Tanpa Peredam Gelombang, Kawasan Bisnis Reklamasi Manado Rusak Diterjang Ombak
Perairan Teluk Manado di sekitar kawasan perbelanjaan dan bisnis di atas tanah reklamasi diduga tak memiliki ekosistem peredam gelombang. Hal ini yang menyebabkan ombak besar meninggalkan kerusakan parah.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS - Perairan Teluk Manado, Sulawesi Utara, di sekitar kawasan perbelanjaan dan bisnis di atas tanah reklamasi diduga tak memiliki ekosistem peredam gelombang. Akibatnya, hantaman ombak besar pada Minggu (17/1/2021) meninggalkan kerusakan sedang hingga parah. Kendati begitu, cuaca ekstrem di Laut Sulawesi telah berangsur mereda pada Senin (18/1).
Kerusakan paling terlihat di dua kawasan perbelanjaan, yaitu Kawasan Megamas dan Manado Townsquare di Jalan Boulevard Piere Tendean. Tanggul batu pemecah ombak dan dermaga tambatan perahu hancur berserakan, begitu pula jalan di area parkir. Kios-kios dengan pemandangan laut yang berada di atas tanggul juga luluh lantak.
Ricky Daniel Aror, Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Maritim Bitung, mengatakan, kerusakan di Megamas dan Manado Townsquare dikarenakan lahan reklamasi itu menghadap barat, tegak lurus dengan arah datangnya gelombang. Akibatnya, energi ombak yang menghantam lahan reklamasi jauh lebih kuat dibanding pantai wilayah Malalayang di sisi selatan Manado.
Di samping itu, Ricky menduga gelombang menjadi sangat besar karena tidak ada lagi terumbu karang dan ekosistem bawah laut di dekat lahan reklamasi yang dapat meredamnya. Garis pantai seolah dipangkas oleh lahan reklamasi sehingga tidak ada cukup ruang bagi gelombang untuk teredam. "Sebelum sampai di bibir pantai, energinya harus bisa terurai. Sekarang ini tidak ada peredam, sehingga langsung menghantam dinding lahan reklamasi," kata dia.
Kendati begitu, Ricky mengatakan warga tak perlu lagi khawatir karena cuaca ekstrem mereda mulai Senin ini. Gelombang tinggi masih tampak pada siang hari dan hujan deras turun dalam durasi yang lebih pendek. Namun, pada sore hari, cuaca kembali cerah dan laut kembali tenang.
Di Kawasan Megamas, 26 kios makanan rusak, salah satunya Tuna House. Richard Yo, manajer restoran itu, menyatakan akan tutup selama sepekan ke depan untuk renovasi dan menunggu cuaca membaik. Pukulan ombak besar, Minggu, memaksa Richard menutup restoran pada pukul 18.00 Wita, dua jam lebih awal sebelum batas jam malam protokol kesehatan Covid-19.
Kompor saja Rp 20 juta, belum freezer dan kulkas. Meja dan kursi juga banyak yang patah.
Terjangan air ke restoran itu menyebabkan atap dan dinding seng rusak. Kompor besar tiga tungku, lemari es, dan lemari pendingin juga rusak karena jatuh diempaskan ombak dan dihantam batu-batu yang pecah dari tanggul. "Kompor saja Rp 20 juta, belum freezer dan kulkas. Meja dan kursi juga banyak yang patah," kata Richard.
Lima kelompok nelayan di pantai Megamas juga terdampak. Setidaknya 11 perahu ikan rusak parah dan tak terselamatkan. Haris Nyompa (48), ketua Kelompok Nelayan Karang Putih, mengatakan, banyak alat tangkap seperti jaring dan pengail yang juga rusak dan hanyut.
"Satu perahu saya hancur, satu lagi rusak ringan di bagian cadiknya. Biaya perbaikan bisa sampai lebih dari Rp 1 juta. Dinas Kelautan dan Perikanan Sulut dan Manado sudah datang mengecek," kata dia.
Dermaga tambatan perahu nelayan juga rusak seiring tanggul batu yang melindungi jalan dari ombak. Padahal, dermaga buatan pengembang Megamas itu usianya belum satu tahun. Perahu-perahu nelayan pun diletakkan di pinggir jalan utama kawasan bisnis itu.
Rahman Hanafie, Manager Finance Accounting PT Mega Jasa Kelola, pengelola Kawasan Megamas, mengatakan kerusakan tanggul batu tidak seberapa. Setiap tahun, tanggul sudah ditinggikan sekitar 1 sentimeter dan batu-batu pemecah ombak ditambah.
Perbaikan pun akan diprioritaskan bagi dermaga nelayan. "Kami akan segera perbaiki setelah cuaca membaik sembari menunggu rancangan anggaran belanja perusahaan," kata dia.
Adapun perbaikan gedung kios-kios yang rusak akan dibiayai asuransi. "Kami akan segera perbaiki meski klaim asuransi belum bisa dilakukan. Ini agar pedagang bisa beraktivitas lagi dan ekonomi berputar. Kendalanya adalah inventaris internal mereka yang rusak, seperti piring, gelas, dan lain-lain," kata Rahman. Rahman menambahkan, tidak akan ada reklamasi di Kawasan Megamas. Sebab, lahan reklamasi berbatasan langsung dengan laut yang sudah cukup dalam.
Sementara itu, Manado Townsquare tetap buka seperti biasa pukul 10.00-20.00 Wita. Area parkir dan jalan di tepi pantai yang rusak karena hantaman ombak dan batu-batu yang terlontar tengah dibersihkan. Pengunjung diminta parkir di sisi timur kawasan.
"Tidak ada tenant kami yang terdampak. Selama air tidak naik lagi, kami bisa beroperasi seperti biasa," kata Yono Akbar, General Manager Manado Townsquare.
Wali Kota Manado Vicky Lumentut pun mengimbau warga untuk tinggal di rumah selagi cuaca ekstrem masih melanda. Para camat dan lurah diminta memantau dan melaporkan keadaan wilayah masing-masing, terutama yang rawan bencana.