Penyintas gempa di Sulawesi Barat mulai kehabisan bahan makanan. Selain rawan kelaparan, kondisi ini rentan memicu perselisihan.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·4 menit baca
MAMUJU, KOMPAS — Persediaan makanan penyintas gempa di tenda-tenda pengungsian di Mamuju, Sulawesi Barat, semakin menipis, Sabtu (16/1/2021) malam. Mereka berharap pemerintah dan semua pemangku kepentingan segera mendistribusikan bantuan secara merata.
Para penyintas di Mamuju mengungsi di sejumlah tempat yang tinggi, antara lain kompleks Stadion Manakarra, Jalan Husni Thamrin, dan jalur dua keluar dari Mamuju menuju Palu. Mereka mendirikan tenda dari terpal seadanya.
Terlihat juga perabot-perabot dapur berada di dalam tenda, seperti kompor gas, galon air minum, tabung, dan bahan makanan. Selain mendirikan tenda terpal, sebagian penyintas masih menggunakan mobil untuk tempat istirahat. Penyintas terbanyak ada di kompleks Stadion Manakara.
Sejak mengungsi pada Jumat (15/1/2021) hingga Sabtu, mereka memenuhi sendiri kebutuhan makanannya. Ada yang membawa beras dari rumah yang sengaja ditinggalkan. Namun, kebanyakan persediaan makanan sudah menipis, bahkan ada yang mengaku sudah kehabisan bahan makanan.
”Makanan yang tersedia tinggal mi dan roti. Tidak tahu ini akan bertahan berapa lama,” ujar Kamal (28), penyintas yang bersama keluarga besarnya mengungsi di kompleks jalur dua.
Ia mengatakan, makanan di rumahnya di Kelurahan Mamunyu, Kecamatan Mamuju, yang berada di sekitar pantai tak bisa diambil. Rumahnya sudah rubuh diguncang gempa.
Persediaan makanan menipis juga dialami Asriani (51) yang mengungsi di kompleks Stadion Manakarra. Selain stok makanan yang diambil dari rumah, mereka juga diberi makanan oleh kerabat. ”Tetapi, stoknya menipis. Ini paling tinggal satu hari lagi habis,” ujarnya, yang mengungsi di tenda bersama dengan delapan anggota keluarganya.
Penyintas lain bahkan mengaku tak lagi memiliki stok makanan. Nashudah (51) yang mengungsi dari kompleks Pelabuhan Mamuju tinggal menunggu bantuan makanan atau bahan pangan dari sukarelawan atau pemerintah. Sejauh ini, ia belum mendapatkan bantuan.
Para penyintas berharap pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya segera bertindak cepat untuk memenuhi kebutuhan pokok. Distribusi diharapkan sampai ke tenda-tenda penyintas dan dilakukan dengan adil.
Berdasarkan pantauan di titk-titik pengungsian, belum ada posko atau dapur umum untuk menyalurkan makanan atau bahan pangan kepada penyintas. Di Stadion Manakarra, misalnya, baru terlihat posko taktis yang dijaga aparat Polda Sulteng. Tak ada bahan makanan di posko tersebut.
Bantuan sejauh ini diasalurkan perorangan secara sporadis. Saat berada di Stadion Manakarra, misalnya, satu mobil pembawa bantuan berupa makanan siap santap diserbu penyintas.
Stoknya menispis. Ini paling tinggal satu hari lagi habis.
Mereka merebut mengambil nasi kotak di dalam mobil. Ada yang kesal karena tak mendapatkan bantuan. Yang berebut bantuan itu hanya penyintas yang berada di sekitar pintu masuk stadion. Penyintas lainnya di dalam kompleks malah tidak kebagian bantuan.
Anggota DPRD Mamuju Sugianto yang memantau pengungsian di jalur dua menyatakan saat ini pemerintah membangun pusat koordinasi distrbusi logistik di rumah wakil bupati. Distribusi bantuan akan dilakukan dari sana.
Terkait antisipasi penjarahan yang sempat terjadi di jalur dua terhadap mobil yang membawa bantuan, Kepala Bagian Operasi Polres Mamuju Komisaris Muhammad Imbar memastikan akan mengantisipasi hal serupa tidak terjadi lagi. Personel kepolisian ditempatkan di jalur tersebut.
”Kami pastikan kejadian itu tak boleh terulang lagi. Koordinasi akan kami benahi agar distribusi bantuan berjalan lancar dan aman,” katanya.
Kami pastikan kejadian itu tak boleh terulang lagi. Koordinasi akan kami benahi agar distribusi bantuan berjalan lancar dan aman.
Merujuk data Polres Mamuju, hingga Sabtu sore jumlah korban meninggal yang dievakuasi di Mamuju dan Kabupaten Majene 47 orang. Sebanyak 35 orang dibawa ke Mamuju dan 12 orang lainnya ke Majene. Korban yang dievakuasi terakhir di Mamuju, antara lain, dua orang dari runtuhan bangunan rumah toko dan warung di kawasan komersial Jalan Abdul Wahab Asisi.
Sementara itu, kondisi penerangan dari PLN juga secara berangsur mulai pulih. Sebagian wilayah Mamuju sejak pagi listriknya sudah menyala. Itu terpantau di Jalan Soekarno-Hatta, kompleks RSUD Mamuju. Listrik di depan rumah warga juga terlihat terang benderang.
Dalam keterangan yang diterima Kompas, PLN saat ini memulihkan 552 dari 872 gardu terdampak gempa. Jumlah itu setara dengan lebih kurang 57.000 pelanggan yang kembali menikmati listrik. ”Tim terus bekerja agar kelistrikan dapat pulih sehingga bisa membantu warga pulih pascagempa,” ujar General Manager PLN Unit Induk Wilyah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat Awaluddin Hafid.