Satu Tewas dalam Bentrok Patroli Bea dan Cukai dengan Penyelundup di Riau
Satuan tugas patroli laut Ditjen Bea dan Cukai terlibat bentrokan dengan penyelundup di Indragiri Hilir, Riau. Satu pelaku dengan riwayat penyelundupan tewas dan dua orang lainnya terluka ditembak.
Oleh
PANDU WIYOGA
·4 menit baca
BATAM, KOMPAS — Satuan tugas patroli laut Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Wilayah Khusus Kepulauan Riau dan Tembilahan, Riau, terlibat bentrokan saat menyergap empat kapal cepat bermuatan rokok ilegal di Indragiri Hilir, Riau, Jumat (15/1/2021). Satu orang tewas dan dua orang lainnya terluka setelah ditembak petugas dalam insiden tersebut.
Direktur Kepabeanan Internasional dan Antarlembaga Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Syarif Hidayat, Sabtu (16/1/2021), mengatakan, penyergapan itu berawal dari laporan intelijen yang menyebut ada empat kapal cepat, masing-masing dengan enam mesin bertenaga 250 tenaga kuda, meluncur dari Pulau Buluh, Batam, Kepri, pada 15 Januari lalu.
Upaya pertama petugas untuk mencegat dilakukan saat mereka melintas di perairan Pulau Medang, Kabupaten Lingga, Kepri. Namun, upaya itu gagal karena kapal-kapal penyelundup dengan enam mesin tempel tersebut pergerakannya jauh lebih cepat daripada kapal petugas.
”Kemudian, sekitar pukul 09.30, empat speedboat itu terdeteksi sudah memasuki perairan Sungai Bela, Kecamatan Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau,” kata Syarif, saat dihubungi melalui telepon dari Batam.
Perintah petugas untuk menghentikan kapal tidak dihiraukan awak empat speedboat itu. Bahkan, kata Syarif, mereka berupaya menabrak Kapal Patroli Bea dan Cukai 10009. Meski demikian, akhirnya petugas bisa meringkus salah satu speedboat bermuatan rokok ilegal itu.
Namun, sekitar 10 menit kemudian, tiga speedboat yang sebelumnya melarikan diri kembali lagi, berusaha merebut barang sitaan petugas. Di tengah situasi itu, dua Kapal Patroli Bea dan Cukai, 15040 dan 15041, datang untuk membantu petugas di kapal 10009.
Syarif menambahkan, tak lama kemudian, datang lagi belasan orang menggunakan perahu kayu menyerang petugas Bea dan Cukai. Mereka melempari tiga kapal petugas dengan bom molotov, petasan, kembang api, dan batu. Merespons itu, petugas beberapa kali melepaskan tembakan peringatan ke udara.
Namun, hal itu justru membuat massa semakin beringas. Mereka melompat ke kapal Bea dan Cukai serta menyerang petugas dengan senjata tajam. Di tengah kondisi yang semakin genting, kata Syarif, akhirnya petugas terpaksa melakukan tindakan tegas terhadap beberapa pelaku penyerangan.
”Kami tidak tahu siapa yang tertembak karena mereka semua melarikan diri. Terkait identitas orang yang tertembak dan di (bagian) mana ia terluka, hal itu sedang kami cari tahu kebenarannya,” ucap Syarif.
Pemain lama
Dari informasi yang dihimpun Kompas, insiden di Sungai Bela tersebut mengakibatkan satu warga Batam tewas dan dua orang lainnya terluka. Diketahui identitas satu orang yang tewas tersebut adalah Jumhan (63), yang lebih dikenal warga sebagai Haji Permata.
Jumhan tercatat beberapa kali melakukan kekerasan terhadap petugas Bea dan Cukai. Pada 15 November 2014, ia menggerakkan 180 orang dari Batam dengan perahu untuk menyerang Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Khusus Kepri di Kabupaten Karimun. Penyerbuan itu dilakukan untuk merebut Kapal Motor Jembar Hati yang disita petugas karena membawa 300 ton rotan tanpa dokumen.
Terakhir pada 1 Desember 2019, salah satu dari empat speedboat yang diidentifikasi milik kelompok Jumhan sengaja menabrak kapal petugas Bea dan Cukai saat disergap di dekat Selat Singapura. Satu petugas terluka, sedangkan dua anak buah Jumhan tewas dalam insiden itu.
Sejak Jumat siang, ratusan warga memadati pelabuhan privat milik Jumhan di Kelurahan Tanjung Sengkuang, Kecamatan Batu Ampar, Batam, menunggu kedatangan jenazah Jumhan. Isak tangis keluarga dan pelayat tumpah ketika kapal pengangkut jenazah tiba menjelang petang.
Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKKS) Batam Masrur Amin mengatakan, Jumhan meninggal setelah ditembak tiga kali oleh petugas di bagian dada dari jarak dekat. Dua orang lain yang mengalami luka tembak di kepala dan kaki masih dirawat di rumah sakit di Tembilahan, Riau.
Menurut Masrur, pihak keluarga Jumhan akan segera melayangkan laporan kepada polisi terkait insiden di Riau tersebut. Selanjutnya, jenazah akan diotopsi di RS Bhayangkara Polda Kepri untuk memastikan penyebab kematian.
”Saudara-saudara kami yang lain malah banyak yang mau melakukan penyerangan. Artinya, ada tindakan balas dendam yang ingin dilakukan terhadap pelakunya, tetapi kami akan berpikir lagi apakah ini akan dilakukan sebagai pressure atau menyerahkan ke polisi untuk mengusut tuntas kasus ini,” kata Masrur.
Menanggapi hal itu, Syarif menyatakan, ancaman penyerangan tersebut adalah salah satu risiko yang harus dihadapi petugas dalam upaya menegakkan hukum. Saat ini, petugas Bea dan Cukai di Riau sudah berkoordinasi dengan TNI dan Polri untuk mengantisipasi segala kemungkinan aksi lanjutan setelah insiden di Sungai Bela.
”Kelompok (Haji Permata) memang sudah terkenal dari dulu sebagai penyelundup yang termasuk berani menyerang petugas. Namun, kita tidak boleh mengalah dan tetap menegakkan hukum sebagaimana seharusnya,” kata Syarif.