Kebun anggur seluas 3.500 meter persegi di Desa Purwodadi, Tambak, Banyumas, Jawa Tengah, bisa jadi alternatif tempat persinggahan pelancong. Pengunjung bisa belajar tentang anggur. Jika panen, bisa memetik sendiri.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·4 menit baca
Jalan Raya Tambak di Kabupaten Banyumas kini tak lagi hanya menawarkan lezatnya kuliner sate bebek. Para pengemudi yang melintasi jalur selatan Jawa Tengah tersebut bisa menikmati segarnya buah anggur langsung dari tanaman. Tak hanya mencicip anggur, pengunjung juga bisa belajar menanamnya.
”Ini saya beli bibit anggur. Sedang ingin belajar menanam anggur,” kata Yohanes Heru Prayitno (50), pengunjung asal Tangerang, Jawa Barat, yang sedang dalam perjalanan menuju Solo, Jawa Tengah, ketika singgah di kebun anggur Jayasri Nursery, Tambak, Jumat (8/1/2021).
Jayasri Nursery berada di Desa Purwodadi, Kecamatan Tambak, Banyumas. Letaknya hanya terpaut sekitar 500 meter di utara jalan nasional atau Jalan Raya Tambak di jalur selatan Jawa Tengah.
Heru melakukan perjalanan bersama istri dan dua anaknya menggunakan mobil. Sembari beristirahat di tengah perjalanan sekitar 568 kilometer (km) itu, Heru sengaja mampir di Jayasri Nursery.
Dari awalnya sekadar mengamati, ia pun tertarik mencoba belajar bagaimana merawat tanaman anggur sebagaimana dilakukan di Jayasri Nursery itu. Ia juga senang dengan suasana asri di sekitar kebun anggur tersebut. ”Di sini suasananya enak. Bagus juga dikembangkan untuk edukasi,” ujarnya.
Sayangnya, ketika Heru singgah ke tempat itu, belum ada buah anggur yang masak dan bisa dibeli untuk dibawa pulang. Sejumlah pohon telah berbuah, tetapi masih cukup muda dan belum layak panen.
”Ini baru bisa dipanen akhir Januari,” tutur Faiz Hidayat (32), pemilik Jayasri Nursery, sambil menunjuk segerombol anggur yang menggelantung di para-para atau rambatan tanaman.
Faiz menuturkan, kebun anggur tersebut dirintis sejak 2013. Di tempat ini, pengunjung bisa sekadar berswafoto, belajar aneka jenis anggur, dan membeli bibit anggur. Jika beruntung atau pas berbuah, pengunjung bisa membelinya dengan harga Rp 100.000 per kilogram dengan sensasi petik sendiri.
Cukup mudah menjangkau kebun buah seluas 3.500 meter persegi ini. Jalan masuknya ada di sebelah utara atau di seberang sate bebek Pak Encus. Jika dari arah Yogyakarta, pengendara bersiap mengambil jalur tengah lalu belok ke kanan dan dari arah sebaliknya, misalnya dari Jakarta atau Bandung, pengunjung tinggal belok kiri setelah melewati jembatan.
Jalan masuknya cukup jelek, berlubang, dan sempit. Tidak perlu bergegas memacu gas di jalan ini karena melewati permukiman penduduk. Setelah sedikit melewati hamparan sawah dan lahan pertanian, kebun ini sudah tampak di sebelah kanan jalan. Ciri khasnya, terdapat peneduh atap pelindung sinar ultraviolet yang menaungi sekitar 500 batang pohon anggur.
Penasaran
Mengenai usaha anggurnya itu, Faiz berkisah, kebun itu dibangun atas kecintaannya pada buah anggur dan rasa penasaran bagaimana anggur yang sejatinya tanaman khas benua Eropa yang biasa tubuh di daerah dingin bisa dibudidayakan di daerah tropis, bahkan cenderung panas seperti di Tambak.
Setelah bergabung dalam grup komunitas pencinta tanaman anggur di internet, dia bekerja sama dengan koleganya, Fredy Siswanto dan Firmansyah, di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk membuat kebun anggur. Faiz yang semula mengajar pelajaran teknik di SMA Ma’arif NU memilih berkonsentrasi mengembangkan budidaya anggur.
Ratusan varietas anggur asal Amerika, Ukraina, Rusia, Jepang, Italia, Thailand, dan Turki dibudidayakan di Jayasri Nursery.
Faiz bersama Fredy pun belajar bagaimana membudidayakan anggur hingga ke Ukraina dan Thailand. Ratusan varietas anggur asal Amerika, Ukraina, Rusia, Jepang, Italia, Thailand, dan Turki dibudidayakan di Jayasri Nursery. Dari ratusan varietas itu, ada tujuh jenis anggur yang sudah beberapa kali panen dengan hasil baik, yakni Jupiter Seedless, Akademik Avidzba, Fourchette, Laura, Ninel, Everest, dan Fuji Minori dari Jepang.
Menurut Faiz, salah satu kunci budidaya anggur di daerah tropis seperti Indonesia adalah dengan menaungi tanaman anggur dengan atap anti ultraviolet untuk melindungi anggur dari panas terik dan terpaan hujan secara langsung.
Meski demikian, Faiz menyebut, Jayasri Nursery baru sebatas kebun uji coba karena ketersediaan buah belum kontinu dan takut mengecewakan pengunjung. Meski demikian, dia bersama delapan orang di desanya menyiapkan tempat itu sebagai agrowisata.
”Pada 2018, pernah dibuat acara panen perdana, hampir 4 kuintal anggur habis dan pengunjung sampai 1.600 orang. Hari pertama ada buahnya, hari kedua dan ketiga, saya dimarahi orang-orang karena buahnya habis,” kenang Faiz.
Menurut Faiz, masa panen hampir semua jenis anggur di kebunnya perlu waktu sekitar 90 hari. Kompas berkesempatan mencicipi dua butir anggur Jupiter Seedless yang memiliki cita rasa sangat mewah, jauh berbeda dibandingkan rasa anggur impor yang banyak dijual di jalanan dan toko buah. Ada rasa manis beraroma wangi dan sedikit semriwing.
Jika sedang mujur, pengunjung bisa memetik sendiri anggur di tempat ini dengan harga Rp 100.000 per kilogram. Jika ingin mendapatkan bibit anggur untuk ditanam di rumah, bisa dibeli seharga Rp 125.000 per pot.
Namun, andai datang saat belum ada buah yang siap dipetik, tak perlu kecewa dan berkecil hati. Pengunjung bisa berswafoto dengan latar pohon anggur berikut buahnya yang ranum menggantung. Atau, bisa juga menimba ilmu tentang cara bercocok tanam buah anggur ke petugas jaga. Mereka dengan ramah akan menjawab. Sebab, di Jayasry Nursery, tidak hanya buah yang bisa dipetik, tetapi juga segala ilmu soal anggur.