Pascaerupsi Kecil, Status Raung Naik Menjadi Waspada
PVMBG meningkatkan status Gunung Raung dari Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II). Hal ini menyusul erupsi kecil yang menjadi penanda peningkatan aktivitas vulkanik di Gunung Raung.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·4 menit baca
BANYUWANGI , KOMPAS — Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi meningkatkan status Gunung Raung dari Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II). Hal ini menyusul erupsi kecil yang menjadi penanda peningkatan aktivitas vulkanik di Gunung Raung.Gunung Raung terletak di perbatasan Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember, Jawa Timur. Gunung setinggi 3.332 meter tersebut terakhir erupsi besar pada pertengahan 2015 dan hanya kembali mengalami erupsi kecil pada Juli 2020.
Informasi peningkatan status Gunung Raung disampaikan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani ketika dihubungi dari Banyuwangi, Kamis (21/1/2021). ”Berdasarkan pemantauan visual dan instrumental memang ada gejala kenaikan aktivitas. Karena itu, status Gunung Raung ditingkatkan dari Normal menjadi Waspada terhitung sejak 21 Januari 2021 pukul 13.00,” tuturnya.
Dalam tingkat aktivitas Waspada, lanjut Kasbani, direkomendasikan agar masyarakat, pengunjung, dan wisatawan tidak beraktivitas dalam radius 2 kilometer dari pusat erupsi, yaitu di puncak kawah.
Gunung Raung terletak di perbatasan Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember, Jawa Timur. Gunung setinggi 3.332 meter tersebut terakhir mengalami erupsi besar pada pertengahan 2015 dan hanya kembali mengalami erupsi kecil pada Juli 2020. Saat itu, status Gunung Raung juga dinaikkan menjadi Waspada hingga November 2020.
Setelah sempat ”berisitirahat” beberapa bulan, PVMBG mencatat ada peningkatan aktivitas kembali. Pada 1 dan 20 Januari 2021 muncul embusan gas dari kawah di puncak. Embusan gas tersebut berwarna putih dengan intensitas sedang tinggi 100-200 meter dari puncak.
”Hari ini (Kamis, 21/1/2021) aktivitasnya semakin meningkat. Pada pukul 05.20, teramati embusan gas dari kawah puncak berwarna putih kelabu setinggi 100 hingga 400 meter dari atas kawah. Eembusan gas terjadi tidak menerus hingga pukul 09.00 WIB,” tutur Kasbani.
Embusan gas tersebut disertai abu vulkanik. Kasbani mengatakan, sebaran material dari embusan abu masih berada di sekitar kawah atau puncak Gunung Raung yang merupakan Kawasan Rawan Bencana III. Namun, sebaran abu dapat terbawa ke daerah yang lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin.
Secara terpisah, pengamat gunung api di Pos Pengamatan Gunung Api Raung, Burhan Alethea, menyampaikan adanya peningkatan aktivitas sejak Kamis (21/1/2021) dini hari. Mulai pukul 00.30 hingga 06.00 tercatat ada 32 kali gempa tremor. Beberapa gempa juga disusul munculnya asap keabu-abuan. Asap tersebut membubung tinggi 100-400 meter di atas puncak kawah.
Aktivitas tersebut berbeda dengan aktivitas sebelum 20 Januari. Saat itu, Pos Pengamatan Gunung Api Raung hanya mencatat adanya gempa-gempa tektonik tanpa ada gempa vulkanik.
”Pada 20 Januari 2021, mulai terekam adanya gempa vulkanik dalam diikuti oleh tremor nonharmonik. Fenomena ini mengindikasikan adanya suplai magma dari kedalaman di bawah kawah puncak Gunung Raung yang mendesak naik ke permukaan,” tuturnya.
Asap keabu-abuan yang muncul akibat erupsi kecil di Gunung Raung membuat VONA penerbangan berubah dari hijau ke oranye. VONA atau vulcano observatory notice for aviation adalah indeks level penerbangan yang berkaitan dengan sebaran abu vulkanik di udara.
Saat terjadi aktivitas vulkanik, informasi dan rekomendasi VONA dari PVMBG sangat diperlukan dunia penerbangan. Tingkatan VONA terdiri dari empat level, yaitu hijau, kuning, oranye, dan merah. Level hijau menunjukkan belum ada aktivitas vulkanik, kuning menunjukkan mulai munculnya aktivitas vulkanik, oranye menunjukkan potensi besar terjadi erupsi, dan level merah menunjukkan terjadi erupsi.
Kendati demikan, Kepala Airnav Indonesia Cabang Banyuwangi Suri Fikriansyah mengatakan, hal itu tidak berpengaruh terhadap lalu lintas penerbangan dari dan menuju Banyuwangi. ”Jalur penerbangan masih aman. Tidak ada pengalihan lalu lintas udara,” ucapnya singkat.
Hal senada disampaikan Asisten Manager Maintenance Facility Angkasa Pura II Bandara Banyuwangi Andry Lesmana. Ia mengungkapkan, hingga saat ini, aktivitas vulkanik Gunung Raung belum berdampak pada layanan penerbangan dari dan menuju Banyuwangi.
”Hingga saat ini, semua penerbangan masih sesuai jadwal. Bandara masih aman untuk penerbangan. Kami juga belum menerima laporan adanya kendala dari para pilot,” ujar Andry.
Apabila nantinya pengukuran dampak letusan yang dilakukan oleh PVMBG dan BMKG menunjukkan peningkatan, Angkasa Pura II selaku operator Bandara Banyuwangi akan melakukan paper test. Paper test ialah salah satu cara untuk melihat apakah di sekitar bandara ada sebaran abu yang berpotensi mengganggu penerbangan.