Delapan Korban Longsor di Sumedang Belum Ditemukan
Tim SAR gabungan kembali menemukan tiga korban longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, dalam kondisi meninggal, Minggu (17/1/2021). Delapan korban lainnya belum ditemukan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
SUMEDANG, KOMPAS — Tim SAR gabungan kembali menemukan tiga korban longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, dalam kondisi meninggal, Minggu (17/1/2021). Dengan demikian, korban tewas akibat longsor yang terjadi Sabtu (9/1/2021) sebanyak 32 orang. Sementara delapan korban lainnya masih dicari.
Material longsor yang tebal menjadi kendala tim SAR untuk menemukan korban. Empat ekskavator digunakan untuk menyingkirkan tanah material longsor dan reruntuhan bangunan. ”Pencarian hari kesembilan difokuskan pada sektor satu di rumah warga yang menggelar hajatan dan lapangan voli serta sektor dua di permukiman yang terdampak longsor pertama,” kata Kepala Basarnas Bandung Deden Ridwansah.
Longsor di Cihanjuang terjadi dua kali, yakni Sabtu pukul 15.30 dan pukul 19.30. Akibatnya, lebih dari 30 rumah tertimbun material longsor. Lokasi longsor berada di tebing curam setinggi sekitar 20 meter.
Di bawah tebing tersebut terdapat permukiman warga. Potensi longsor susulan masih tinggi. Hujan yang hampir setiap hari mengguyur kawasan itu membuat retakan di dinding tebing rawan longsor.
Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Agus Budianto mengatakan, tebing yang diguyur hujan terus-menerus akan mudah luruh. Musim hujan di Sumedang dan sekitarnya diprediksi terjadi hingga Mei sehingga longsor masih mengancam.
Menurut Agus, longsor seperti di Cimanggung berpotensi terjadi di daerah lain di Jabar selama musim hujan. Dia berharap masyarakat di perbukitan lebih waspada dan mengenali karakteristik kawasan rawan longsor, seperti tanah cenderung berwarna coklat, memiliki jalur air, dan tidak ditumbuhi pohon berakar kuat.
Pemerintah Kabupaten Sumedang telah menetapkan kondisi tanggap daurat di Cimanggung pada 9-29 Januari 2021. Warga dalam radius 30 meter diungsikan untuk mengantisipasi longsor susulan. Tiga lokasi disiapkan sebagai tempat pengungsian, yaitu SD Cipareuag, SD Azahra, dan Taman Burung Parakanmuncang. Ketiga tempat ini dapat menampung 1.020 warga.
Akan tetapi, kebanyakan warga memilih mengungsi ke rumah kerabat masing-masing. Warga diminta tidak menempati rumah di lokasi longsor karena masih membahayakan.
Indra (26), korban selamat, misalnya, memilih mengungsi ke rumah saudaranya di Desa Sawahdadap, yang berjarak sekitar 800 meter dari lokasi longsor. Ia merasa kurang nyaman jika tinggal di pengungsian. Ia selamat karena tidak berada di rumah saat terjadi longsor. Sementara ibunya, Tati (50), ditemukan meninggal, Selasa (12/1/2021) malam.
”Ibu sedang bantu memasak di rumah saudaranya yang mau mengadakan hajatan. Satu jam sebelum longsor kedua, saya juga di situ. Namun, saat kejadian, saya sedang jemput kakak,” ucapnya.
Meskipun tidak tinggal di pengungsian, kebutuhan mereka, seperti logistik makanan, selimut, dan alas tidur, tetap kami sediakan.
Wakil Bupati Sumedang Erwan Setiawan memaklumi pilihan warga mengungsi ke rumah keluarga. Namun, bantuan kepada penyintas longsor tetap disalurkan. ”Meskipun tidak tinggal di pengungsian, kebutuhan mereka, seperti logistik makanan, selimut, dan alas tidur, tetap kami sediakan,” ujarnya.
Terus mengalir
Bantuan kepada penyintas longsor di Cimanggung pun terus mengalir. Sekretaris Camat Cimanggung Ahmad Aradea mengatakan, hingga Minggu siang, lebih dari 2.000 pihak, baik instansi pemerintah, perusahaan, yayasan, komunitas, maupun perorangan, menyalurkan donasi.
Salah satunya adalah Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) yang memberikan bantuan di antaranya berupa alas tidur, bantal, selimut, masker, sabun mandi, vitamin C, hand sanitizer, dan kantong sampah. Bantuan ini diserahkan oleh Koordinator Tanggap Darurat DKK Rendra Sanjaya.
Aradea berterima kasih atas bantuan dari pembaca Harian Kompas tersebut. Menurut dia, bantuan itu sangat dibutuhkan warga karena telah kehilangan harta benda akibat longsor.
”Terima kasih untuk empatinya. Semoga semua dukungan ini bisa membantu warga untuk menata kehidupan pascalongsor,” ujarnya.