Diserang Buaya Saat Wudu, Tim SAR Masih Cari Warga Pasaman Barat
Tim SAR gabungan masih mencari seorang warga Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, yang hilang akibat diserang buaya di Sungai Sikabau. Lokasi itu diperkirakan bukan habitat buaya karena relatif jauh dari muara.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS - Tim SAR gabungan masih mencari Rusli (40), warga Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, yang hilang di Sungai Sikabau, dekat perkebunan di daerah tersebut. Warga itu dilaporkan diserang buaya ketika sedang mengambil wudu di tepi sungai, Minggu (17/1/2021) siang.
Kepala Pos SAR Pasaman Zulfahmi, Senin (18/1/2021), mengatakan, sekitar 25 orang tim SAR gabungan dikerahkan mencari korban pada hari kedua ini. Tim antara lain terdiri dari personel Pos SAR Pasaman, BPBD Pasaman Barat, TNI, Polri, PMI, perangkat nagari dan kecamatan, serta masyarakat sekitar.
“Sekarang masih dalam pencarian. Dimulai (Minggu) kemarin sore sampai pukul 20.00. Lalu, dilanjutkan (Senin) pagi tadi. Sampai siang ini korban belum ditemukan,” kata Zulfahmi, ketika dihubungi dari Padang, Senin siang.
Zulfahmi menjelaskan, kejadian serangan buaya ini berlangsung pada Minggu sekitar pukul 13.00. Lokasi kejadian di kawasan perkebunan warga di Sungai Sikabau, Nagari Parik, Kecamatan Koto Balingka. Lokasi dekat dengan mes PT BPP Divisi IV dan berkisar 2-3 kilometer dari perkampungan.
Berdasarkan keterangan keluarga, Rusli hendak berwudhu di tepian sungai ditemani putranya yang berusia empat tahun. Saat wudu, tiba-tiba Rusli ditarik dan dibawa buaya ke dalam sungai. “Menurut saksi, yaitu sang anak, memang tampak (Rusli) diserang buaya, ditarik dan dilarikan ke dalam sungai,” ujar Zulfahmi.
Zulfahmi menambahkan, ada tiga perahu digunakan untuk mencari korban dengan menyisir sungai. Sejak Minggu, operasi pencarian akan dilakukan selama tujuh hari. “Semoga sebelum itu (jangka waktu berakhir) korban bisa ditemukan,” kata Zulfahmi.
Pejabat Wali Nagari Ujung Gading, Padri, mengatakan, Rusli merupakan warga Nagari Ujung Gading, Kecamatan Lembah Melintang, Pasaman Barat, tetapi berkebun di wilayah tetangga, yakni Nagari Parik. Menurut Padri, buaya memang sering terlihat di Sungai Sikabau. “Kalau Sungai Sikabau ini, di daerah hilir memang banyak buayanya,” kata Padri.
Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Sumbar Ade Putra, Senin siang, mengatakan, ia bersama empat anggota dari Resor Konservasi Wilayah (RKW) Agam dan RKW Pasaman sedang menuju lokasi kejadian. Petugas hendak memastikan kejadian dugaan serangan buaya ini dan mengidentifikasi jejak satwa.
“Kami akan wawancara dengan saksi mata untuk memastikan kejadian ini memang serangan buaya atau hanya dugaan. Kemudian, baru dilakukan identifikasi di lapangan untuk mencari tanda-tanda keberadaan satwa, baik jejak, sisa makanan, maupun sarangnya di sekitar lokasi kejadian,” kata Ade.
Menurut Ade, jika korban belum ditemukan, petugas BKSDA Sumbar akan ikut membantu tim SAR gabungan. Petugas BKSDA memberikan saran kepada tim SAR gabungan, di antaranya terkait bagaimana perilaku buaya.
Ade menjelaskan, jenis buaya di wilayah Sumbar adalah buaya muara atau Crocodylus porosus. Jadi, keberadaan buaya muara di sekitar lokasi kejadian, atau sekitar delapan kilometer dari muara, cukup aneh. Apalagi, menurut warga, keberadaan buaya di sekitar lokasi memang sering terlihat. Menurut Ade, habitat buaya muara semestinya hanya radius 2-3 kilometer dari kawasan muara.
“Kalau memang buaya muara itu sudah berada di luar habitatnya, bisa jadi nanti kami tangkap dan kami evakuasi ke habitat asalnya,” ujar Ade.