Pengungsi Banjir Kalsel Mulai Diserang Beragam Penyakit
Para pengungsi banjir di Kalsel mulai diserang berbagai penyakit. Pada pandemi Covid-19 ini, para pengungsi akan kian mudah terserang virus mematikan tersebut.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
BANJARBARU, KOMPAS — Sepekan di pengungsian, pengungsi banjir di Kalimantan Selatan yang berada di posko mulai terserang berbagai penyakit. Para pengungsi juga rawan terpapar Covid-19. Pelayanan kesehatan dibutuhkan, tidak hanya bagi pengungsi yang tinggal di posko, tetapi juga pengungsi mandiri.
Pantauan Kompas, Rabu (20/1/2021) siang, posko kesehatan mulai dipenuhi pengungsi yang meminta obat. Di posko pengungsian Masjid Agung Al-Karomah, Martapura, Kabupaten Banjar, Jumita (25), warga Desa Munggu Raya, Kabupaten Banjar, mengatakan, seminggu tinggal di masjid, anak Jumita, Juada (2) langsung diserang kutu air. Bahkan, dalam dua hari pertama langsung demam.
Jumita menempuh perjalanan 14 kilometer bersama suami dan anaknya untuk mengungsi. Rumah Jumita di Munggu Raya terendam banjir hingga ke atap rumah. Ia pun memilih tinggal di masjid karena rumah kerabat jaraknya sangat jauh.
Mereka sekeluarga tidur di teras masjid dengan alas selimut bantuan. Sementara pakaian mereka bawa dari rumah. ”Alas tidur kan gak ada jadi pakai selimut ini. Saat malam, (selimut) punya saya untuk dipakai anak saya supaya gak kedinginan dia,” katanya pada Rabu.
Di Masjid Agung Al-Karomah, Dinas Sosial Provinsi Kalsel mencatat setidaknya terdapat 2.009 jiwa atau 576 keluarga yang mengungsi ke tempat itu. Mereka tidur dengan alas seadanya di dalam masjid bertingkat dua tersebut.
Selain di Masjid Al-Karomah, pengungsi menempati posko yang disiapkan pemerintah, seperti di Stadion Demang Lehman, Terminal AKAP Banjarmasin, dan banyak posko lainnya. Banyak pula pengungsi mandiri yang membuat posko sendiri atau menumpang di rumah kerabat bahkan hotel dan penginapan.
Di posko-posko pengungsian, pemerintah menyiapkan berbagai fasilitas mulai dari kamar mandi dan toilet darurat hingga posko kesehatan. Berbagai penyakit pun mulai menyerang saat mereka tinggal di pengungsian seminggu lebih.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel Nurul Ahdani menjelaskan, beberapa penyakit yang menyerang pengungsi, antara lain diare, kutu air, alergi kulit, batuk, pilek, demam, hipertensi, dan beragam penyakit lainnya.
Dalam sehari, lanjut Nurul, posko kesehatan melayani lebih kurang 200 orang dari pukul 08.00 sampai pukul 21.00 Wita. ”Kalau obat-obatan dan fasilitas kesehatan dalam kondisi darurat ini masih mencukupi kebutuhan pasien atau para pengungsi,” kata Nurul.
Pihaknya memeriksa satu pasien yang masih tinggal di dalam posko pengungsian bersama pengungsi lain karena memiliki gejala Covid-19. (Nurul Ahdani)
Berbagai gejala yang dialami pengungsi dan dalam situasi pandemi, Nurul tidak menampik adanya kekhawatiran penyebaran Covid-19. Apalagi dalam situasi mengungsi protokol kesehatan sangat sulit dijalankan.
Bahkan, lanjut Nurul, pihaknya memeriksa satu pasien yang masih tinggal di dalam posko pengungsian bersama pengungsi lain karena memiliki gejala Covid-19. Pasien tersebut langsung ditindaklanjuti sesuai prosedur.
”Kami berupaya untuk terus mengingatkan agar menggunakan masker, kami pun membagikan masker dan menyiapkan tempat cuci tangan di tiap sudut masjid, jaga jarak yang sangat sulit karena mereka tinggal di satu tempat yang sama,” kata Nurul.
Selain pengungsi posko, beberapa pengungsi mandiri juga belum tersentuh bantuan, seperti yang dialami Noordin (60) di Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Noordin dan istrinya tinggal berdua di depan tempat pemakaman umum di sebuah pondok. Di bawahnya air masih menggenang dengan ketinggian 50 sentimeter.
”Kalau ke pengungsian tidak ada yang jaga rumah, banyak maling di sini,” ujar Noordin.
Noordin mengaku belum mendapatkan bantuan apa-apa dari pemerintah. Untuk makanan dan selimut ia dapat dari para tetangga yang rumahnya ia jaga. Ia pun mulai menderita gatal-gatal hingga pusing kepala. ”Obat saya masih ada, saya gak minta maupun dikasih orang lain,” ujarnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 24.379 rumah terendam banjir dan 39.549 warga mengungsi akibat banjir di Kalsel yang merendam 10 kabupaten/kota. Sebanyak 15 orang meninggal dengan rincian, Kabupaten Tanah Laut tujuh orang, Kabupaten Hulu Sungai Tengah tiga orang, Kota Banjar Baru satu orang, Kabupaten Tapin satu orang, dan Kabupaten Banjar tiga orang.
Adapun 10 kabupaten/kota yang terendam banjir adalah Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kota Banjar Baru, Kota Tanah Laut, dan Kota Banjarmasin. Selain itu Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dan Kabupaten Batola.