Aliran banjir lahar hujan ini membawa material sehingga berpotensi membahayakan warga. Masyarakat diminta untuk tidak beraktivitas di sekitar gunung dan aliran sungai dari jalur lahar Semeru.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Banjir lahar hujan dari aktivitas Gunung Semeru, Jawa Timur, berpotensi mengalir ke arah tenggara. Material yang terbawa oleh aliran ini dapat membahayakan warga sehingga kewaspadaan di wilayah tersebut perlu ditingkatkan.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi mencatat, getaran banjir lahar hujan terjadi di sepanjang tenggara Gunung Semeru, Selasa (19/1/2021), sekitar pukul 12.30. Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat PVMG Nia Haerani memaparkan, area ini merupakan arah dari erupsi dan muntahan material awan panas dari erupsi Semeru yang terjadi Sabtu (16/1).
Saat dihubungi di Bandung, Nia berujar, potensi banjir lahar hujan terjadi akibat material guguran lava dan awan panas menutupi aliran lava. Kondisi tersebut membendung aliran air dari hujan deras yang turun dan bisa berdampak lebih jauh.
Aliran lahar yang mengalir ke tenggara dan selatan ini melewati Desa Supiturang dan Desa Pronojiwo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Karena ancaman tersebut, Nia meminta warga di sepanjang aliran lahar untuk waspada bencana sekunder tersebut walaupun berjarak lebih dari 4 kilometer.
Selain itu, warga juga diminta untuk tidak beraktivitas di sepanjang sungai yang terbentuk dari aliran lava, seperti Kali Kobokan. ”Sekarang sudah masuk musim hujan. Jadi, ada potensi ancaman sekunder, seperti aliran lahar hujan yang bisa menjadi banjir. Meski baru terekam satu kali, kondisi ini tetap diwaspadai karena curah hujan yang cukup tinggi,” ujarnya.
Selain banjir lahar hujan, sebanyak tujuh letusan tercatat dalam periode pukul 06.00-12.00, Selasa ini. Salah satu letusannya tercatat hingga 400 meter dengan asap putih kelabu yang condong ke utara. Gunung Semeru saat ini masih berstatus Waspada sehingga larangan aktivitas manusia dilakukan dalam radius 1 kilometer.
Sekarang sudah masuk musim hujan. Jadi, ada potensi ancaman sekunder, seperti aliran lahar hujan yang bisa menjadi banjir. Meski baru terekam satu kali, kondisi ini tetap diwaspadai karena curah hujan yang cukup tinggi.
Khusus untuk wilayah selatan dan di tenggara puncak, pembatasan aktivitas dilakukan dalam radius 4 kilometer. Hal tersebut dilakukan untuk menghindarin ancaman aliran lahar di alur sungai atau lembah yang berhulu di Gunung Semeru.
Perubahan
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Hendra Gunawan menuturkan, radius dan jarak rekomendasikan dievaluasi untuk antisipasi jika terjadi perubahan ancaman bahaya. Masyarakat pun diminta untuk tidak beraktivitas di area material awan panas karena suhu masih tinggi.
Pembatasan aktivitas ini, tutur Hendra, juga diwaspadai di sekitar Gunung Merapi, Jawa Tengah. Hingga Selasa (19/1/2021) periode pukul 06.00-12.00, Merapi masih mengalami 30 gempa guguran dengan durasi 12-163 detik. Selain itu, gempa fase banyak juga terjadi sdalam satu kali dengan durasi 10 detik.
Kondisi ini menggambarkan Gunung Merapi masih berpotensi bahaya. Hendra berujar, potensi ini antara lain guguran lava dan awan panas di sektor selatan-barat daya. Daerah ini meliputi Sungai Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh 5 kilometer.
Karena itu, Hendra merekomendasikan penambangan di alur sungai yang berhulu di Gunung Merapi untuk dihentikan. ”Masyarakat diminta mewaspadai bahaya lahar hujan di seputar Merapi,” ujarnya.