuhkan,” ujarnya.
Meimura mencontohkan, saat membagikan masker di pasar tradisional, bukan hanya pedagang yang tidak pakai masker, beberapa pembeli juga tidak memakai masker. Kalaupun memakai, tidak secara sempurna alias asal-asalan.
Melihat semakin kendurnya warga akan protokol kesehatan, dalam waktu dekat, Meimura bersama sejumlah elemen masyarakat kembali ke jalanan untuk mengajak masyarakat menyadari pentingnya patuh menjalankan protokol kesehatan.
Investasi tumbuh
Meski pandemi Covid-19 terjadi sejak pertengahan Maret 2020, investasi di Surabaya tetap tumbuh. Pencapaian investasi pada 2020 mencapai Rp 64 triliun, melebihi target Pemkot Surabaya Rp 63 triliun.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Surabaya M Taswin mengatakan, pandemi Covid-19 tidak begitu mempengaruhi kinerja investasi di Kota Surabaya. Sebab, nilai investasi yang masuk selama 2020 melebihi target. Adapun pada 2019 nilainya sekitar Rp 53 triliun.
Meski pandemi Covid-19 terjadi sejak pertengahan Maret 2020, investasi di Surabaya tetap tumbuh.
Menurut Taswin, nilai investasi sebesar Rp 64 triliun itu berasal dari dua jenis, yakni penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp 1,5 triliun dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) fasilitas Rp 20,63 triliun dan nonfasilitas sebesar Rp 41,92 triliun. Lima sektor yang mendominasi PMA adalah transportasi, gudang, dan telekomunikasi lalu perdagangan dan reparasi, industri makanan, serta konstruksi dan kesehatan.
Adapun PMDN fasilitas meliputi transportasi, gudang, telekomunikasi, dan industri makanan. Selain itu, listrik, gas, dan air. Sektor yang mendominasi PMDN nonfasilitas adalah perdagangan dan reparasi, konstruksi, perumahan, kawasan industri, perkantoran, transportasi, gudang, telekomunikasi, serta hotel dan restoran. Di samping itu, investasi di Surabaya lebih banyak didorong oleh perkembangan UMKM yang terus meningkat hingga saat ini.