Edukasi Warga di Daerah Rawan Bencana Harus Dilakukan Lebih Giat
Pemerintah diminta waspada untuk mengantisipasi rentetan bencana alam yang terjadi di Jabar dalam musim hujan tahun ini. Kewaspadaan masyarakat diharapkan bisa meminimalkan potensi korban.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sedikitnya 900 orang terdampak banjir bandang di Gunung Mas, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Selasa (19/1/2021). Pemerintah kota dan kabupaten di Jawa Barat diminta semakin giat mengedukasi warga di daerah rawan untuk meminimalkan tingginya potensi bencana alam tahun ini.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar menyebutkan, banjir bandang di kawasan Puncak itu terjadi dua kali, sekitar pukul 09.00 dan pukul 12.00. Banjir bandang yang membawa material lumpur, dahan pohon, hingga bebatuan itu diperkirakan dari sekitar kawasan Gunung Gede-Pangrango menuju Kampung Gunung Mas, Tugu Selatan.
Kejadian ini ramai di media sosial. Dari video yang beredar, banjir bandang tidak hanya menggenangi permukiman, tetapi juga menyapu area persawahan.
Kepala Seksi Kedaruratan di BPBD Jabar Budi Budiman Wahyu menuturkan, kejadian itu berdampak pada 900 warga Kampung Tugu Mas. Sebagian warga memilih mengungsi. Namun, belum ada laporan korban jiwa akibat kejadian ini.
”Untuk data kondisi lokasi hingga jumlah pengungsi masih terus diperbarui. Kami juga masih berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Bogor dan aparat setempat untuk melakukan evakuasi warga terdampak,” ujarnya.
Kejadian ini menambah muram duka akibat bencana awal tahun 2021 di Jabar. Sebelumnya, di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Sabtu (9/1), sebanyak 40 orang tewas tertimbun tanah longsor. Semua korban ditemukan setelah dilakukan pencarian selama 10 hari.
Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Badan Geologi Agus Budianto memaparkan, bencana alam saat musim hujan masih berpotensi terus terjadi di Jabar. Beberapa kriteria yang perlu diwaspadai adalah kontur tanah miring, kedap air, dan adanya perubahan tata guna lahan.
”Musim hujan masih terjadi beberapa bulan ke depan. Potensi bahayanya harus diwaspadai sejak dini. Warga yang tinggal di lokasi ekstrem, sekitar perbukitan, tebing tanah, hingga pinggir sungai harus lebih waspada,” ujarnya.
Menanggapi kejadian bencana ini, Gubernur Jabar Ridwan Kamil meminta semua kepala daerah menganalisis zona rawan bencana. Dia berharap warga yang kini tinggal di daerah bahaya dipindahkan sementara ke tempat yang aman.
”Kami tahu ini tidak mudah. Pasti ada saja warga yang menolak (relokasi). Jadi, warga perlu diedukasi agar hidup tidak menantang risiko bencana,” ujarnya.
Kepala Pelaksana BPBD Jabar Dani Ramdan menyatakan tengah menyusun kajian risiko bencana hingga ke tingkat desa. Kajian ini diharapkan bisa meminimalkan korban bencana karena kesiapan lingkungan.
”Kami sudah menyusunnya. Namun, ada yang tidak bisa kita cegah, seperti gempa. Setidaknya kesiapsiagaan ini bisa meminimalkan dampak atau risiko,” ujarnya.