Potensi Bahaya Berubah, Warga di Sisi Barat Daya Gunung Merapi Belum Mengungsi
BPPTKG mengubah potensi bahaya erupsi ke arah selatan-barat daya dari Gunung Merapi. Meski demikian, warga yang tinggal di daerah tersebut belum akan diungsikan karena masih dalam radius aman.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Potensi bahaya erupsi Gunung Merapi diperkirakan mengarah ke sisi selatan-barat daya. Namun, belum akan ada gelombang pengungsi baru dari kawasan itu.
Perubahan rekomendasi daerah potensi bahaya erupsi itu disampaikan Kepala Seksi Gunung Merapi di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso dalam jumpa pers daring, Sabtu (16/1/2021). Penurunan signifikan aktivitas kegempaan dan deformasi menjadi dasar dibuatnya rekomendasi tersebut. Dengan kondisi itu, erupsi eksplosif kemungkinan menurun.
Dalam rekomendasi terbaru, potensi bahaya erupsi Merapi berupa guguran lava dan awan panas ke sektor selatan-barat daya. Daerah itu meliputi wilayah Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Sungai Putih sejauh maksimal 5 kilometer dari puncak. BPPTKG juga mengingatkan, ancaman lontaran material vulkanik, apabila terjadi letusan eksplosif, bisa menjangkau area 3 km dari puncak Gunung Merapi.
Lebih lanjut, Agus mengungkapkan, dengan adanya perubahan rekomendasi, warga di luar daerah bahaya itu boleh kembali ke rumahnya. Namun, pemulangan pengungsi menjadi ranah pemerintah daerah. Selain itu, Agus mengingatkan, masyarakat tetap waspada terkait aktivitas Merapi.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Makwan memastikan tidak ada warga yang tinggal dalam radius 5 km di sisi barat daya Merapi. Untuk itu, belum akan ada gelombang pengungsian warga kelompok rentan di wilayah itu.
”Kalau menurunkan (warga) belum. Jaraknya masih lebih dari 5 km. Hanya saja, kami terus meningkatkan kewaspadaan warga di sana,” kata Makwan, saat dihubungi, Sabtu siang.
Di sisi barat daya Merapi di Kabupaten Sleman ada sejumlah dusun yang letaknya dekat dengan puncak Merapi. Dusun-dusun itu, antara lain, Ngandong, Tritis, dan Sidorejo di Desa Girikerto, Tunggularum (Desa Wonokerto), dan Turgo (Desa Purwobinangun). Selain itu, ada juga Desa Girikerto dan Desa Wonokerto di Kecamatan Turi serta Desa Purwobinangun di Kecamatan Pakem.
Dusun Ngandong, Tritis, dan Dusun Sidorejo berjarak lebih kurang 6 km dari Puncak Merapi. Dusun Tunggularum berjarak lebih kurang 7,5 km dari puncak Merapi. Dusun-dusun tersebut dilalui Kali Krasak. Sementara itu, Dusun Turgo berjarak sekitar 6 km dari puncak Merapi. Dusun tersebut dilalui Kali Boyong.
Makwan menyatakan, barak-barak yang tersedia di masing-masing desa sudah siap digunakan. Sedikitnya ada tiga barak yang disediakan setiap desa. Barak-barak itu juga sudah dilengkapi sekat protokol kesehatan.
”Untuk menurunkan pengungsi sekarang, ada banyak pertimbangannya. Kalau nanti diturunkan, ada ancaman penularan Covid-19. Tetapi, nanti jika rekomendasi skala ancamannya diperluas, warga akan segera dipindahkan ke pengungsian. Terlebih jika ada peningkatan status,” kata Makwan.
Saat ini, barak pengungsian yang telah dihuni berada di Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY. Barak tersebut ditempati warga Dusun Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo. Hingga Jumat (14/1/2021), jumlah pengungsi mencapai 272 orang.
Para pengungsi telah menempati barak pengungsian sejak 7 November 2020. Saat itu, salah satu ancaman utama erupsi mengarah ke Dusun Kalitengah Lor. Untuk itu, sejumlah warga diminta mengungsi terlebih dahulu.
Sementara itu, terkait beberapa kawasan yang warganya diperbolehkan pulang, Makwan tidak ingin terburu-buru mengambil keputusan. Ia masih perlu berkoordinasi dengan jajaran pemerintah kabupaten hingga desa untuk memulangkan para pengungsi. Salah satu daerah yang warganya diizinkan pulang adalah Desa Glagaharjo.
”Kami tidak akan tergesa-gesa memulangkan pengungsi. Masih akan kami koordinasikan dengan pemerintah desa hingga pemerintah kabupaten. Senin (18/1/2021) atau Selasa (19/1) kami akan koordinasi penuh. Untuk memulangkan harus ada persiapannya,” kata Makwan.
Lurah Glagaharjo Suroto menyatakan, pihaknya masih meminta pengungsi tinggal di pengungsian untuk sementara. Ia menunggu arahan dari Pemkab Sleman untuk memulangkan para pengungsi. Pihaknya ingin keselamatan warga menjadi hal yang diutamakan dalam pengambilan kebijakan.
”Sebelum ada surat resmi, saya belum bisa melepaskan warga masyarakat. Nanti kalau saya lepas, ada apa-apa siapa yang akan bertanggung jawab. Saya ingin semua warga bisa selamat dari ancaman bencana ini,” kata Suroto.