Kawasan Industri Sungai Lais Dikembangan untuk Hilirisasi Kopi Sumsel
Kawasan Industri Sungai Lais, Palembang, akan dikembangkan untuk hilirisasi kopi Sumsel. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan pamor kopi Sumsel yang masih tenggelam lantaran lebih sering dikirim melalui Lampung.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Kawasan Industri Sungai Lais, Palembang, akan dikembangkan untuk hilirisasi kopi Sumatera Selatan. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan pamor kopi lokal yang kini masih tenggelam lantaran lebih sering dikirim melalui Pelabuhan Panjang, Lampung.
Hal ini mengemuka dalam pertemuan antara PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II Cabang Palembang sebagai Pengelola Pelabuhan dan Kawasan Industri Sungai Lais dan Pemerintah Kota Palembang, Kamis (21/1/2021). Keduanya sepakat menjadikan kawasan industri Sungai Lais sebagai tempat hilirisasi kopi Sumsel.
”Kami berupaya menggaet para investor membangun pabrik pengolahan kopi di Sungai Lais,” ucap General Manager Pelindo II Cabang Palembang Silo Santoso, Kamis (21/1/2021).
Kawasan Industri Sungai Lais memiliki lahan sekitar 135 hektar. Lokasi tersebut berpotensi karena terhubung langsung dengan Pelabuhan Boom Baru, yang memiliki akses ke Singapura dan Tanjung Priok, Jakarta. ”Jalan di Sungai Lais pun sudah diperbaiki dengan lapisan beton sehingga lebih mempermudah jalur transportasi ke Pelabuhan Boom Baru,” ucapnya.
Sebagai kawasan industri, Sungai Lais akan dirancang sebagai tempat pengolahan dan penyimpanan hasil komoditas. Nantinya, hasil pengolahan akan dikirim ke Boom Baru, yang berjarak sekitar 7 kilometer dari Kawasan Sungai Lais. Selama ini, lanjut Silo, di Kawasan Industri Sungai Lais sudah berdiri beberapa pabrik minyak kelapa sawit mentah (CPO).
Ke depan, akan dibangun sejumlah pabrik yang berkaitan langsung dengan komoditas unggulan di Sumatera Selatan, salah satunya kopi. ”Dengan adanya beberapa pabrik pengolahan kopi di Sungai Lais diharapkan dapat menyerap banyak tenaga kerja dan mendatangkan pendapatan bagi daerah, baik untuk Palembang maupun Sumatera Selatan,” ucap Silo.
Ketua Asosiasi Kopi Indonesia Sumsel Herlan Aspiudin menuturkan, potensi kopi robusta Sumsel adalah yang terbesar di Indonesia. Luas lahannya sekitar 250.000 hektar. Namun, keunggulan ini tidak bisa dinikmati oleh daerah karena sebagian besar biji kopinya dikirim dan diolah melaui Pelabuhan Panjang, Lampung. ”Alhasil, biji kopi Sumsel pun berubah nama menjadi kopi lampung,” katanya.
Ada berapa alasan eksportir memilih Lampung sebagai tempat pengiriman kopi Sumsel. Salah satunya adalah sarana infrastruktur jalan dan pelabuhan yang kurang memadai untuk mengirim hasil kopi. Belum lagi ulah para tengkulak yang mencengkram petani agar mengirimkan kopi ke Lampung ketimbang ke Sumsel.
Dengan pengembangan Kawasan Industri Sungai Lais diharapkan kendala tersebut dapat dikikis. Ongkos produksi dan transportasi pun akan lebih murah jika dikirim ke Palembang dibandingkan harus ke Lampung. ”Dengan ini, kami berharap nama kopi Sumsel bisa semakin dikenal dengan produknya, bukan dikenal dengan nama kopi lampung,” tutur Herlan.
Agar visi ini terwujud, lanjut Herlan, pihaknya akan terus berkonsultasi dengan Gubernur Sumsel Herman Deru, terutama mengajak pemerintah kabupaten/kota penghasil kopi di Sumsel untuk membuat payung hukum terkait distribusi kopi. ”Kami berharap ada peraturan daerah agar petani tidak lagi mengirimkan kopinya ke Lampung, tetapi ke Palembang,” ujar Herlan.
Selain itu, ujar Herlan, pihaknya akan mengajak semua pemangku kepentingan untuk membina petani agar dapat menghasilkan kopi yang memiliki mutu berstandar ekspor sehingga laik untuk dikirim ke sejumlah negara. ”Ini menjadi tugas dari semua pihak, baik pemerintah maupun para penggiat kopi di Sumsel,” ujarnya.
Jalan lingkar timur
Wali Kota Palembang Harnojoyo menuturkan, peluang menjadikan Sungai Lais sebagai lokasi hilirisasi kopi dan sejumlah komoditas unggulan lain semakin terbuka lebar. Itu karena sudah disiapkannya sarana infrastruktur pendukung, salah satunya adalah pembangunan jalan arteri lingkar timur sepanjang 20 kilometer.
”Melalui jalan itu, pengiriman logistik komoditas dari kawasan Industri Sungai Lais ke Pelabuhan Boom Baru akan semakin lancar,” ucap Harnojoyo.
Pada pertengahan tahun nanti, lanjut Harnojoyo, akan dimulai pembangunan rute melalui program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) yang diinisasi juga oleh Pemprov Sumsel. ”Sudah disiapkan dana sekitar Rp 25 miliar,” ucapnya. Setelah trase selesai, dilanjutkan dengan pembangunan jalan lingkar timur dengan dana APBN. Mudah-mudahan tahun depan jalan tersebut bisa dilalui,” tuturnya.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Palembang Agus Rizal mengatakan, hingga kini, pengiriman produk ekspor belum optimal karena masih ada pembatasan untuk kendaraan berat. ”Karena memasuki jalur dalam kota, truk angkutan komoditas ekspor hanya boleh lewat di waktu tertentu,” ucapnya. Keberadaan truk ini juga menjadi penyebab kerusakan jalan di Palembang.