Proses registrasi untuk penerimaan vaksin Covid-19 di Kota Ambon dipermudah. Setiap puskesmas dapat memberikan vaksin kepada tenaga kesehatannya tanpa harus melalui aplikasi PeduliLindungi yang dianggap tidak efisien.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Hingga Selasa (19/1/2021), 258 tenaga kesehatan di Kota Ambon, Maluku, telah divaksin Covid-19. Mereka dalam kondisi sehat dan segar bugar. Efek buruk vaksin, seperti yang santer beredar, terbantahkan. Untuk mempercepat vaksinasi, Dinas Kesehatan Kota Ambon menyederhanakan proses registrasi dengan tidak lagi menunggu notifikasi dari aplikasi PeduliLindungi.
Berdasarkan pantauan Kompas di Puskesmas Martha Tijahahu, Kota Ambon, tenaga kesehatan bisa langsung melakukan registrasi tanpa harus memasukkan data melalui aplikasi PeduliLindungi, aplikasi yang ditentukan pemerintah. Tenaga kesehatan di puskesmas tersebut langsung menjalani pemeriksaan kesehatan dan menjawab sejumlah pertanyaan. Jika lulus, mereka dapat langsung divaksin.
Selain respons yang lambat akibat jaringan internet yang tidak stabil, penerima vaksin yang direkomendasikan aplikasi PeduliLindungi setiap hari pun tidak banyak. ”Ada puskesmas yang didatangi dua orang saja, padahal dalam satu hari (kapasitas vaksinasi) bisa sampai 20 orang. Kalau begini, kapan bisa selesai?” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Ambon Wendy Pelupessy.
Tidak hanya itu, jika mengikuti arahan aplikasi, tenaga kesehatan yang bertugas di puskesmas tertentu akan divaksinasi di puskesmas lain yang jaraknya bisa lebih dari 10 kilometer. Karena itu, setiap puskesmas dapat memvaksin tenaga kesehatannya sendiri. ”Sebab, setiap puskemas lebih memahami kondisi tenaga kesehatannya dan prosesnya tidak ribet,” ucap Wendy.
Penyederhanaan itu telah ia laporkan ke Kementerian Kesehatan. Pihak kementerian pun, dikatakan Wendy, mendukungnya. Tujuan penyederhanaan adalah mempercepat vaksinasi yang ditargetkan tuntas pada April. Setiap orang menerima vaksin dua kali dengan selang waktu 14 hari.
Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Ambon, ada 4.053 tenaga kesehatan di Kota Ambon yang akan divaksinasi. Di setiap puskesmas terdapat lima vaksinator. Vaksin akan diberikan setiap hari dalam dua sesi, yakni pukul 10.00 sampai 11.00 kemudian pada pukul 13.00 sampai 14.00 waktu setempat. Penerima vaksin setiap hari 15-20 orang.
Sementara itu, sejumlah tenaga medis yang telah divaksin dalam keadaan baik. Vera Latuheru, perawat di Puskesmas Martha Tijahahu, mengatakan, dirinya dalam keadaan sehat seusai menerima vaksin. Vera menerima vaksin pada 15 Januari. ”Hanya sedikit rasa mengantuk, tetapi setelah itu hilang. Tidak ada efek lain,” ujarnya.
Mario Huka, dokter pada puskesmas tersebut, menuturkan, dirinya menerima vaksin pada Senin siang kemarin. Setelah itu, ia mengalami demam dan suhu tubuhnya pun naik. Itu adalah efek lazim dari vaksin. Pagi tadi, ia sudah kembali bugar sehingga datang bertugas seperti biasa. Tak ada efek lain yang dirasakan.
”Vaksin ini yang kita tunggu-tunggu selama ini. Kehadiran vaksin memberi kekuatan bagi kami tenaga kesehatan yang selama ini menjadi yang terdepan. Kami berharap pada gilirannya nanti masyarakat juga mau divaksin. Jangan percaya informasi terkait vaksin dari sumber yang tidak dapat dipertanggungjawabkan,” ujarnya.
Ronald Telussa, analis Laboratorium Kesehatan Maluku yang dikonfirmasi pekan lalu, menyatakan, seusai menerima suntikan vaksin, dirinya baik-baik saja. Meski sempat khawatir lantaran beredar isu hoaks terkait dampak buruk vaksin, ia percaya diri datang menerima vaksin. ”Keluarga saya mendukung, dan syukur saya sehat dan bugar. Ayo, mari dukung vaksin,” ucapnya.
Ia berjanji menjadi agen menebarkan informasi terkait manfaat vaksin. Selain kepada keluarga, ia juga telah meneruskan informasi itu kepada komunitasnya. Dengan cara itu, isu hoaks mengenai dampak buruk vaksin yang beredar luas dapat terbantahkan.
Menurut hasil survei Badan Pusat Statistik dan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 tahun 2020, sekitar 29,18 persen masyarakat Maluku menyatakan bahwa mereka sangat tidak mungkin terpapar Covid-19. Mereka tidak yakin akan bahaya Covid-19. Angka ini tertinggi di Indonesia (Kompas.id, 16/1/2021).