Pengendalian Potensi Covid-19 di Pengungsian Belum Signifikan
Upaya pengendalian potensi penyebaran Covid-19 di pengungsian penyintas gempa di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, belum terlihat signifikan.
Oleh
videlis jemali
·2 menit baca
PALU, KOMPAS — Upaya pengendalian potensi penyebaran Covid-19 di pengungsian penyintas gempa di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, belum terlihat signifikan. Kelompok rentan, terutama anak-anak, dikhawatirkan tertular Covid-19 di pengungsian yang tak menerapkan protokol kesehatan ketat.
Pantauan Kompas di dua titik pengungsian di kota Mamuju, yakni Stadion Manakarra dan Jalur Dua, Rabu (20/1/2021), sebagian pengungsi berlalu-lalang tak memakai masker. Mereka juga berkerumun tanpa memperhatikan jarak minimal 1,5 meter.
Anak-anak juga mengerubungi petugas atau sukarelawan tanggap bencana. Kadang mereka berfoto bersama. Sukarelawan mengenakan masker, tetapi anak-anak tersebut tak bermasker.
Tak hanya itu, distribusi bantuan, termasuk pembagian masker, dilakukan dengan mengundang kerumunan. Bantuan dibagikan dari kendaraan atau pengungsi mengerumuni bantuan di kendaraan. Beberapa kali aparat yang mengawal pembagian bantuan meminta penyintas untuk bubar, tetapi hal itu sulit diindahkan. Padahal, kelompok yang membawa bantuan juga mengantar bantuan tersebut ke tenda-tenda.
Upaya pengendalian Covid-19 di pengungsian tersebut tidak banyak berubah sejak awal pengungsian atau sesaat setelah gempa M 6,2 melanda, Jumat (15/1). ”Selama ini memang pembagian bantuan seperti itu. Ada yang antar dari tenda ke tenda, tetapi ada juga yang serbu di mobil pengangkut bantuan,” tutur Farida (39), penyintas di Stadion Manakarra.
Farida menuturkan, dirinya khawatir dengan kondisi itu, apalagi dia memiliki anak berumur 3 tahun. Sejauh ini, pencegahan yang dia lakukan, anaknya itu jarang dibawa keluar tenda. Kalaupun keluar dari tenda, dia harus dipastikan dikelilingi anggota keluarga.
Hal sama diungkapkan Yahya (42), pengungsi di Jalur Dua, jalan poros Mamuju-Palu, Sulawesi Tengah. Bantuan selama ini diberikan dengan cara mengantre tanpa memperhatikan jarak.
”Hanya ada beberapa sukarelawan yang tegas, kalau tidak pakai masker, bantuan tidak diberikan. Memang susah ini jaga Covid-19 dalam kondisi bencana gempa,” kata Yahya.
Selain kondisi di pengungsian, kekhawatiran lainnya makin banyak sukarelawan atau kelompok yang membawa bantuan atau bekerja untuk penanganan bencana di Sulbar. Diperkirakan tak semuanya bebas dari Covid-19 dengan hasil tes, baik pemeriksaan cepat antigen maupun tes berbasis polymerase chain reaction (PCR).
Sekretaris Daerah Provinsi Sulbar Muh Idris menyatakan, pengendalian Covid-19 telah dibahas di tingkat Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Sulbar. ”Intinya, kalau ada yang terindikasi atau bergejala Covid-19, langsung ditangani. Selanjutnya, yang bersangkutan menjalani isolasi kalau memang terkonfirmasi. Begitu pula kontak eratnya, ditelusuri semua,” katanya.