Presiden Jokowi Minta Infrastruktur yang Rusak karena Banjir Diperbaiki Segera
Presiden Joko Widodo mengunjungi korban banjir di Kalimantan Selatan. Selain itu, ia juga memantau infrastruktur yang rusak akibat banjir besar di Kalimantan Selatan dalam 50 tahun terakhir.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
BANJARBARU, KOMPAS — Pemerintah akan segera memperbaiki segala infrastruktur yang rusak akibat banjir di Kalimantan Selatan. Kini banjir kian meluas dari tujuh kabupaten menjadi 10 kabupaten. Musibah banjir itu menyebabkan 15 orang meninggal dan 39.549 warga mengungsi.
Banjir Kalimantan Selatan sudah memasuki hari ke-10. Pada Senin (18/1/2021) siang Presiden Joko Widodo mengunjungi beberapa wilayah yang terendam banjir di Kalimantan Selatan. Dalam kunjungan itu, Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor, dan Bupati Banjar Khalilurrahman.
Ia mengunjungi Jembatan Mataraman di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, tepatnya di Jalan Ahmad Yani Kilometer 55. Jembatan yang menjadi penghubung Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur itu sudah ambruk dua kali selama banjir yang melanda 10 hari belakangan ini.
Presiden, dalam konferensi pers di jembatan itu, mengungkapkan, dirinya meminta kementerian terkait segera mengambil tindakan agar jembatan tersebut bisa dilalui kembali. Ia meminta dalam waktu empat sampai lima hari jembatan dan semua infrastruktur krusial di Kalimantan Selatan yang rusak segera diperbaiki.
”Ini banjir besar yang sudah lebih dari 50 tahun sebelumnya tidak pernah terjadi di Kalsel. Saya minta agar segera diperbaiki supaya mobilitas distribusi logistik dan barang lainnya tidak terganggu, ini penting sekali,” katanya.
Ini banjir besar yang sudah lebih dari 50 tahun sebelumnya tidak pernah terjadi di Kalsel. Saya minta agar segera diperbaiki supaya mobilitas distribusi logistik dan barang lainnya tidak terganggu, ini penting sekali. (Joko Widodo)
Dalam kunjungan itu, Presiden menyampaikan, curah hujan yang tinggi menyebabkan daya tampung Sungai Barito kelebihan dari 2,3 juta meter kubik air menjadi 2,1 miliar meter kubik air. Hal itu menyebabkan sungai meluap. Selain itu, menurut Presiden, evakuasi warga terdampak banjir di Kalimantan Selatan sudah tertangani dengan baik.
Dari data BNPB, 10 kabupaten/kota terdampak banjir, antara lain Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kota Banjar Baru, Kota Tanah Laut, Kota Banjarmasin, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dan Kabupaten Batola.
Masih dari data yang sama, tercatat 24.379 rumah terendam banjir dan 39.549 warga mengungsi dengan rincian, antara lain, Kabupaten Tapin 582 rumah terdampak dan 382 jiwa mengungsi, Kabupaten Banjar 6.670 rumah terdampak dan 11.269 jiwa mengungsi, Kota Banjar Baru 2.156 terdampak dan 3.690 jiwa mengungsi, serta Kota Tanah Laut 8.506 rumah terdampak dengan 13.062 jiwa mengungsi.
Selanjutnya Kabupaten Balangan 1.154 rumah terdampak dengan 17.501 jiwa mengungsi, Kabupaten Tabalong 407 rumah dengan 770 jiwa terdampak dan mengungsi, Kabupaten Hulu Sungai Tengah 11.200 jiwa mengungsi dan 64.400 jiwa terdampak, Kabupaten Hulu Sungai Selatan 387 rumah terdampak dan 6.690 jiwa mengungsi, Kota Banjarmasin dengan 716 jiwa terdampak, serta Kabupaten Batola 517 rumah dan 28.400 jiwa terdampak.
Selain itu, terdapat juga korban meninggal total 15 orang dengan rincian Kabupaten Tanah Laut 7 orang, Kabupaten Hulu Sungai Tengah 3 orang, Kota Banjar Baru 1 orang, Kabupaten Tapin 1 orang, dan Kabupaten Banjar 3 orang.
”Saya menyampaikan dukacita yang mendalam atas korban yang meninggal dalam musibah banjir ini. Semoga keluarga yang ditinggalkan mendapatkan kesabaran dan keikhlasan,” kata Presiden.
Dari Jembatan Mataraman, Presiden kemudian mengunjungi beberapa lokasi banjir. Memantau situasi lalu melanjutkan perjalanan ke posko pengungsian Demang Lehman di Kabupaten Banjarbaru. Di tempat itu, setidaknya 558 pengungsi tinggal karena rumah mereka terendam banjir.
”Kekurangan-kekurangan yang ada agar dibantu pemerintah pusat. Selain logistik dari pemerintah pusat, ada juga dari pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten,” kata Presiden.
Dalam kunjungan itu, Presiden juga membagikan sejumlah bantuan, mulai dari makanan jadi, pakaian, hingga selimut. Sayangnya, masyarakat yang datang berkumpul dan berebut untuk mengambil paket bahan pokok yang dibagikan. Bahkan, protokol kesehatan diabaikan dalam situasi darurat itu.
”Kalau makanan sudah banyak di sini, yang kurang itu pakaian dan selimut. Malam-malam itu dingin sekali,” kata Annisa (30), salah satu pengungsi di Stadion Demang Lehman.
Annisa merupakan warga Desa Pekauman, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Rumahnya terendam banjir dengan ketinggian hingga hampir 2 meter. Ia dan keluarganya sudah seminggu tinggal di posko pengungsian tersebut.
”Anak-anak sudah mulai sakit-sakitan, batuk dan pilek. Memang ada perawatnya, tetapi kalau tinggal di sini terus pasti bisa sakit terus,” kata Annisa.