Rumah Rawan Terkena Longsor Susulan, Warga Malang Mengungsi
Hujan deras pada Senin (18/1/2021) sore menyebabkan banjir dan longsor di Kota Malang, Jawa Timur. Satu orang hanyut dan saat ini sedang dicari. Selain itu, 10 orang mengungsi di rumah ketua RT.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Hujan deras pada Senin (18/1/2021) sore menyebabkan banjir dan longsor di Kota Malang, Jawa Timur. Hingga kini, pencarian terhadap satu orang yang hanyut terbawa longsor masih terus dilakukan. Selain itu, 10 orang mengungsi karena rumahnya rawan terkena longsor susulan.
Korban hanyut terbawa longsor adalah Roland Sumarno (40), warga Perumahan Griya Sulfat Inside Kavling 10 RT 009 RW 018 Kelurahan Bunulrejo. Pada Senin (18/1/2021) sore, ia sedang berusaha memasukkan motor di halaman depan rumahnya ke dalam rumah. Namun, tiba-tiba, tanah yang dipijaknya longsor dan masuk ke dalam aliran deras Sungai Bango sedalam lebih kurang 10 meter. Hingga saat ini, pencarian terhadap korban masih dilakukan.
”Ada empat tim yang melakukan penyisiran di Sungai Bango. Ada beberapa lokasi yang sudah kami tandai. Semoga saja cuaca mendukung dan pencarian berjalan lancar,” kata Ainul Mahdin, Koordinator Lapangan pencarian korban longsor di Kelurahan Bunulrejo, Kota Malang, Selasa (19/1/2021).
Menurut Ainul dari Basarnas Surabaya, setelah terbawa longsor, korban diyakini jatuh ke dalam sungai dan tenggelam. Pihaknya akan fokus melakukan pencarian di dalam sungai.
Selain menghanyutkan seorang korban, longsor di perumahan pinggir kali tersebut juga menyebabkan 10 orang dari tiga keluarga saat ini mengungsi. ”Ada delapan rumah yang dinilai rawan untuk terkena longsor susulan. Dari delapan rumah itu, empat rumah yang dihuni. Satu rumah mengungsi ke keluarganya, tiga rumah mengungsi di tempat saya,” kata Abdul Karim (41), Ketua RT 009.
Ada delapan rumah yang dinilai rawan terkena longsor susulan. (Abdul Karim)
Salah satu di antara para pengungsi itu, menurut Abdul Karim, adalah istri korban hanyut terbawa longsor bernama Yunijah (26). ”Saat ini, kondisi istri korban, saya kira, butuh pendampingan psikis atau pendampingan agama. Soalnya, beliau sangat terpukul. Wajar saja karena keluarga tersebut adalah pengantin baru, baru sebulan menikah dan tinggal di sini,” katanya.
Dalam mencari korban, tim gabungan BPBD Malang bersama PMI Kota Malang, Basarnas, dan para sukarelawan lainnya membuka posko pencarian korban tidak jauh dari lokasi.
”Selain itu, dukungan kepada para korban juga harus diperhatikan. Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman harus memanggil pengembang perumahan ini. Mereka harus dimintai keterangan tentang izin membangun rumah di kawasan yang tidak diperbolehkan ini,” kata Wali Kota Malang Sutiaji saat meninjau lokasi longsor.
Sutiaji menyebut, jarak boleh membangun dari bibir sungai minimal 12 meter. Namun, pada prumahan tersebut, faktanya mereka membangun hanya berjarak 5 meter dari bibir sungai.
Sejak awal 2021, Kota Malang diguyur hujan deras beberapa kali. Selama itu, sering terjadi banjir limpasan dan genangan air yang meresahkan warga. Hampir seluruh kecamatan mengalami genangan/limpasan air hujan tersebut.
Selain itu, di Kota Malang juga rawan terjadi longsor. Beberapa lokasi merupakan daerah rawan longsor karena merupakan daerah aliran sungai (DAS) Sungai Brantas, Metro, Bango, dan Amprong. Banyak perumahan warga dibangun di tepi DAS tersebut.