Pascagempa, Aktivitas Ekonomi di Mamuju Mulai Menggeliat
Aktivitas ekonomi di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, mulai menggeliat pada hari kelima pascagempa bermagnitudo 6,2 pada 15 Januari lalu. Pedagang bahan pokok sudah mulai berjualan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Oleh
Videlis Jemali/M Ikhsan Mahar
·5 menit baca
MAMUJU, KOMPAS — Aktivitas ekonomi di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, mulai menggeliat pada hari kelima pascagempa bermagnitudo 6,2 pada 15 Januari lalu. Pedagang bahan pokok sudah mulai berjualan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Para penyintas pun tak melulu menunggu bantuan untuk pemenuhan kebutuhan.
Aktivitas ekonomi terlihat jelas di kompleks Pasar Baru, Selasa (19/1/2021). Sekitar 40 lapak menjual berbagai macam kebutuhan pokok, antara lain sayuran, umbi-umbian, beras, ikan, dan buah-buahan. Ahmad Radi (28), penjual, menuturkan, dirinya berjualan sejak Senin (18/1/2021).
”Saya masih punya banyak persediaan, jadi kenapa tidak menjual,” ujarnya, yang hingga pukul 09.30 Wita telah melayani enam pembeli.
Lapak Ahmad menjual rupa-rupa kebutuhan pokok, antara lain sayur, buah, umbi-umbian, tomat, dan cabai. Kecuali sayur, kebanyakan masih merupakan stok sebelum gempa. Sayur dibeli dari penjual yang menggunakan sepeda motor.
Ahmad, yang keluarganya masih mengungsi di tanah lapang sekitar rumah di Kecamatan Sese, menyebutkan, dirinya kembali berjualan agar ada uang untuk membeli kebutuhan hidup. Ia mengaku bosan hanya tinggal diam di pengungsian, sedangkan kebutuhan tetap jalan terus. Bantuan pun tak bisa diandalkan sepenuhnya.
”Saya lakukan saja apa yang saya bisa lakukan agar kebutuhan keluarga tetap terpenuhi. Kebetulan saya penjual di pasar, ya, saya mulai berjualan lagi,” ucapnya.
Secara umum, harga barang-barang kebutuhan pokok di pasar itu naik. Satu ikat kangkung, misalnya, sebelum gempa harganya Rp 2.000, saat ini naik menjadi Rp 3.500. Adapun udang 0,5 kilogram dihargai Rp 30.000, padahal sebelum gempa harga udang 1 kilogram Rp 40.000-Rp 50.000.
Ahmad menyatakan, harga naik karena dirinya membeli dari pemasok yang harganya juga sudah dinaikkan. Harga naik karena untuk saat ini pasokan kebutuhan berasal dari luar Mamuju, bahkan luar Sulawesi Barat, seperti dari Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan.
Selain pedagang pasar, pedagang sayur keliling juga sudah mulai berjualan, salah satunya Firman yang berjualan sejak Senin (18/1/2021). Dengan menggunakan sepeda motor roda tiga, Firman menjajakan sayur-mayur ke sejumlah permukiman warga yang tetap ditinggali pemiliknya.
Pada Selasa (19/1/2021) pagi, ia berada di kawasan Jalan Pengayoman, Kelurahan Rimuku, Mamuju. Ketika Firman melintasi jalan itu, sejumlah ibu-ibu langsung keluar rumah untuk menghampiri motor putih yang dikendarai Firman. Motor itu membawa berbagai macam bahan pokok, seperti sayuran hingga tahu dan tempe.
Untuk harga sayuran hijau, seperti bayam, kangkung, dan sawi, tetap normal di kisaran Rp 6.000 hingga Rp 8.000 per ikat. Menurut Firman, tidak ada perubahan harga sayuran karena sentra petani pemasok sayuran untuk wilayah Mamuju tidak terdampak gempa.
”Saya memasok sayuran dari wilayah Papalang (Mamuju) yang selama ini menjadi pusat pasokan sayur di Pasar Mamuju. Di sana tidak ada dampak gempa, jadi situasi tetap normal,” kata Firman.
Banyak anak kecil di tenda pengungsian, jadi makanan harus selalu tersedia.
Adapun jarak Papalang dengan pusat kota Mamuju sekitar 35 kilometer. Dengan menggunakan sepeda motor, Firman membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk mengambil pasokan barang dagangannya.
Akibat masih banyaknya masyarakat yang mengungsi, Firman mengungkapkan, dirinya dalam dua hari terakhir juga memasok sayur-mayur ke sejumlah dapur umum di pusat pengungsian para penyintas gempa di Mamuju. ”Barang yang saya bawa ini tidak hanya untuk dijual. Tapi, ada beberapa yang sudah saya pisahkan untuk dibawa ke posko pengungsian,” ucapnya.
Seperti penjual, pembeli juga ingin kebutuhan pokoknya tetap terpenuhi meskipun masih mengungsi. Irwan (42), pengungsi, membeli sayuran, udang, dan buah-buahan. ”Banyak anak kecil di tenda pengungsian, jadi makanan harus selalu tersedia. Alhamdulillah, uang tunai masih cukup persediaannya,” katanya, yang mengungsi di lapangan di Kelurahan Karema, Kecamatan Simbiro.
Tak hanya dari lapak-lapak di Pasar Baru, geliat ekonomi di Mamuju juga berdenyut dari pinggir jalan. Warung atau kios penjual kebutuhan harian terlihat dibuka, begitu pula swalayan ritel modern. Salah satu jaringan swalayan yang memiliki delapan unit toko di Mamuju dua di antaranya telah beroperasi kembali.
Pasokan barang di dua toko yang beroperasi itu pun masih cukup lengkap. Asri, salah satu karyawan toko, menyatakan, pasokan barang itu merupakan stok yang telah dimiliki toko sejak sebelum gempa. Ia pun memastikan stok barang bisa memenuhi kebutuhan warga hingga 2-3 hari ke depan.
”Memang belum ada barang masuk dari luar Mamuju, seperti Makassar (Sulawesi Selatan) dan Palu (Sulawesi Tengah). Akan tetapi, seluruh stok barang yang tersedia di enam toko yang tutup telah disalurkan ke dua toko yang dibuka kembali, apalagi gudang di enam toko itu tetap aman sehingga barangnya masih layak untuk dijual,” ujar Asri.
Untuk menjamin operasional toko tidak terganggu, pengelola swalayan menggandeng Kepolisian Daerah Sulawesi Barat memberikan pengamanan. Di kedua toko itu, dua anggota Brigade Mobil (Brimob) Polda Sulbar yang dilengkapi senjata laras panjang berjaga di depan pintu masuk.
Selain itu, juga ada lima anggota Brimob lain yang tidak bersenjata ikut mengamati situasi di toko tersebut. Anggota Brimob mengatur warga yang ingin masuk ke dalam toserba itu. Apabila warga susah terlalu banyak di dalam toko, aparat kepolisian memberlakukan antrean.
Kepala Biro Operasional Polda Sulbar Komisaris Besar M Helmi menjelaskan, pihaknya telah memberikan jaminan kepada seluruh pengusaha retail untuk kembali menjalankan aktivitas jual-beli guna membantu pemenuhan kebutuhan pokok para penyintas gempa. Helmi mengatakan, ratusan anggota Polda Sulbar dan Kepolisian Resor Kota Mamuju siap dialokasikan ke sejumlah pusat perekonomian yang akan beroperasi kembali.
”Sejak kemarin sudah ada dua toko retail yang beroperasi. Di tahap awal dimulainya kembali aktivitas ekonomi ini, kami mengalokasikan delapan personel di masing-masing toko itu untuk memberikan penjagaan,” tutur Helmi.
Selain keperluan bahan pokok, kantor Bank Rakyat Indonesia (BRI) cabang Mamuju juga telah menjalankan kembali fasilitas anjungan tunai mandiri (ATM) yang berada di halaman kantor tersebut. Terdapat lima mesin ATM di lokasi tersebut. Pusat ATM, yang berada di Jalan Urip Sumoharjo itu, telah beroperasi kembali sejak Sabtu (16/1/2021) lalu. Adapun pusat ATM di sejumlah titik kantor pelayanan publik dan milik bank lain belum beroperasi hingga Selasa ini.