Vaksinasi di Daerah yang Tak Yakin Bahaya Covid-19
Vaksinasi Covid-19 di Provinsi Maluku sudah dimulai Jumat (15/1/2021). Banyak tantangan di depan mata mengingat Maluku berada pada peringkat pertama daerah di Indonesia yang tidak percaya pada risiko Covid-19.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·5 menit baca
Dengan langkah pasti, Jane Pakaila (51) masuk ke dalam ruang penyuntikan vaksin di Puskesmas Sirimau, Kota Ambon, Maluku, Jumat (15/1/2021) siang. Setelah mengambil posisi duduk, seorang perawat menunjukkan vaksin dan jarum kepada Jane. ”Jarum dan vaksinnya masih baru. Masih dalam segel kemasan,” ujar perawat itu disambut anggukan Jane.
Mata Jane lalu tertuju pada ujung jarum yang menyedot cairan di wadah vaksin. Jane tampak gugup dan sesekali menarik napas panjang sambil menutup mata. Vaksin banyak dibicarakan orang, termasuk yang khawatir dampak buruknya, kini di depan mata Jane. Coba mengatasi kegugupannya, ia memegang erat tas di pangkuannya.
Jarum berisi vaksin berpindah ke tangan dokter yang menyuntikkan ke lengan kiri Jane. Proses injeksi vaksin lebih cepat dari tarikan napas. Durasinya tidak lebih dari 4 detik.
Survei Badan Pusat Statistik dan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 tahun 2020, sebanyak 29,18 persen masyarakat Maluku menyatakan sangat yakin tidak mungkin terpapar Covid-19.
Tak ada darah keluar dari bekas suntikan. Jane tidak menjerit, ia hanya terdiam sesaat sambil merapikan lengan bajunya. Puncak kecemasan telah ia lewati. Dengan sempurna, vaksin Covid-19 buatan Sinovac itu telah masuk dalam tubuhnya.
Memang kecemasan mulai membayangi saat ia tahu bahwa dirinya dan 14.844 tenaga medis lainnya di Maluku diprioritaskan pada vaksinasi tahap awal ini. Sehari-hari ia bekerja sebagai pegawai di Bidang Sumber Daya Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Maluku. Kecemasan itu semakin kuat saat ia masuk ke dalam ruangan tadi.
Seusai divaksin, Jane lalu diarahkan ke tempat observasi untuk beristirahat. Selama 30 menit ke depan, ia ada dalam pantauan tenaga vaksinator. Ini untuk melihat ada tidak efek dari vaksinasi itu. Sekitar 30 menit berselang, kondisi Jane tetap sehat bugar. ”Saya baik-baik saja. Tak ada efek seperti informasi hoaks tentang vaksin di media sosial,” ujarnya memberi kesaksian.
Injeksi vaksin yang dialami Jane ternyata biasa saja. Kecemasan pergi berganti kegembiraan dan rasa syukur. Vaksin menambah kekebalan tubuhnya. Ia pun berjanji akan menceriterakan hal itu kepada keluarga dan kepada orang lain. Kesaksian itu sekaligus membantah berbagai hoaks. ”Banyak orang termakan hoaks sehingga mereka tidak mau divaksin. Ini berbahaya,” ujarnya.
Jane tahu, banyak orang di Maluku memang termakan hoaks. Bukan hanya tentang vaksin, tetapi juga mengenai Covid-19. Menurut hasil survei Badan Pusat Statistik dan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 tahun 2020, sebanyak 29,18 persen masyarakat Maluku menyatakan sangat tidak mungkin terpapar Covid-19. Mereka tidak yakin akan bahaya Covid-19. Angka ini tertinggi di Indonesia.
Hasil survei tergambar dalam perilaku banyak orang di sana. Di Pasar Mardika, Kota Ambon, hampir semua pedagang tidak mengenakan masker. Mereka juga abai menjaga jarak aman minimal 1,5 meter. Di warung-warung kopi, pengunjung duduk berdekatan sambil tertawa lepas tanpa masker.
Ini bukan hanya dilakukan masyarakat biasa. Banyak aparat berseragam juga berperilaku demikian. Bahkan, pernah heboh, Ketua Pelaksana Harian Satuan Tugas Covid-19 Provinsi Maluku Kasrul Selang berjoget tanpa masker di dalam kerumunan di Kantor DPRD Maluku pada Agustus 2020. Juga sejumlah anggota DPRD Provinsi Maluku yang menolak dites usap tenggorokan (swab).
Ada harapan
Ketidakpercayaan banyak masyarakat terhadap Covid-19 dan kurang yakinnya mereka akan vaksin Covid-19 jangan sampai membuat sosialisasi kendur. Jumat pagi, vaksin perdana telah dilakukan. Tak hanya pemerintah daerah, sejumlah pejabat dan tokoh agama juga hadir menerima vaksin di Rumah Sakit Umum Pusat dr J Leimena.
Gubernur Maluku Murad Ismail (59) menjadi orang pertama di Maluku yang menerima vaksin, kemudian disusul Panglima Kodam XVI/Pattimura Mayor Jenderal Agus Rohman, Sekretaris Umum Sinode Gereja Protestan Maluku Pendeta Elifas Maspaitella, Pastor Paroki Katedral Ambon RD Patris Angwarmas, serta perwakilan dari Majelis Ulama Indonesia Provinsi Maluku.
Sementara itu, Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy dan Ketua DPRD Provinsi Maluku Lucky Wattimuri tidak diperkenankan menerima vaksin lantaran usia keduanya sudah di atas 60 tahun. Beberapa calon penerima vaksin lainnya juga batal menerima lantaran terganjal masalah kesehatan. Padahal, mereka ingin sekali menerima vaksin.
Murad mengajak masyarakat agar pada gilirannya nanti mereka mau divaksin. Ia mengimbau masyarakat agar tidak termakan berita hoaks berisi dampak buruk vaksin. ”Pemerintah tidak mungkin mau menyengsarakan masyarakatnya,” ucap Murad yang memahami adanya penolakan di masyarakat
Elifas juga berharap semua umat Kristiani agar mau divaksin. Menurut dia, penemuan vaksin merupakan bagian dari cara Tuhan dalam membantu manusia keluar dari pandemi Covid-19. Selain itu, umat diminta tetap menjaga protokol Covid-19 secara baik untuk menghentikan penularan.
Setelah vaksinasi perdana itu, giliran tenaga kesehatan yang akan divaksin. Menurut rencana, sebanyak 14.845 tenaga kesehatan di Maluku yang terdaftar sebagai penerima vaksin. Pemberian vaksin diprioritas bagi tenaga kesehatan dengan alasan mereka merupakan garda terdepan dalam penanganan pandemi Covid-19.
Ketua Pelaksana Harian Satuan Tugas Covid-19 Provinsi Maluku Kasrul Selang menambahkan, setelah tenaga kasehatan, vaksinasi akan diikuti anggota TNI, Polri, dan aparatur negara yang bertugas di bidang pelayanan publik dan kelompok masyarakat rentan sebanyak 448.196 orang. Selanjutnya adalah pelaku ekonomi dan masyarakat umum sebanyak 566.142 orang.
Tantangan untuk meyakinkan masyarakat memang tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Masyarakat Maluku kebanyakan punya karakter keras, tetapi hati mereka sangat lembut apabila didekati dengan cara-cara yang lembut dan santun. Mereka akan menanggalkan ego demi kepentingan bersama dan demi Maluku yang mereka banggakan.
Itu sudah terbukti. Maluku pernah hancur lebur akibat konflik sosial bernuansa agama, tetapi bisa kembali merajut kerukunan dan membuktikan diri sebagai laboratorium perdamaian terbaik di dunia. Terkait pandemi dan vaksinasi Covid-19, besar harapan orang Maluku dapat melewatinya dengan baik.