Puncak Musim Hujan di Lampung Sepanjang Januari-Februari 2021
Puncak musim hujan di wilayah Lampung diprediksi berlangsung Januari-Februari 2021. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Lampung memperingatkan ancaman angin kencang, banjir, hingga longsor.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Puncak musim hujan di wilayah Lampung diprediksi akan berlangsung Januari-Februari 2021. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Lampung memperingatkan ancaman angin kencang, banjir, dan longsor.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Lampung Rudi Harianto menjelaskan, saat ini sebagian besar wilayah Lampung berpotensi diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi. Intensitas curah hujan sepanjang Januari-Februari diprediksi mencapai 201-400 milimeter per hari.
”Kondisi saat ini memang sedang puncak musim hujan. Prakiraan cuaca beberapa hari ke depan akan didominasi hujan disertai angin kencang,” ujar Rudi saat dikonfirmasi dari Bandar Lampung, Senin (18/1/2021).
Dia menjelaskan, tingginya curah hujan di Lampung dipicu pertumbuhan awan yang berpotensi membawa hujan di atmosfer. Masih hangatnya air laut di perairan Lampung dan munculnya daerah tekanan rendah di Samudra Hindia Lampung membuat curah hujan semakin tinggi.
Untuk itu, pemerintah diimbau mengantisipasi ancaman bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan longsor. Wilayah yang rawan bencana adalah Tanggamus, Lampung Barat, dan Pesisir Barat. Kontur wilayah di tiga kabupaten itu berbukit dan dikelilingi sungai sehingga rawan banjir bandang dan longsor saat hujan deras mengguyur lebih dari empat jam.
Dia menambahkan, gelombang tinggi dan angin kencang di perairan Lampung juga patut diwaspadai. Data prakiraan cuaca BMKG Maritim Lampung menyebutkan, gelombang tinggi disertai angin kencang terjadi di beberapa wilayah, yakni di Perairan Barat Lampung, Selat Sunda bagian barat, Teluk Lampung bagian selatan, dan Samudera Hindia barat Lampung. Kondisi itu diperkirakan masih akan terjadi selama tiga hari ke depan.
Gelombang tinggi
Gelombang paling tinggi terpantau di wilayah Samudera Hindia barat Lampung. Gelombang laut di kawasan itu dapat berkisar 2,5 meter-4 meter. Adapun kecepatan angin bisa mencapai 20 knot atau setara 37,04 kilometer per jam. Kondisi itu dapat membahayakan keselamatan nelayan.
Hingga saat ini belum ada laporan terkait dampak cuaca buruk di perairan Lampung. Kendati begitu, BMKG tetap mengimbau nelayan tidak nekat melaut apabila angin kencang datang untuk mengantisipasi kecelakaan laut.
Kondisi cuaca ekstrem di wilayah perairan Lampung juga membuat sebagian nelayan memilih tidak melaut untuk sementara waktu. Sejumlah nelayan di Gudang Lelang, Kecamatan Bumiwaras, Bandar Lampung, menuturkan, mereka memilih membatasi daerah tangkapan.
Saat ini, nelayan hanya mencari ikan di pinggir pantai atau sekitar Teluk Lampung. Nelayan yang tidak melaut memanfaatkan waktunya untuk memperbaiki jaring ikan yang rusak.
Taniri (64), salah satu nelayan, menuturkan, ketinggian ombak bisa mencapai 2-3 meter pada sore hingga malam hari. Gelombang tinggi itu juga membuat hasil tangkapan nelayan berkurang hingga 30 persen.
Berkurangnya tangkapan nelayan membuat harga sejumlah komoditas laut, seperti tongkol dan cumi, naik di pasaran.
”Tongkol naik dari Rp 25.000 menjadi Rp 35.000 per kg karena barangnya sedikit. Harga cumi juga naik dari Rp 35.000 jadi Rp 50.000 per kg,” kata Ratmi (45), pedagang ikan di Pasar Gudang Lelang.