Banjir Meluas di Aceh, Kerugian Mencapai Miliaran Rupiah
Banjir melanda 60 desa di Kecamatan Pidie, Padang Tiji, Delima, Mila, Glumpang Baro, dan Indrajaya. Sebanyak 10.048 warga terdampak. Tahun lalu, kerugian akibat banjir mencapai triliunan rupiah.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Banjir di sejumlah daerah di Aceh meluas pada Rabu (20/1/2020). Banjir berpotensi terus meluas karena cuaca ekstrem melanda Aceh dalam sepekan ke depan.
Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Pidie Mulyadi Nurdin, dihubungi dari Banda Aceh, menuturkan, wilayah tergenang banjir di Pidie meluas. Namun, warga yang mengungsi telah kembali ke rumah karena ketinggian air menyusut. ”Posko pengungsi tetap kami sediakan untuk antisipasi adanya warga yang mengungsi,” kata Mulyadi.
Mulyadi mengatakan, banjir melanda 60 desa di Kecamatan Pidie, Padang Tiji, Delima, Mila, Glumpang Baro, dan Kecamatan Indrajaya. Sebanyak 10.048 warga terdampak. Sehari sebelumnya, sebagian warga mengungsi karena ketinggian air di rumah mencapai 50 sentimeter.
Hujan deras terjadi selama dua hari mengakibatkan Sungai (Krueng) Baro, Buloh, dan Sungai Lala meluap. ”Ketinggian air menurun. Namun, ada beberapa kawasan lain yang masih tergenang,” ujar Mulyadi.
Banjir di Pidie menyebabkan 18 rumah warga rusak ringan dan sedang. Jalan desa tergerus sepanjang 104 meter. ”Kami harus siaga, mendirikan dapur umum, posko pengungsi, dan menyalurkan logistik masa panik,” kata Mulyadi.
Kenaikan debit air juga memicu abrasi di Sungai Baro. Di Desa Gajah Aye, Kecamatan Pidie, beberapa rumah warga yang dibangun tak jauh dari sungai nyaris ambles ke sungai. Warga berharap pemerintah segera merehabilitasi tepi sungai agar abrasi tidak melebar.
Darkasyi (50), warga Gajah Aye, berharap pemerintah segera memperbaiki daerah aliran sungai agar rumahnya tidak ambles ke sungai. Darkasyi kini harus mengontrak rumah di lokasi lain karena rumahnya nyaris tergerus aliran sungai.
Banjir juga kembali melanda Kota Langsa. Ini menjadi banjir kesekian kali yang melanda kota itu selama Januari 2021. Banjir terjadi sejak Selasa (19/1/2021) di tiga kecamatan. Dampaknya, sembilan rumah rusak ringan.
Sementara itu, banjir di Aceh Timur menggenangi dua kecamatan dengan ketinggian air mencapai 50 sentimeter. Tidak ada warga yang mengungsi. Namun, aktivitas warga terganggu karena jalan desa dan perkebunan terendam banjir.
Data Pusat Informasi Data Badan Penanggulangan Bencana Aceh menyebutkan, hingga Rabu, banjir melanda Pidie, Langsa, dan Aceh Timur. Sementara daerah yang dilanda longsor adalah Gayo Lues dan Bener Meriah.
Kepala BPBA Ilyas mengatakan, selama Januari 2021, kerugian karena bencana di Aceh mencapai Rp 9,5 miliar. Bencana paling sering terjadi adalah banjir akibat luapan sungai. Ilyas menyebutkan, hujan lebat memicu sungai-sungai meluap. Ilyas juga menyebutkan, warga perlu merawat lingkungan dengan tidak membuang sampah ke sungai dan saluran air.
Selama Januari 2021, kerugian karena bencana di Aceh Rp 9,5 miliar. Bencana paling sering terjadi adalah banjir akibat luapan sungai.
Sebelumnya, dosen Teknik Lingkungan Universitas Serambi Mekkah, Teuku Muhammad Zulfikar, mengatakan, selain faktor cuaca, bencana juga dipicu kerusakan lingkungan. Buruknya kondisi hutan, turunnya kualitas sungai, dan tata kelola kawasan yang keliru menyebabkan bencana semakin sering terjadi.
Di sisi lain, kesiapan infrastruktur mitigasi bencana masih buruk. Misalnya, ketersediaan saluran air di perkotaan sehingga saat sungai meluap drainase tidak mampu menampung limpahan air.
Kajian Wahana Lingkungan Hidup Indonesia pada 2020, Provinsi Aceh mengalami kerugian akibat bencana alam senilai Rp 1,3 triliun. Kerugian paling besar dampak dari bencana banjir akibat luapan sungai yang mencapai Rp 1 triliun.