Gudang Terbatas, Penyaluran Vaksin di Sumsel Tak Optimal
Proses penyaluran vaksin CoronaVac di Sumatera Selatan masih terkendala terbatasnya gudang vaksin. Proses registrasi tenaga kesehatan ke aplikasi juga masih terkendala. Upaya vaksinasi di Sumsel menjadi belum optimal.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Proses penyaluran vaksin CoronaVac di Sumatera Selatan masih terkendala terbatasnya gudang vaksin. Akibatnya, upaya vaksinasi di Sumsel pun belum optimal. Manajemen distribusi vaksin terus dirancang agar tidak terjadi penumpukan vaksin dan target vaksinasi di Sumsel pun dapat terwujud.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel Ferry Yanuar, Senin (19/1/2021), menyampaikan, sampai saat ini proses pendistribusian vaksin CoronaVac di Sumsel masih terkendala kapasitas gudang. Kapasitas gudang vaksin di Sumsel sekitar 30.000 vial vaksin. Sementara alokasi vaksin untuk Sumsel lebih dari itu. Hal ini membuat mekanisme penyaluran vaksin harus dilakukan secara bertahap.
Pada tahap pertama, misalnya, Sumsel seharusnya mendapat jatah sebanyak 59.000 vial vaksin. Namun, karena keterbatasan kapasitas gudang, vaksin harus dikirim dua kali, yakni pada Senin (4/1/2021) sebanyak 30.000 vial vaksin. Selanjutnya, Bio Farma kembali mengirimkan 29.000 vial vaksin lagi pada Senin (18/1/2021).
Dari total 59.000 vaksin, sebanyak 29.340 vial vaksin dikirim ke Palembang dan sebanyak 6.400 vial vaksin untuk Ogan Komering Ilir. Adapun masih ada sekitar 23.000 vial vaksin masih tersimpan di Gudang Vaksin Palembang.
Akibat masih menumpuknya vaksin, ujar Ferry, alokasi pengiriman vaksin di tahap kedua harus ditunda. ”Sebenarnya di tahap kedua, kita sudah mendapatkan sekitar 38.000 vial vaksin, tetapi belum bisa diterima karena masih ada vaksin yang tersimpan di gudang,” katanya.
Kendala lain adalah proses pengiriman harus berdasarkan petunjuk dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Itu atas pertimbangan kesiapan sarana, termasuk pendataan registrasi penerima vaksin. ”Di tahap awal, pemberian vaksin lebih diutamakan ke ibu kota provinsi dan wilayah terdekat,” ucapnya.
Awalnya, Pemprov Sumsel sudah merencanakan pendistribusian vaksin di empat daerah, yakni Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Banyuasin, dan Palembang. Namun, karena pengiriman harus berdasarkan petunjuk Kemenkes, pendistribusian baru dilakukan di dua daerah, yakni Palembang dan Ogan Komering Ilir.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kota Palembang Yudhi Setiawan menuturkan, terbatasnya gudang vaksin membuat proses vaksinasi harus dilakukan secara bertahap. Dari 41 puskesmas yang menjadi tempat vaksinasi, masih ada 17 puskesmas lagi yang belum menerima vaksin. ”Dengan penyaluran kedua ini, diharapkan vaksinasi bisa dilakukan segera,” katanya.
Akibat penyaluran yang terkendala itu, banyak tenaga kesehatan yang harus menunggu giliran karena kurangnya vaksin.”Seperti saya yang mungkin harus menunggu 2-3 hari lagi baru bisa divaksinasi,” kata Yudhi. Padahal, minat tenaga kesehatan untuk divaksin cukup tinggi.
Sebelumnya, Gubenur Sumsel Herman Deru mengatakan, dirinya tidak berniat untuk meningkatkan gudang vaksin karena nantinya pengiriman vaksin akan dilakukan secara bertahap. ”Yang utama adalah manajemen distribusi sehingga jangan sampai ada penumpukan vaksin di dalam gudang,” ucapnya.
Yang utama adalah manajemen distribusi sehingga jangan sampai ada penumpukan vaksin di dalam gudang.
Mengacu pada waktu pengiriman vaksin dan jumlah vaksinator yang ditempatkan di sejumlah fasilitas kesehatan, Herman menargetkan proses vaksinasi kepada 5,7 juta warga Sumsel dapat diselesaikan dalam waktu 345 hari. Dimulai dari sumber daya manusia kesehatan yang kemudian dilanjutkan kepada kelompok masyarakat lain.
Proses registrasi
Masalah lain adalah proses registrasi yang rumit. Banyak tenaga kesehatan yang mengalami kendala dalam melakukan proses registrasi. Mulai dari tidak terdaftarnya nama mereka di situs pedulilindungi.id atau tidak sesuainya lokasi bekerja dengan tempat vaksinasi.
Namun, hal ini sudah diantisipasi dengan melakukan pendataan secara manual. Ferry menuturkan, proses pendataan dapat dilakukan secara manual dengan mengacu pada sistem informasi sumber daya manusia kesehatan.
”Walau mereka tidak terdaftar di situs, tetapi terdaftar di database sumber daya manusia kesehatan, mereka berhak menerima vaksin,” katanya. Di Sumsel ada sekitar 53.000 sumber daya manusia kesehatan yang menjadi sasaran vaksinasi.
Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Sumsel Subhan berharap semua perawat dapat divaksinasi. Hal ini penting untuk melindungi mereka dari risiko terpapar Covid-19. Ada sekitar 19.000 perawat yang terdaftar di PPNI Sumsel, tetapi tentu ada perawat yang didaftarkan melalui institusinya.
Secara keseluruhan, jumlah perawat di Sumsel ada 27.000 orang. ”Keberadaan mereka tentu harus dilindungi sehingga lebih aman dalam melaksanakan tugasnya,”ucap Subhan.