Sebanyak 21 rumah di Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, terendam banjir hingga ketinggian 3 meter. Curah hujan membuat sungai di dekat kawasan itu meluap.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PANGKALAN BALAI, KOMPAS — Sebanyak 21 rumah di Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, terendam banjir hingga ketinggian 3 meter. Alhasil, 28 keluarga yang tinggal di wilayah itu langsung dievakuasi. Banjir disebabkan oleh meningkatnya curah hujan yang membuat sungai di dekat kawasan tersebut meluap.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyuasin Alpian, Senin (18/1/2021). Dia menerangkan, sampai saat ini semua warga sudah dievakuasi. Proses evakuasi berlangsung sejak Senin dini hari dengan mengerahkan petugas dan satu perahu karet. ”Mereka harus dievakuasi untuk mengantisipasi kemungkinan banjir bakal meninggi,” ucapnya.
Banjir disebabkan oleh meluapnya Sungai Seterio akibat hujan deras yang terus mengguyur sepanjang Minggu (17/1/2021). ”Hujan terjadi dari Minggu pagi hingga Senin dini hari,” ujarnya.
Namun, pada Senin siang, banjir sudah surut. Walau demikian, ujar Alpian, masyarakat diminta tidak kembali ke rumahnya dulu sampai kondisi benar-benar memungkinkan dan hujan tidak lagi mengguyur. ”Sekarang situasi di sekitar tempat itu masih mendung. Kami khawatir, hujan deras akan kembali turun,” ucap Alpian.
Setiap tahun, kawasan ini memang selalu dilanda banjir. Itu karena permukiman dibangun di bantaran Sungai Seterio yang ketika hujan mengguyur dalam jangka waktu lama dan dengan intensitas tinggi akan selalu meluap. ”Memang kawasan itu kurang cocok untuk dijadikan tempat tinggal,” kata Alpian.
Hanya saja, lanjut Alpian, banjir kali ini merupakan yang paling tinggi dibandingkan dengan tiga tahun terakhir. Oleh karena banjir sudah cukup mengkhawatirkan, semua warga yang tinggal di sana langsung dievakuasi. ”Kebanyakan dari mereka memilih mengungsi ke tempat keluarga yang tinggal di dataran lebih tinggi,” ucapnya.
Saat ini, menurut Alpian, pihaknya sedang berkoordinasi dengan dinas sosial untuk mempersiapkan sejumlah kemungkinan, termasuk dibukanya dapur umum. ”Untuk sementara, mereka yang mengungsi masih dapat diatasi oleh keluarga mereka sendiri. Semoga dalam waktu dekat banjir bisa surut,” ungkapnya.
Kebanyakan dari mereka memilih mengungsi ke tempat keluarga yang tinggal di dataran lebih tinggi. (Alpian)
Selain di kawasan ini, beberapa kawasan yang menjadi perhatian adalah di Kecamatan Rantau Bayur, Banyuasin, dan sejumlah permukiman yang berada di kawasan perairan. ”Sekarang hujan sudah sering turun, permukiman di kawasan perairan akan menjadi perhatian utama,” ujar Alpian.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan BPBD Sumatera Selatan Ansori menuturkan, untuk di awal tahun ini, banjir di Banyuasin adalah kasus yang pertama di Sumsel. Memang Banyuasin menjadi satu dari beberapa daerah di Sumsel yang rawan banjir.
”Banyuasin berada di dataran rendah, tentu sangat berpotensi diterpa banjir,” ucapnya. Selain di Banyuasin, beberapa daerah yang menjadi perhatian adalah Kabupaten Ogan Ilir, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, dan Palembang.
Adapun kawasan dataran tinggi juga berpotensi mengalami banjir bandang dan longsor, seperti di Muara Enim, Empat Lawang, Ogan Komering Ulu Selatan, Lahat, dan Kota Pagar Alam. ”Saat ini masyarakat sudah diminta selalu waspada,” ucap Ansori.
Berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), ujar Ansori, saat ini Sumatera Selatan sudah masuk puncak musim hujan. ”Ini akan terjadi sampai Maret,” ucapnya. Karena itu, sejumlah langkah antisipasi sudah disiapkan, mulai dari peralatan evakuasi di dekat kawasan yang rawan bencana hingga sosialisasi kepada masyarakat.
Shinta Andayani, Kepala Unit Analisa dan Prakiraan BMKG Sultan Mahmud BadaruddinII Palembang, mengemukakan, dalam beberapa hari terakhir, hujan berintensitas sedang memang terjadi di beberapa daerah di Sumsel, salah satunya Banyuasin. ”Intensitas hujan 20-50 milimeter per hari,” ucapnya.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor pendukung, seperti fenomena La Nina dan juga Monsun Asia (angin barat) yang membuat udara akan lebih lembab dan basah. Kondisi ini tentu akan mengancam beberapa kawasan di bagian hilir, terutama di daerah aliran sungai.
Shinta memprediksi hujan berintensitas rendah sampai sedang akan terjadi hingga Februari 2021 dan mencapai puncaknya pada Maret 2021. Sebenarnya masa puncak musim hujan di Sumsel akan terjadi dua kali, yakni Desember 2020 dan Maret 2021. Karena itu, masyarakat diminta untuk selalu waspada.