Kondisi Gunung ,Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Minggu (17/1/2021) melandai. Meski begitu, ancaman sekunder Semeru, yaitu banjir lahar hujan harus diwaspadai warga di sekitar lereng Semeru.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·4 menit baca
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Lava pijar keluar dari puncak Gunung Semeru di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Selasa (1/12/2020). Gunung Semeru yang berstatus Level II Waspada sempat meluncurkan material vulkanis sejauh 2 km dari puncak pada Selasa dini hari pukul 01.23. Ketinggian material vulkanik mencapai 30 meter dari dasar aliran sungai.
MALANG, KOMPAS — Setelah mengeluarkan awan panas guguran, Sabtu (16/1/2021), kondisi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Minggu (17/1/2021) mulai landai. Meski begitu, masyarakat diminta mewaspadai bahaya sekunder Semeru, yaitu banjir lahar hujan, di sepanjang jalur aliran lahar.
Pantauan di Pos Gunung Api Gunung Sawur di Candipuro, Lumajang, Jawa Timur pada Minggu (17/1/2021) pukul 00.00-06.00 menunjukkan bahwa secara visual kenampakan gunung didominasi kabut. Masih terdengar tiga kali suara letusan atau gemuruh dan tidak teramati asap kawah.
Terjadi sembilan kali gempa letusan, satu kali gempa guguran, tujuh kali embusan, dan lima kali tremor harmonik dengan amplitudo 2-5 milimeter (mm) dengan durasi 50-3.673 detik.
Sehari sebelumnya, Semeru meluncurkan guguran awan panas hingga sejauh 4 kilometer. Abu vulkaniknya mengguyur desa-desa di sekitar Gunung Semeru. Hingga kini status Semeru tetap Waspada (Level II).
”Masyarakat, pengunjung, dan wisatawan diharap tetap tidak beraktivitas dalam radius 1 kilometer dari puncak Semeru dengan jarak 4 kilometer arah bukaan kawah di sektor selatan-tenggara, serta mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Semeru,” kata pengamat Gunung Semeru di Pos Pantau Gunung Sawur, Mudas Sofyan, Minggu (17/01/2021).
Menurut dia, radius dan jarak ancaman ini akan dievaluasi terus untuk mengantisipasi jika terjadi gejala perubahan risiko erupsi Semeru. Sofyan menambahkan, meski kondisi saat ini sudah melandai, masyarakat diminta tetap menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material awan panas karena saat ini suhunya masih tinggi.
Masyarakat diminta tetap menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material awan panas karena saat ini suhunya masih tinggi.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) juga mengeluarkan rekomendasi perlunya diwaspadai potensi luncuran di sepanjang lembah jalur awan panas Besuk Kobokan. Selain itu, perlu diwaspadai pula potensi bahaya sekunder Semeru, yaitu banjir lahar hujan karena banyaknya material vulkanik yang sudah terbentuk.
Hingga saat ini, aktivitas kegempaan gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut masih fluktuatif dan didominasi gempa-gempa permukaan. Gempa guguran, letusan, embusan, dan tremor harmonik dalam periode ini masih tinggi. Hal itu mengindikasikan pergerakan magma ke permukaan masih terjadi.
”Jumlah getaran banjir pun mulai meningkat, mengindikasikan mulai meningkatnya aliran lahar di aliran Besuk Kobokan seiring meningkatnya curah hujan di wilayah ini. Ini harus diwasapadai,” kata Sofyan.
Pemandangan Besuk Kobokan dari Desa SUpit Urang, Kamis.
Meluber
Untuk diketahui, kontur Semeru menciptakan semacam cekungan di puncak. Cekungan ini menyebabkan lahar hujan dan lahar letusan akan mengarah ke besuk-besuk (jalur aliran lahar) di daerah Pronojiwo, Lumajang. Ada empat sungai yang menjadi aliran tetap lahar panas dan dingin Gunung Semeru, yaitu Besuk Bang, Besuk Kembar, Besuk Kobokan, dan Besuk Sat. Di empat sungai itu biasanya masyarakat beraktivitas mencari pasir.
Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang Wawan Hadi Siswoyo mengatakan, selain ancaman guguran awan panas, bahaya terdekat Semeru saat ini adalah ancaman sekunder banjir lahar hujan.
Selain ancaman guguran awan panas, bahaya terdekat Semeru saat ini adalah ancaman sekunder banjir lahar hujan.
”Pada erupsi Desember 2020 lalu, material vulkanik sudah menutup aliran Besuk Kobokan, bahkan sebagian sudah meluber ke luar besuk. Jika terjadi banjir lahar hujan lagi, banjir akan meluber ke daerah yang lebih luas,” kata Wawan.
Posisi besuk atau jalur lahar lebih rendah dari permukiman warga, dengan jarak lebih berkisar 1-5 kilometer ke permukiman warga. Permukiman warga berada di ketinggian lebih kurang 100 meter. Luberan lahar hujan diperkirakan kembali menyapu pepohonan dan tanaman warga yang ditanam di daerah aliran lahar.
Siswa kelas II di SD Negeri Supit Urang 4, Lumajang, Kamis (03/12/2020), mengerjakan ujian akhir semester di rumahnya. Sekolahnya saat ini digunakan sebagai tempat pengungsian guguran awan panas Semeru.
Meski namanya lahar hujan, material di daerah aliran lahar utama Semeru, seperti di Besuk Kobokan, menurut Wawan, kondisinya masih panas. ”Desember lalu, saat ada pengujian oleh tim PVMBG pada dua minggu setelah erupsi, menunjukkan bahwa suhu material vulkanik pada kedalaman 50 sentimeter masih 100-200 derajat celsius. Namun, saat sudah sampai ke sungai-sungai di bagian hilir sudah tidak lagi panas,” katanya.
Wawan berharap masyarakat tetap harus waspada, utamanya untuk para pencari pasir di daerah besuk-besuk aliran lahar Semeru sebab datangnya banjir lahar hujan bisa terjadi tiba-tiba.
”Kemarin kondisi di sini belum hujan. Nanti kalau muncul hujan, banjir lahar dingin bisa jadi akan membawa material vulkanik besar dan membahayakan. Itu sebabnya, kami terus mengimbau warga menjauhi lokasi-lokasi aliran lahar Semeru,” kata Wawan.
BPBD KABUPATEN PROBOLINGGO
Debu Vulkanik Semeru mengguyur hingga Probolinggo.
Debu vulkanik
Selain guguran awan panas dan lahar Gunung Semeru, masyarakat juga diminta mematuhi rekomendasi PVMBG sebab dampak aktivitas Semeru juga berupa debu vulkanik. Debu vulkanik tersebut bisa mengganggu kesehatan masyarakat.
”Di Kecamatan Pasrujambe dan Senduro Lumajang dilaporkan, warga merasakan debu vulkanik Semeru. Kami sudah membagikan masker dan menyediakan masker di kecamatan,” kata Wawan.
Abu vulkanik tersebut rupanya tidak hanya dirasakan warga Lumajang, tetapi juga warga Kabupaten Probolinggo. ”Guguran awan panas Semeru juga berdampak kepada kami di Probolinggo. Hasil pantauan kami, terjadi hujan abu vulkanik di beberapa kecamatan mulai pukul 17.40-21.08. Kondisi saat ini, abu vulkanik sudah reda,” kata Anggit Hermanuadi, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Probolinggo.
Adapun wilayah terdampak abu vulkanik Semeru di Kabupaten Probolinggo adalah Kecamatan Kuripan, Bantaran, Leces, Tegalsiwalan, Dringu, Banyuanyar, Sumberasih, Wonomerto, Sumber.