Sebagian Penyintas Gempa di Majene Belum Tersentuh Bantuan
Sebagian penyintas gempa bumi di Majene, Sulawesi Barat, belum mendapat bantuan, Sabtu (16/1/2021). Mereka berharap beragam bantuan bisa didapatkan merata.
Oleh
reny sri ayu
·2 menit baca
MAJENE, KOMPAS — Sebagian penyintas gempa bumi di Malunda, Tubo, dan sekitarnya di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, masih mengharapkan bantuan. Saat ini, beragam jenis bantuan diduga lebih banyak disalurkan ke Mamuju.
Pantauan di titik-titik pengungsian sepanjang Kecamatan Tubo, Malunda, di Majene hingga Kecamatan Tappalang di Mamuju menunjukkan, sebagian penyintas bertahan dengan bekal seadanya. Mereka juga kekurangan air bersih. Di antara mereka terdapat banyak bayi dan anak-anak.
”Terus terang, kami sudah kekurangan bahan makanan dan air bersih. Bahkan, kalau mau beli, sudah tidak ada yang berjualan. Toko dan pasar sudah tutup. Sumber air jauh. Padahal, banyak bayi dan anak-anak juga,” kata Abdul Haris (42), warga Desa Salu Tambo, Kecamatan Malunda, Sabtu (16/1/2021).
Sebagian besar warga yang mengungsi berdiam di perbukitan sekitar Malunda. Malunda terdiri atas perbukitan yang berbatasan dengan laut. Selama ini, sebagian warga memilih berdiam di perbukitan karena dinilai lebih aman. Mereka juga bisa tetap menggarap lahan perkebunan. Malunda adalah titik terdekat dengan pusat gempa.
”Saat gempa, kondisi kami jadi serba salah. Mau tinggal di bukit, takut longsor. Sementara, apabila turun ke pesisir, rawan tsunami. Namun, kami berpikir, jika bukit tempat tinggal kami longsor, risikonya jatuh ke jurang atau terperangkap di antara longsoran. Akhirnya, pilihan kami turun ke pesisir dan berharap tak ada lagi gempa susulan,” kata Syarifah (50), warga lainnya.
Saat ini, sebagian besar desa di Malunda, terutama di perbukitan, ditinggal pemiliknya. Warga memilih mengungsi di beberapa titik sepanjang jalan trans-Sulawesi. Namun, hujan yang terjadi sepanjang Jumat membuat kondisi kian memprihatinkan. Padahal, pilihan mengungsi di jalur trans agar kondisi mereka bisa terperhatikan.
Saat gempa, kondisi kami jadi serba salah. Mau tinggal di bukit, takut longsor. Sementara, apabila turun ke pesisir, rawan tsunami.
Ironisnya, sebagian penyintas mulai turun ke jalan raya dan meminta bantuan kepada pengendara yang melintas. Hanya saja, kondisi jalur jalan Majene-Mamuju yang masih putus membuat kendaraan yang melintas masih terbatas.
”Kami berharap pemerintah bisa melihat kami di Malunda. Jangan hanya terfokus pada Mamuju, sementara kami juga membutuhkan bantuan,” kata Asnawati (32), yang mengungsi dengan enam anaknya. Salah satunya, bayi berusia 20 hari.