Hingga Jumat (15/1/2021) malam, evakuasi korban yang tertimbun reruntuhan bangunan akibat gempa bermagnitudo 6,2 di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, masih terus dilakukan.
Oleh
Reny Sri Ayu
·3 menit baca
POLEWALI, KOMPAS — Hingga Jumat (15/1/2021) malam, evakuasi korban yang tertimbun reruntuhan bangunan akibat gempa bermagnitudo 6,2 di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, masih terus dilakukan. Di Kecamatan Malunda, wilayah terdekat dengan titik gempa, yakni sekitar 20 kilometer, saat ini dilaporkan nyaris kosong ditinggal warga mengungsi.
Takbir Tubo, warga Malunda, mengatakan, hingga Jumat malam, listrik di wilayah tersebut masih padam. Malunda terletak sekitar 90 kilometer arah utara pusat kota Majene. Dari Mamuju, ibu kota Provinsi Sulbar, jaraknya sekitar 53 kilometer ke arah selatan. Malunda adalah salah satu kecamatan yang cukup ramai di Majene.
Warga Malunda saat ini mengungsi ke sejumlah lokasi yang berada di ketinggian. ”Kami juga belum tahu berapa banyak korban yang tertimbun karena pascagempa Kamis (14/1/2021) sore, sudah banyak warga mengungsi. Setelah gempa Jumat dini hari, semua warga meninggalkan Malunda. Kerusakan bangunan, sejauh yang saya lihat, diperkirakan sampai 60 persen,” kata Takbir.
Wilayah Malunda berada di jalan Trans-Sulawesi yang menyusuri pesisir barat Sulawesi Barat. Dari arah Makassar, Sulawesi Selatan, ke Mamuju via Majene, pemandangan umumnya di sebelah kiri jalan adalah laut dan di kanan tebing-tebing menjulang.
Sejauh ini, dari arah Mamuju terdapat tiga titik longsor yang membuat akses dari Mamuju ke Majene putus total. Salah satu yang aksesnya putus adalah sebuah jembatan yang dikenal warga dengan sebutan jembatan kuning. Jembatan itu tertutup longsoran. Adapun dari Makassar ke Mamuju via Majene kini hanya bisa sampai di Malunda.
Untuk mengakses Mamuju dari arah Majene atau sebaliknya, sebenarnya bisa dilakukan melalui jalur alternatif melewati Kabupaten Mamasa. Namun, selain jalurnya melingkar dan menanjak, wilayah Mamasa ke Mamuju juga rawan longsor.
Sementara itu, wilayah Kabupaten Polewali Mandar dan Majene sepanjang hari ini diguyur hujan deras. Saat ini, ibu kota Majene juga nyaris kosong ditinggal warganya mengungsi ke perbukitan. Adapun warga yang mengungsi, kata Takdir, kini dalam keadaan kehujanan. Selain tak punya tenda, warga juga mengungsi dalam keadaan panik dan sebagian besar hanya membawa pakaian di badan.
”Kami sungguh membutuhkan tenda, air bersih, dan makanan. Banyak warga kehujanan, termasuk anak-anak. Bahkan, kami juga kekurangan makanan karena hampir tak ada warga yang berani ke rumah mengambil bahan makanan. Apalagi, listrik mati. Kami sudah menyebar di perbukitan dan jauh dari rumah karena umumnya rumah sangat dekat dengan laut dan pusat gempa,” tutur Takdir.
Takdir juga mengatakan belum ada alat berat yang masuk ke Malunda hingga Jumat malam. Bahkan, regu penyelamat juga tak banyak.
Sementara itu, menyikapi gempa yang terjadi di Sulbar, Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah pada Jumat pagi turut meninjau kondisi dengan menggunakan helikopter. Sebagai wilayah yang bertetangga langsung dengan Sulbar, Nurdin mengatakan Pemprov Sulsel membuka diri untuk membantu.
”Kami sudah menyiapkan bantuan yang diperlukan. Bahkan, kami juga menyiapkan rumah sakit untuk digunakan sebagai tempat perawatan korban gempa di Mamuju dan Majene,” kata Nurdin.
Saat ini, Dinas Sosial Sulsel sudah memberangkatkan bantuan bahan makanan, seperti beras, minyak goreng, mi instan, ikan kaleng, gula pasir, hingga selimut dan sarung, untuk diantar ke Sulbar. Selain itu, anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) sebanyak 50 orang juga diberangkatkan untuk membantu membuat dapur umum. Pengiriman dilakukan menggunakan KRI Teluk Ende yang berada di Markas Komando Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) VI, Makassar.