Vaksinasi Tahap Pertama di Sleman Ditargetkan Rampung Lima Hari
Dinas Kesehatan Sleman menargetkan proses vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Sleman, DIY, bisa selesai dalam kurun waktu lima hari. Tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang melayani vaksinasi dipastikan siap.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Dinas Kesehatan Sleman menargetkan proses vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, selesai dalam waktu lima hari. Tenaga vaksinator ataupun fasilitas kesehatan yang bakal melayani vaksinasi dipastikan siap memenuhi target tersebut.
”Vaksinasi termin pertama ini ditargetkan bisa selesai dalam lima hari. Hari ini (Kamis) langsung dilakukan baik kepada tokoh-tokoh masyarakat maupun ke tenaga kesehatan. Saya sudah dapat laporan sejumlah rumah sakit dan puskesmas ikut memulai vaksinasi hari ini,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo di Puskesmas Ngemplak II, Kecamatan Ngemplak, Sleman, Kamis (14/1/2021).
Joko menambahkan, pelaksanaan vaksinasi tersebar pada 52 unit fasilitas kesehatan di Kabupaten Sleman. Secara rinci, fasilitas kesehatan tersebut adalah 25 puskesmas, 24 rumah sakit, dan 3 klinik.
Selanjutnya, Joko menyatakan, tenaga vaksinator yang disiapkan berjumlah 220 orang. Untuk setiap fasilitas kesehatan bakal tersedia 4-5 orang vaksinator. Adapun pelaksanaan vaksinasi bakal berlangsung tiga sesi setiap harinya dengan durasi satu jam per sesi. Sasaran vaksinasi merupakan tenaga kesehatan di Kabupaten Sleman yang berjumlah 12.342 orang.
”Dengan hitung-hitungan ini, diperkirakan bisa menjangkau 60 orang per hari. Menurut perhitungan kami, target lima hari bisa tercapai dengan 50 fasilitas kesehatan yang melayani vaksinasi ini,” kata Joko.
Joko mengungkapkan, pihak yang sudah disuntik vaksin akan dipantau kondisinya selama dua pekan setelah penyuntikan. Penyuntikan tahap kedua masih akan menunggu jadwal pengiriman stok vaksin dari pemerintah pusat. Diharapkan penyuntikan tahap kedua sudah bisa dilakukan akhir Januari atau selambatnya awal Februari.
Selain itu, Joko menyatakan, dengan disuntik vaksin bukan berarti sama sekali seseorang terbebas dari paparan Covid-19. Kekebalan komunitas baru akan tercapai jika vaksinasi sudah dilakukan terhadap 70 persen populasi. Untuk itu, pihak yang sudah menerima vaksin tetap harus menjalankan protokol kesehatan ketat dalam kegiatan sehari-hari.
”Protokol kesehatan ketat harus tetap diterapkan. Jadi, saling menguatkan antara penerapan protokol kesehatan dan vaksinasi Covid-19,” kata Joko.
Vaksinasi perdana
Vaksinasi perdana di Kabupaten Sleman dilaksanakan di Puskesmas Ngemplak II, Kamis pagi. Sepuluh tokoh masyarakat menerima vaksinasi Covid-19 dalam kesempatan itu. Para tokoh itu meliputi Bupati Sleman Sri Purnomo, Sekretaris Daerah Sleman Harda Kiswaya, Kepala Polres Sleman Ajun Komisaris Besar Anton Firmanto, Komandan Distrik Militor 0372/Sleman Letnan Kolonel (Inf) Arief Wicaksana, Tirta Mandira Hudhi atau dokter Tirta, dan lain sebagainya.
Bupati Sleman Sri Purnomo mendukung penuh pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Menurut dia, vaksinasi menjadi upaya pemerintah mempercepat penanganan pandemi. Langkah tersebut perlu mendapat dukungan masyarakat.
”Kami ingatkan juga, setelah divaksin, bukan berarti kita hidup bebas. Kita harus tetap melaksanakan protokol kesehatan. Dengan menerapkan protokol kesehatan ini, mudah-mudahan nanti kondisi penularan semakin bisa dikendalikan di Kabupaten Sleman,” kata Sri.
Tirta Mandira Hudhi atau dokter Tirta yang juga seorang pemengaruh (influencer) menjadi salah seorang tokoh yang paling banyak mengundang perhatian dalam penyuntikan vaksin Covid-19 di Sleman. Awalnya, Tirta akan mengikuti vaksinasi perdana di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (13/1/2021). Namun, rencana itu dibatalkan setelah mendapat tawaran dari Dinas Kesehatan Sleman untuk mengikuti vaksinasi perdana di Puskesmas Ngemplak II.
”Tenaga kesehatan itu berawal dari pelayanan pertama di puskesmas. Jadi, alangkah elok kalau tenaga kesehatan yang anak muda itu disuntiknya di puskesmas. Ini menjadi sarana edukasi bagi masyarakat sekitar bahwa vaksin itu termasuk layanan tingkat pertama. Selayaknya program imunisasi yang ada di puskesmas sejak dulu,” ujar Tirta.
Tirta mengharapkan sosialisasi dan edukasi mengenai vaksinasi bisa dilakukan lebih gencar kepada masyarakat. Ia meyakini, upaya tersebut dapat mencegah penolakan vaksinasi yang muncul di tengah masyarakat.