Nelayan Anambas Temukan Benda Diduga ”Seaglider”, Waspadai Kekuatan Asing di Laut Natuna
Nelayan di Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau, menemukan sebuah benda yang diduga alat nirawak bawah laut, Selasa (19/1/2021). Peristiwa ini merupakan yang kedua di Kepri dan yang keempat di Indonesia.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Temuan benda diduga alat nirawak bawah laut di pesisir Pulau Siantan, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau, masih akan diteliti Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut atau Pushidrosal. Peristiwa ini merupakan yang kedua di Kepri dan yang keempat di Indonesia. Pemerintah diminta ekstra waspada karena temuan kali ini berada dekat perairan rawan Laut Natuna Utara.
Komandan Pangkalan TNI AL Tarempa Letnan Kolonel Erfan Indra Darmawan, Kamis (21/1/2021), mengatakan, benda mirip torpedo itu masih berada di rumah warga yang menemukannya. Saat ini, Komandan Pos AL terdekat telah diperintahkan segera membawa benda itu dengan kontainer kayu ke Markas Komando Pangkalan TNI AL di Tarempa.
Sebelumnya, benda mencurigakan itu ditemukan seorang nelayan bernama Amruzin di pantai Dusun Mentalip, Desa Air Putih, Kecamatan Siantan Timur, pada Selasa (19/1/2021). Menurut Erfan, benda yang ditemukan Amruzin tersebut bukan bom yang dapat meledak.
”Akan tetapi, secara pasti, kami belum dapat mengonfirmasi jenis benda tersebut. Kami masih menunggu perintah, kemungkinan akan segera dibawa ke Markas Besar TNI AL untuk kemudian diteliti oleh Pushidrosal di Jakarta,” kata Erfan saat dihubungi melalui telepon dari Batam.
Menurut Kepala Desa Air Putih Azam Bazir, temuan benda mirip torpedo itu sebelumnya telah dilaporkan kepada aparat bintara pembina desa (Babinsa). Menurut aparat Babinsa, benda berwarna biru dengan panjang sekitar 2 meter yang sudah rusak di beberapa bagian itu bukan bom dan lebih mirip dengan alat nirawak bawah laut atau seaglider.
”Saat ditemukan, benda itu sudah tinggal tabung, tidak ada sirip-siripnya. Tetapi masih ada baling-baling kecil dan tulisan mirip aksara China di ujungnya,” ujar Azam.
Kompas mencatat, peristiwa ini merupakan temuan yang keempat di Indonesia. Sebelumnya, temuan seaglider pernah dilaporkan nelayan di perairan sekitar Pulau Bintan, Kepri, Maret 2019. Selain itu, seaglider juga pernah ditemukan warga di Kepulauan Masalembu, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Januari 2020. Terakhir, pada Desember 2020, seaglider ditemukan warga Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.
Terkait temuan di Sulsel, pada 4 Januari lalu, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono mengatakan, seaglider bisa digunakan untuk kepentingan industri ataupun militer. Untuk keperluan industri, alat bisa digunakan dalam survei pengeboran hingga pencarian sumber daya laut. Sementara untuk kepentingan pertahanan, alat bisa digunakan untuk mencari titik kedalaman air agar kapal selam tidak terdeteksi sensor kapal yang berada di atas air (Kompas, 5/1/2021).
Saat ditemukan, benda itu sudah tinggal tabung, tidak ada sirip-siripnya. Tetapi masih ada baling-baling kecil dan tulisan mirip aksara China di ujungnya.
Bukan hal remeh
Ahli militer dan pertahanan Susaningtyas Kertopati mengatakan, Kementerian Pertahanan tidak boleh memandang remeh tiga temuan unmanned underwater vehicle (UUV) yang sebelumnya. Kemenhan dan Kementerian Perhubungan harus segera memasang underwater detection device (UDD) untuk memantau lalu lintas bawah laut di perairan strategis, terutama di Selat Malaka, Laut Natuna, Selat Makassar, Selat Sunda, dan Selat Lombok.
”TNI AL juga harus segera melengkapi pusat komando dan pengendalian mereka dengan sistem pemantauan bawah laut. Selain itu, prajurit TNI AL juga perlu dibekali kecakapan menghadapi alat-alat perang nirawak,” kata Susan.
Sementara itu, pengajar Kajian Politik dan Keamanan Internasional dari Universitas Katolik Parahyangan, Idil Syawfi, mengatakan, kemungkinan masih ada sangat banyak seaglider yang berkeliaran di perairan Indonesia. Alasannya, selama ini yang beberapa kali ditemukan oleh nelayan hanya alat yang telah rusak dan tidak berfungsi.
”Terkait beberapa temuan sebelumnya, negara seharusnya dapat segera memverifikasi seaglider tersebut milik siapa dan data apa saja yang sudah dia kumpulkan dari perairan Indonesia,” ujar Idil.
Secara khusus, Idil juga menyoroti dua kali temuan seaglider di perairan Kepri. Menurut dia, hal itu seharusnya bisa menjadi momentum bagi pemerintah dan DPR untuk memperkuat pertahanan menghadapi agresivitas sejumlah negara di Laut China Selatan.
”Sebagai kekuatan menengah (middle power) di kawasan, Indonesia perlu memperkuat alutsista. Jangan sampai Indonesia justru terlena dan kemudian malah diremehkan karena bisa didikte negara lain,” ujar Idil.