Logistik Bencana Disalurkan ke Sulbar lewat Jalur Udara dan Laut
Bantuan logistik untuk korban gempa di Sulawesi Barat mulai disalurkan ke wilayah terdampak. Pengiriman melalui jalur udara dan laut.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Bantuan logistik untuk korban gempa di Sulawesi Barat mulai disalurkan ke wilayah terdampak. Logistik berupa makanan, obat-obatan, hingga bantuan lain sebagian dikirim melalui Lapangan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar, serta jalur laut. Hingga Jumat (15/1/2021) petang, korban terdampak masih mengungsi karena trauma gempa susulan.
Komandan Lanud Sultan Hasanuddin Marsekal Pertama Haris Haryanto mengatakan, sesuai instruksi pimpinan, satu pesawat Boeing 737 telah diterbangkan ke Mamuju, Jumat (15/1/2021) siang. Pesawat tersebut bertugas membawa bantuan logistik serta melakukan pemantauan udara di daerah terdampak bencana.
”Sesuai instruksi Panglima TNI dan KSAU (kepala staf AU), pesawat membawa bantuan sebanyak 231 koli dari Pangkoopsau II dan 100 koli dari Lanud Hasanuddin. Bantuan tersebut untuk membantu masyarakat yang terdampak bencana,” ucap Haris dalam rilis, Jumat sore.
Selain logistik, pesawat juga membawa 20 personel dari Wing II Paskhas untuk melakukan evakuasi dan membantu pemulihan pascabencana gempa bumi di Majene, Jumat dini hari. Sejumlah pesawat juga disiagakan di Lanud Hasanuddin seiring operasi siaga bencana yang dilakukan. ”Hal ini sudah menjadi tugas kami membantu masyarakat yang tertimpa bencana,” kata Haris.
Pada Jumat siang, Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah, bersama Kepala Polda Sulsel Inspektur Jenderal (Pol) Merdisyam dan Pangdam XIV Hasanuddin Mayor Jenderal Andi Sumangerukka, memantau wilayah terdampak dengan pesawat Super Puma. Mereka ingin memastikan kebutuhan mendesak yang harus dibantu dan diselesaikan di wilayah tersebut.
TNI Angkatan Laut, melalui Lantamal VI Makassar, juga mengirimkan pasukan menggunakan KRI Teluk Ende. Bersama 97 personel, juga dikirimkan bahan makanan dan logistik untuk korban bencana.
”Kami membawa 15 ton beras, sekitar 800 kilogram gula, air mineral, mi instan, dan lainnya. Kami juga membawa tim kesehatan yang akan membantu korban terdampak,” kata Komandan Lantamal VI Laksamana Pertama Benny Sukandari.
Gempa kuat dengan magnitudo 6,2 melanda Majene, Sulawesi Barat, Jumat (15/1/2021) pukul 02.28 Wita. Gempa ini menimbulkan kerusakan bangunan, termasuk kantor Gubernur Sulawesi Barat, jalan putus, dan puluhan korban jiwa. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), total korban meninggal hingga Jumat sore mencapai 34 orang, sedangkan ribuan warga lain terdampak.
Menurut informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa ini berpusat sekitar 6 kilometer timur laut kota Majene. Gempa ini tergolong sangat dangkal dengan hiposenter di kedalaman 10 kilometer.
Dampak gempa, menurut analisis BMKG, menunjukkan guncangan dengan skala IV-V MMI (Modified Mercalli Intensity) di Majene, III MMI di Palu, Sulawesi Tengah, dan II MMI di Makassar, Sulawesi Selatan. Skala V MMI menunjukkan getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, banyak orang terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang, dan bandul lonceng dapat berhenti.
Ela (32), warga Mamuju, menceritakan, ia tengah tertidur lelap bersama suami dan dua anaknya ketika ayunan gempa membuatnya terbangun. Ranjang yang mereka gunakan tidur roboh dan mereka berempat terempas.
Ayunan gempa terjadi selama beberapa detik, membuat barang-barang di rumah mereka berjatuhan. Dinding rumah retak beberapa sentimeter. ”Saya sudah tidak bisa berdiri. Mau berdiri pasti jatuh. Kami cuma berpelukan berempat sampai guncangan reda. Saya ambil anak, bawa lari. Mereka baru delapan tahun dan tiga tahun,” ucap Ela saat dihubungi dari Kendari.
Jumat sore, Ela dan keluarga mengungsi di rumah jabatan bupati Mamuju. Tempat tersebut berada di ketinggian, dengan kondisi bangunan yang masih aman. Ia menempati gazebo dari kayu untuk berlindung dari hujan yang terus turun.
”Belum berani kembali karena gempa susulan masih terasa. Mana lagi ada peringatan bisa terjadi tsunami. Kami bertahan saja di sini, yang penting selamat dulu,” tambahnya.
Rahman (33), warga yang tinggal Batam, berusaha menghubungi keluarganya yang berada di Desa Makkatta, Kecamatan Malunda, Majene. Ia mengaku, sejak pagi, jaringan telepon belum normal di wilayah tersebut. ”Orangtua semalam mengungsi di kebun bersama tiga keponakan yang masih kecil. Belum tahu lagi kondisinya sampai sekarang,” ucapnya.
Pemulihan listrik
Sementara itu, PLN masih berusaha memulihkan jaringan listrik yang terputus seiring gempa besar yang melanda wilayah Sulbar. Total sebanyak 872 gardu terdampak. Dari jumlah tersebut, 463 gardu berhasil dinormalkan. Ratusan petugas dikerahkan untuk mengembalikan aliran listrik.
”Kami terus berupaya agar listrik dapat segera menyala. Tim saat ini sedang berupaya di lapangan untuk melakukan pemulihan, ditambah dari beberapa daerah juga akan bergabung membantu pemulihan. Mohon doanya agar semua lancar,” kata General Manager PLN Unit Induk Wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat Awaluddin Hafid dalam rilis yang diterima Kompas.
Hafid menambahkan, fasilitas layanan publik seperti rumah sakit, tempat penampungan pengungsi, dan instalasi air bersih menjadi prioritas utama pemulihan kelistrikan. ”Listrik untuk fasilitas umum yang digunakan untuk penanganan gempa bumi ini tentu akan menjadi prioritas utama, termasuk gedung pemerintahan,” terangnya.