Uji Coba KRL Yogya-Solo, Penumpang Daftar Daring Dibatasi Kuota
Kereta rel listrik rute Yogyakarta-Solo bakal diuji coba operasional secara terbatas mulai 1 Februari 2021. Para penumpang diminta melakukan registrasi daring melalui aplikasi khusus. Calon penumpang dikenai tarif Rp 1.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Kereta rel listrik atau KRL rute Yogyakarta-Solo mulai memasuki uji coba operasional secara terbatas pada 1 Februari 2021. Para penumpang diminta melakukan registrasi daring melalui aplikasi khusus. Sistem registrasi diterapkan untuk menjamin pembatasan jumlah penumpang bisa dilakukan optimal.
Layanan KRL itu dikelola oleh anak usaha PT Kereta Api Indonesia (KAI), yaitu PT Kereta Commuter Indonesia (KCI). Selama ini, PT KCI mengelola KRL di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Namun, nantinya, perusahaan tersebut juga akan mengelola KRL Yogyakarta-Solo sebagai pengganti layanan KA Prambanan Ekspres (Prameks) yang menggunakan kereta rel diesel.
”Uji coba operasional terbatas untuk masyarakat umum akan dimulai 1-7 Februari 2021. Caranya, masyarakat melakukan pendaftaran online melalui KRL Access. Ini menjadi upaya pembatasan karena masih masa pandemi Covid-19,” kata Vice President Corporate Secretary PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Anne Purba, di Stasiun Yogyakarta, Rabu (20/1/2021).
Anne menjamin sistem pendaftaran daring itu sudah dirancang untuk mencegah penumpukan penumpang. Sudah ada kuota tertentu yang disiapkan pada setiap stasiun perhentian. Jumlah kuota akan disampaikan mendekati pemberlakuan uji coba terbatas.
Dalam uji coba operasional terbatas itu, penumpang hanya akan dikenai tiket dengan harga Rp 1. Pembayaran dilakukan secara nontunai menggunakan Kartu Multi Trip (KMT) yang diterbitkan PT KCI, Kartu Commuterpay, ataupun kartu uang elektronik yang dikeluarkan sejumlah bank. Pembayaran menggunakan QR Code juga difasilitasi.
Anne menyampaikan, jumlah penumpang hanya dibatasi 74 orang untuk satu kereta. Pembatasan ini dilakukan dengan penerapan jaga jarak fisik. Ada sejumlah penanda yang dipasang agar penumpang bisa saling menjaga jarak. Tanpa pandemi Covid-19, satu kereta bisa mengangkut 150 hingga 200 orang penumpang.
”Untuk operasional terbatas nanti, ada empat unit kereta yang akan beroperasi. Apabila sudah beroperasi penuh, ada 20 kereta yang akan beroperasi. Saat ini, kami masih terus melakukan uji coba hingga akhir Januari. Hasil uji coba akan selalu dievaluasi,” kata Anne.
Adapun KRL Yogyakarta-Solo akan berhenti di 11 stasiun dari Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), hingga ke Kota Solo, Jawa Tengah. Sebanyak 11 stasiun itu terdiri dari Stasiun Yogyakarta, Lempuyangan, Maguwo, Brambanan, Srowot, Klaten, Ceper, Delanggu, Gawok, Purwosari, dan Stasiun Solo Balapan. Semuanya memanfaatkan stasiun yang sudah ada atau existing.
Anne menyampaikan, kepastian jadwal pemberangkatan penumpang bakal dijamin. Kedatangan dan keberangkatan kereta bisa dicek melalui aplikasi khusus dari PT KCI. Kemudahan ini diberikan guna menambah kenyamanan para penumpang KRL yang didominasi para pelaju dengan rute Yogyakarta-Solo atau sebaliknya.
”Diharapkan, orang bisa semakin mengurangi menggunakan kendaraan pribadi dan beralih ke KRL. Sasaran penumpang kami semua sektor. Mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga pekerja pelaju dari semua usia,” kata Anne.
Ketua Komunitas Pramekers Yogyakarta-Solo Noor Harsa Aryo Samudro menyatakan sudah menanti-nanti kedatangan KRL di jalur tersebut. Keberadaan moda transportasi baru ini diyakini akan semakin mempermudah para pelaju. Ia meyakini kepastian jadwal keberangkatan semakin terjamin dengan kereta baru tersebut.
”Untuk KA Prameks, jadwalnya tidak bisa dipastikan. Kadang sudah ikut menunggu tetapi belum tentu berangkat. Jarak antarkereta juga tidak pasti. Dengan KRL ini, harapan kami moda transportasi bagi para pelaju bisa semakin baik dan terfasilitasi,” kata Harsa.