Bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, angin kencang, dan pergerakan tanah, dalam sepekan terakhir melanda Aceh.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, angin kencang, dan pergerakan tanah, dalam sepekan terakhir melanda Aceh. Cuaca ekstrem, degradasi lingkungan, dan buruknya infrastruktur memicu dampak bencana semakin masif.
Dalam sepekan terakhir beragam bencana alam menimpa Aceh. Pada Senin (18/1/2021) banjir melanda Kabupaten Aceh Timur dan Pidie. Sebanyak 300 rumah di empat desa di Aceh Timur terendam banjir. Ketinggian air di permukiman warga mencapai 80 sentimeter. Banjir dan longsor terjadi karena dipicu hujan lebat.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Ilyas mengatakan, tebing di jalan Desa Bunin, Kecamatan Serbajadi, terjadi longsor. Akibatnya, jalan antardesa tidak bisa dilalui.
Sebanyak 110 rumah di Kecamatan Glumpang Baro direndam banjir. Selain rumah warga, fasilitas publik, seperti sekolah, juga terendam akibatnya aktivitas sekolah diliburkan.
Bencana longsor terjadi di jalan lintas Aceh Utara-Bener Meriah. Sebuah minibus terperosok ke parit karena badan jalan licin setelah ditutupi longsoran.
Longsor juga terjadi di Desa Wih Duren, Kecamatan Syiah Utama, Bener Meriah. Dua rumah warga rusak ringan. Di Aceh Tamiang, tanggul sungai amblas sehingga menyebabkan delapan rumah rusak ringan.
Sementara itu, puting beliung melanda Kota Sabang, Senin (18/1/2021) siang. Satu rumah warga rusak sedang.
Ilyas mengatakan, sepanjang Januari 2021 terjadi 44 kali bencana alam. Bencana paling banyak terjadi banjir, longsor, dan puting beliung.
Nilai kerugian mencapai Rp 9,5 miliar. Yang paling sering terjadi banjir.
Ilyas mengatakan, tim BPBD di kabupaten dan kota diinstruksikan bersiaga untuk mengantisipasi dampak bencana lebih besar.
Koordinator Data dan Informasi Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Aceh Zakaria Ahmad menuturkan, dalam sepekan terakhir potensi hujan ekstrem melanda sebagian besar wilayah Aceh.
”Ada empat kabupaten yang berpotensi dilanda hujan lebat, yaitu Aceh Tamiang, Aceh Timur, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara,” kata Zakaria.
Dosen Teknik Lingkungan Universitas Serambi Mekkah, Teuku Muhammad Zulfikar, mengatakan, selain karena faktor cuaca, bencana juga dipicu kerusakan lingkungan. Kerusakan hutan, turunnya kualitas sungai, dan tata kelola kawasan yang keliru menyebabkan bencana semakin sering terjadi.
Pemerintah belum punya strategi mitigasi bencana yang komprehensif.
Di sini lain, kesiapan infrastruktur mitigasi bencana masih buruk. Misalnya ketersediaan saluran air di perkotaan masih buruk sehingga saat sungai meluap drainase tidak mampu menampung limpahan air.
”Pemerintah belum punya strategi mitigasi bencana yang komprehensif,” kata Zulfikar.